● 30

1.8K 72 4
                                    

Happy Reading

V o t e
C o m m e n t

Pagi-pagi sekali Rara berangkat sekolah dengan perasaan sedikit cemas karena banyak ketinggalan materi sejak seminggu lalu. Ia berada di mobil yang sama saat ingin mengantarkan Bunda ke peristirahatan terakhir, walau dengan atmosfir yang berbeda. Hidup bakalan berjalan maju, sesedih apapun Rara, sekuat apapun ia meminta agar dikembalikan, sama saja. Tidak akan ada yang berubah walau meminta dengan bercucur air mata.

Rara menutup tubuhnya menggunakan hoodie, cuaca pagi ini sedikit mendung, membuat nya semakin malas untuk terus melanjutkan perjalanan ke sekolah. Di sebelahnya ada Barga, laki-laki yang semalaman menginap dirumahnya, dan memilih berangkat bersama padahal ia memiliki mobil.

"Lo bedua ngapa diem-diem aja dah?"

Steeve mencoba membuka obrolan seraya mengintip dari kaca mobil. Sedangkan Rara semakin tidak mood untuk berbicara, ia hanya sekedar menoleh ke arah Barga, ingin mengetahui secara jelas mengapa bisa menginap dirumahnya.

"Barga itu anak tante Boris," ucap Steeve lagi-lagi, "tempat kamu les balet, itu kan punya keluarga Barga."

Rara terhenyak, ia semakin enggan untuk mengetahui lebih banyak. Ia tidak berniat untuk memiliki hubungan lebih dekat dengan Barga, perasaan nya terlalu abstrak untuk bisa ditebak-tebak saat ini. Walau secara tidak langsung ia bisa merasakan bahwa Barga tertarik pada nya. Namun Rara merasa Barga terlalu nakal buat dirinya. Barga yang sering bermain dengan Niko, Deay dan juga Mitha. Bahkan untuk sekedar mengulangi kejadian di klub malam juga Rara ogah-ogahan. Cukup hanya sekali itu saja ia diajak nongkrong dan dibawa ke klub.

"Rara turun depan halte aja bang."

Rara cepat-cepat mengemasi barang nya, kemudian disusul dengan Barga yang juga ikut turun bersama Rara. "Makasih bang," ucap Barga bergegas mengejar Rara.

Rara menghela nafas panjang, ia merapikan rambutnya yang berantakan. Hidupnya akan kembali berantakan setelah ia melanhkahkan kaki dan melewati gerbang sekolah. Ia terdiam sejenak, membuat Barga ikut berhenti melangkah.

"Hari ini, gue gamau liat Desy." Ucap Rara kemudian melangkah memasuki sekolahan. Samar-samar dari kejauhan, ia mendengar suara teriakan riuh dari beberapa murid yang berlarian menuju lapangan basket.

"Lo kenapa coy?" tanya Barga penasaran.

"Gua gatau, makanya mau kesana."

Barga dan Rara segera ikut berlari hingga tiba di lapangan basket. Sheldon, si cowo yang katanya mau menjemput dirinya namun sekarang malah berada di rangkulan Mitha. Ia sakit hati, seluruh teman sekelasnya juga berada di posisi yang tidak jauh dari kerumunan.

"Lo kaya banget ya? Sampai bisa nyogok kepala sekolah, hebat banget lo!" Sheldon berteriak di depan Niko.

"Masalah lo ke gua cuman Cindy doang kan? Jangan nyebar kemana-mana anjing."

Sheldon semakin geram, tatapannya sudah penuh dengan amarah, ia menarik dasi yang melekat di leher nya, kemudian melilitkan ke tangan kanannya. Dengan cepat ia menangkap Niko dan segera membogem wajah laki-laki itu. Aksi Sheldon berhasil membuat seluruh murid SMA Cakrawala panik. Pasalnya, apabila Sheldon
sudah meninju seseorang, ia bakalan susah untuk di kendalikan.

"Lo yang salah, ngapain lo pacarin Mitha kalo lo gabisa ngehargai dia!" Niko bangkit berdiri ketika teman-teman nya malah menarik nya menjauh dari Sheldon.

"Owh, lu suka yang bekas gue ternyata. Habis ini lo suka siapa?"

"SHELDON!"

Chichi membentak Sheldon kemudian menarik Sheldon, namun ia hanyak mendapat penolakan. "Anak pejabat mah enak, nyelakain orang, malah hidup enak." Sindir Sheldon membuat beberapa murid menatap Niko.

SHELDON🚫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang