27

2.4K 524 50
                                    

"ARAAA!" 

Ara yang sedang bermain bersama nugget di balkon apartment Jaejoong tersentak kaget saat mendengar suara teriakan itu. 

Menolehkan kepalanya, Ara sontak tersenyum lebar melihat siapa orang yang baru saja berteriak memanggilnya. 

"RYUJIN! ARA MAU PELUK! ARA MAU PELUK!" Seru Ara heboh, ia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar agar sahabatnya itu segera mendekat dan memeluknya. 

"Enggg, Ara kangen banget sama Ryujin," ucap Ara setelah Ryujin menghampirinya dan langsung memeluknya dengan sangat erat. 

"Oh gitu, jadi yang dikangenin cuma Ryujin doang nih?" Celetuk Hyunjin yang kini sudah berdiri di belakang Ryujin. 

"Ara juga kangen Hyunjin. Tapi kan nggak boleh peluk, soalnya Hyunjin punya Ryujin," ucap Ara dengan polosnya. 

Hyunjin tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan polos Ara. 

"Bener sih, daripada ayang mbeb gue cemburu, lebih baik nggak usah ya, Ra?" 

Ara mengangguk setuju. Sementara Ryujin hanya mendengus pelan, sudah sangat terbiasa dengan kegombalan pacarnya. 

"Gue kan nggak punya siapa-siapa, Ra. Berarti boleh peluk dong?" 

Ara menoleh, menatap Felix yang sepertinya baru saja masuk dengan banyak bawaan di tanganya. 

"Emm, boleh deh." Ara berujar menyetujui, kemudian beralih merentangkan tangannya ke arah Felix. 

Felix tersenyum kecil dan tanpa basa-basi langsung memeluk Ara dengan erat. "Gue kangen lo, Ra. Banget." 

Ara mengangguk pelan. Tanpa sadar, menyandarkan kepalanya ke bahu Felix karena nyaman. 

"Ara juga kangen Felix." 

———

Senyuman lebar tak kunjung pudar dari bibir Ara ketika melihat ketiga temannya dan juga Jaejoong serta Taeyong berada di dapur, membuatkan makanan spesial untuknya. Katanya. 

Fokus dengan kegiatan masak-memasaknya, mereka tak mendengar suara bel apartment yang ditekan berkali-kali. 

Bersusah payah mendorong kursi rodanya untuk mencapai pintu depan, Ara kemudian membuka pintu apartment perlahan. 

"Mama.." cicit Ara ketakutan. Tubuhnya bahkan bergetar pelan karena takut. 

Sementara BoA yang melihat raut ketakutan dari Ara langsung menunjukkan seringai puasnya. 

"Kita ketemu lagi, anak pembawa sial."

Mendengar suara dengan nada rendah BoA, Ara sontak saja berusaha memundurkan kursi rodanya. 

"Jangan takut, sayang. Mama cuma mau ketemu dan peluk Ara aja kok." 

Ara menggeleng tak percaya. Ia tetap berusaha memundurkan kursi rodanya agar bisa kembali menutup pintu.

"Kenapa? Kamu takut sama saya? Apa semenyeramkan itu bertemu dengan saya? Lantas bagaimana dengan saya yang ditinggalkan oleh suami dan anak saya, apa kamu pikir hidup sendirian itu tidak lebih menyeramkan dengan kamu yang bertemu dengan saya?" 

"A-Ara... Ara nggak tau.. Ara—AKH!" Kepala Ara mendongak ke atas ketika BoA menjambak rambut Ara tanpa rasa iba. 

"Ara kenapa, sayang?" Tanya Jaejoong dari dapur. 

"P-Papa tolong!" Pekik Ara, membuat jambakan di rambutnya semakin mengencang. 

"AKH! S-sakit, mama.. Udah.." Ara memohon dengan air mata bercucuran. 

"Ara!" Jaejoong, Taeyong dan juga ketiga teman Ara membelalak melihat Ara yang sudah terlihat sangat kacau, sementara BoA tak berniat untuk melepaskan cengkramannya pada rambut Ara. 

"BoA kamu keterlaluan ya! Lepasin Ara!" Jaejoong melangkah maju, mendekati BoA dan juga Ara. Mata tajamnya memancarkan kemarahan yang tak bisa digambarkan. 

"BoA!" Bentak Jaejoong saat wanita itu mengeluarkan pistol dan menekan ujung pistol itu ke pelipis Ara. 

"Kamu gila, BoA!" Seru Jaejoong frustrasi. 

"Memang. Aku gila. Aku gila karena aku cinta kamu!" 

"Maju satu langkah, dan kamu bisa ngunjungin pemakaman asli anak pembawa sial ini besok." BoA berujar penuh ancaman saat Jaejoong kembali melangkah maju seolah pistol di tangannya itu tak membuatnya gentar. 

TUK! 

Hyunjin tersenyum puas saat berhasil melempar spatula yang ada di tangannya mengenai wajah BoA, hingga wanita itu refleks mundur dan melemparkan pistol ke sembarang arah. 

"Sialan! Dasar anak nggak tau sopan santun!" Bentak BoA, memegangi wajahnya yang terasa panas karena minyak yang ada di spatula itu.

Taeyong segera maju, menarik kursi roda Ara mundur. Sementara Felix mengambil pistol milik BoA yang terlempar dan mengarahkan ujung pistol itu tepat ke dahi BoA. Balik Mengancam.

"Kembalikan barang saya!" Teriak BoA frustrasi saat keadaan malah berbalik tak memihaknya. 

"Tidak akan." Felix tersenyum setan, melirik ke arah kanan di mana terdapat beberapa polisi yang ditelepon oleh Ryujin. 

"Sepertinya barang ini akan menjadi bukti kuat untuk anda bisa membusuk di penjara." 

"Lepasin saya! Saya nggak bersalah! Anak itu yang harus ditangkap dan membusuk di penjara!" BoA memberontak tak beraturan saat dua orang polisi menahannya, memborgol kedua tangannya dan menyeretnya pergi.

"Maaf atas keterlambatan kami." Salah satu polisi itu menundukkan tubuhnya. 

Jaejoong menggeleng. "Nggak masalah, bapak datang di waktu yang tepat. Terima kasih atas bantuannya," ucapnya tulus seraya menjabat tangan polisi yang mempunyai pangkat tinggi tersebut. 

"Sudah tugas kami untuk memberikan rasa aman pada masyarakat sekitar." 

"Sekali lagi terima kasih, pak." 

Jaejoong kemudian menutup pintu apartment setelah polisi itu pergi. Dan segera mengalihkan perhatiannya pada sang putri yang tengah menangis tanpa suara dalam pelukan Ryujin. 

"Ara aman, sayang, Ara nggak perlu takut lagi. Papa, kakak dan temen-temen Ara akan selalu ada untuk melindungi Ara." 










updatenya ngaret banget sksksk, maafin yaaa. lagi susah banget dapet ide soalnya akhir-akhir ini. 😭

happy reading!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DISSIMILARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang