● 26

1.2K 56 0
                                    

Rara masih sesegukan kencang di kamarnya, pipi nya lengket, dan seragam sekolah yang belum diganti masih melekat di tubuhnya. Ia mengurung diri di kamar seraya mendengar musik galau dari Tulus. Dada nya sesak tidak karuan, bibir nya bergetar kuat akibat menahan sesegukan dari mulutnya. Notif ponsel nya berbunyi seperti suara bel tanpa henti, sesekali ia melirik layar depan. Rara jengah, memutar bola matanya kecewa-ia berusaha untuk tidak kepo dengan ponsel nya, namun tetap saja ia meraih dan sedikit mengintip isi grub kelasnya.

Dari seluruh grub yang ia masuki, dominan membahas Sheldon dan Mitha. Pembahasan yang seharusnya menjadi milik Rara, rumor yang sangat ingin Rara dapatkan. Ia sangat ingin berita tentang dirinya mencuat keluar. Rara semakin kecewa, apalagi ketika Sheldon memposting foto Mitha dengan berbalutkan Hoodie abu-abu milik Sheldon. Bahkan postingan sebelumnya sudah di hapus, walau blur Rara masih bisa menebak bahwa itu adalah dirinya.

Rara menarik nafas dalam-dalam, ia segera meraih tote bag miliknya, keluar hanya menggunakan croptop tipis dan celana kulot panjang. Dengan terburu-buru, Rara segera keluar dan menutup pintu dengan keras. Mobil silver milik Steeve sudah melaju kencang, dibawa dengan brutal oleh Rara. Jalanan malam begitu sepi, membuat dirinya berani menorobos lampu merah. Untung saja kedua orangtuanya pergi, terutama Steeve yang menyusul kedua orangtuanya, mungkin sekarang Rara sudah dicerca habis-habisan oleh sang Ayah.

"Pakyu lo Sheldon Arwanda Nikson. Belagu, sok dingin kegua tau-tau gatel ke cewe lain!" Teriak Rara dari dalam mobil. Benar, Rara sudah tidak perduli dengan nyawanya. Perasaannya saat ini sangat menyiksa. Ia melaju semakin kencang, membawa mobil Steeve dengan perasaan kacau. Hingga akhirnya memilih menepi dan masuk ke area parkiran Mall, ia masih menunduk, mencoba mengatur nafas miliknya, ingusnya juga tidak berhenti keluar, tangis nya semakin kencang. Semakin sesak ia rasa, akhirnya bergerak cepat keluar dari dalam mobil.

"Hah, khas banget."

Rara menghirup udara malam sebanyak mungkin, kemudian menghembuskan nya pelan. Ia mendekap tubuhnya dalam-dalam, mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata. Namun tetap saja, tidak dapat ia bendung lagi. Sekali saja dia mengedipkan mata, air tersebut langsung mengalir. Ia mencoba mengelus lengannya agar tetap kuat, namun mulutnya ikut sesegukan, bibir nya bergetar kuat, dan hidungnya memerah.

Rara tersenyum, berusaha mengatakan bahwa ia tidak apa-apa ketika melewati beberapa orang. Disinilah Rara berada, mall terbesar di Jakarta Selatan. Ia tidak tau mau kemana lagi selain tempat tersebut. Selain dekat, ia juga butuh keramaian agar tidak merasa kesepian. Beberapa kali ia menatap layar ponsel nya, memperhatikan notif yang muncul, tangisnya semakin tidak terbendung ketika serentetan pertanyaan masuk.

"Cie sendirian, kesepian ya?"

Rara memejamkan mata, meremas jari-jari nya dengan kuat.

"Lepas," tegas Rara dengan tatapan marah.

Sedangkan Desy tidak perduli dengan suara Rara yang lumayan besar. Ia semakin mengeratkan genggamannya, menarik Rara menuju toilet.

"Aww," Rara meringis kesakitan ketika Desy mendorong dengan cepat. Perempuan lesbi seperti Desy memang tidak ada kapoknya, mentang-mentang keluarga kaya raya- ia sesuka hati tanpa takut dengan perbedaan dirinya.

"Gue gatakut sama lo ya!" Bentak Rara seraya menepis tangan Desy yang mencoba masuk ke dalam Hoodie Rara.

"Gue lagi pengen main baik nih, rindu." Ucap Desy berhasil membuat Rara naik pitam.

Rara berusaha kabur, namun ia sadar bahwa kini tangannya digenggam erat oleh Desy. "LEPAS!" Rara mengeraskan suaranya hingga berhasil menarik perhatian orang banyak. Desy gelagapan, ia sontak melepas genggamannya dan membiarkan Rara berlari ketakutan.

SHELDON🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang