Suara burung menjadi back sound senja itu. Dengan semburat jingga dan angin yang berhembus sepoi membuat suasana sore itu sangat menenangkan. Atau begitu yang Seungcheol harapkan untuk membantunya berpikir lebih tenang.
Seungcheol terdiam, duduk termenung di gazebo belakang mansion sejak setengah jam yang lalu. Dua hari, dua hari tanpa Jeonghan di sisinya. Meski baru semalam tanpa Jeonghan dipelukannya, tetap saja rasanya seperti kehilangan.
Entah kenapa perasaan Seungcheol gelisah. Wolf dalam kepalanya tidak bisa berhenti berputar, berjalan kesana kemari tak mau diam.
Ia rindu.
Sungguh.
Jeonghan yang biasanya menjadi orang pertama yang akan ia temui saat membuka mata, menyiapkan keperluannya, menjadi tempatnya berkeluh kesah, semua yang telah ia lalui dengan Jeonghan terlintas dikepalanya.
Ia menyayangi Jeonghan. Ya, sangat mencintai omeganya itu.
Tapi mengapa semua tidak berjalan seperti yang ia harapkan?
Ia sudah berusaha, Demi Tuhan ia sudah berusaha memperlakukan Jeonghan dengan baik.
Ia selalu menunjukkan afeksinya, memperlakukan Jeonghan penuh kasih sayang. Ia berusaha membuat Jeonghan nyaman di keluarganya, mampu beradaptasi dengan baik menjadi bagian keluarga The Alpha.
Seungcheol sudah melakukan semampunya, semaksimal yang bisa ia usahakan. Jadi dimana letak salahnya?
Ia merasa baik-baik saja. Tidak ada yang salah dengan bond mereka. Ia tidak merasakan perasaan negative dari Jeonghan melalui ikatan mate mereka. Apalagi keduanya selalu bertemu setiap hari, tidak pernah absen untuk memberikan afeksi, entah itu sentuhan atau hanya verbal.
Wolf dalam dirinya merasa aman, merasa secure dengan hubungan yang ia miliki dengan Jeonghan. Tidak ada yang perlu dirisaukan.
Setidaknya itu yang selama ini rasakan.
Karena ternyata begitu terpisah dari Jeonghan beberapa waktu, gelombang perasaan negative itu seakan berbondong-bondong menyerbunya. Seakan menghantamnya bagai bergulung-gulung ombak besar.
Perasaan marah, sedih, kecewa, takut, gelisah, semua perasaan itu membuat perutnya mual. Bahkan rutnya entah menghilang kemana.
Setelah pelepasannya kemarin malam, ia tidak merasakan gelombang rut lagi. Ia hanya meminum dosis suppressant yang dianjurkan, dan tubuhnya baik-baik saja.
Minus perasaannya yang tidak karuan.
Seungcheol sangat bingung. Ia belum pernah merasakan gelombang emosi negative sebanyak ini. Sangat overwhelming dan menyakitkan. Tadi pagi bahkan ia terbangun dengan keadaan menangis. Dadanya terasa sangat sesak dan tidak nyaman.
"Ternyata kau disini. Eomma sudah mencarimu kemana-mana. Ponselmu juga tidak aktif."
Suara Yoona membuat Seungcheol menoleh, mendapati sang Luna yang berjalan ke arahnya. Ibunya kini duduk di sebelahnya, menepuk pahanya pelan dan menarik tangannya untuk digenggam.
"Ada apa, Seungcheol ah? Kau tidak terlihat baik-baik saja."
Seungcheol menggeleng, menunjukkan sebuah senyuman dan balas menggenggam tangan Yoona, "Aku baik-baik saja, eomma."
Yoona dengan cepat menggeleng, "Kau tidak. Kau terlihat gelisah, matamu tidak focus. Ditambah seharian kau tidak menyentuh makanannmu sama sekali."
Seungcheol terdiam. ia sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi dengannya.
Kecuali merindukan Jeonghan.
"Jujur dengan eomma, kamu ada masalah dengan Jeonghan?"
Pertanyaan Yoona itu membuat Seungcheol dengan cepat menoleh, membelalak kaget. Apa ibunya itu tahu?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pack [JEONGCHEOL]
أدب الهواةJust a story about Alpha Seungcheol and Omega Jeonghan with their family