"ck, carper," desis BoA membuat Ara langsung menjauhkan tubuhnya dari Jaejoong dan mengusap wajahnya yang berderai air mata.
Jaejoong mendecak, lalu kembali membawa tubuh Ara ke dalam dekapannya. Mata elangnya kemudian menatap sang istri dengan tajam.
"kenapa? kamu mau belain anak gak tau diri kayak dia?" ucap BoA dengan tatapan yang seolah-olah menantang sang suami. Rahang Jaejoong mengeras, pria itu lalu menghembuskan napasnya perlahan.
"kamu gak malu sama tuhan? dulu kamu yang ngemis-ngemis mau anak perempuan, setelah dapet ara kamu malah ngomong seakan kamu gak pernah menginginkan kehadiran dia."
"lucu kamu," ketus Jaejoong dengan senyum sarkasnya, pria paruh baya itu kemudian mengajak Ara ke dalam kamar.
Meninggalkan sang istri yang terdiam mematung setelah mendengar ucapannya.
Jaejoong menuntun Ara untuk duduk di sisi ranjang queen size di kamar gadis itu, lalu beralih berlutut di hadapan sang putri.
Tangan kekarnya menggenggam tangan mungil Ara dengan penuh kelembutan, "papa gak pernah malu punya anak kayak ara, papa gak pernah nyesel punya anak kayak ara."
"papa bangga punya ara, gadis kecilnya papa yang dulu selalu nangis tengah malem ini udah gede. ara harus kuat."
"karena papa akan selalu ada untuk ara." Jaejoong tersenyum hangat, lalu mengecup punggung tangan Ara dengan penuh kasih sayang.
"jangan nangis ya, sayang," ucap Jaejoong seraya menyeka air mata Ara yang terus menetes dari pelupuk matanya.
"papa..." Ara merengek pelan lalu memeluk tubuh Jaejoong dengan sangat erat, "ara sayang papa.."
Jaejoong tersenyum tipis, "papa juga sayang ara, dan akan selalu begitu." Ara melepas pelukannya, lalu menatap Jaejoong sendu.
"papa.. mama gak sayang ara ya?"
———
Pagi ini tidak biasanya Ara belum bangun. Jaejoong yang khawatir terjadi sesuatu pada putrinya, langsung menyuruh Taeyong untuk memeriksa Ara di kamarnya.
Sementara BoA hanya memutar bola matanya malas, kejadian kemarin sore membuatnya memutuskan untuk tidak membuka suara dan fokus pada sarapannya.
"ara? udah bangun belum?" Taeyong mengetuk pintu kamar Ara beberapa kali, namun sama sekali tak ada balasan dari si empunya kamar.
"kakak masuk ya?" merasa tak mendapat jawaban, Taeyong akhirnya memutuskan untuk membuka pintu kamar Ara perlahan.
Sepasang mata elangnya langsung menangkap siluet sang adik yang tengah meringkuk kedinginan di atas ranjang.
Taeyong dengan sigap menarik selimut berwarna biru laut itu hingga batas dada sang adik lalu mematikan ac di ruangan serba pastel itu.
Kemudian beralih mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang Ara, punggung tangan berurat itu menempel pada kening sang adik guna memeriksa suhu tubuhnya.
"panas banget," gumam Taeyong, lalu berjalan keluar dari kamar Ara untuk memberi tahu kedua orang tuanya.
"belum bangun, yong?" tanya Jaejoong saat mendapati Taeyong keluar dari kamar Ara hanya seorang diri.
"kayaknya ara demam deh, pa," ucap Taeyong membuat Jaejoong langsung meninggalkan sarapannya, dan menghampiri Ara dengan wajah khawatirnya.
BoA mendecih sinis, wanita itu kemudian menahan pergelangan tangan Taeyong yang berniat mengikuti langkah sang ayah.
"di sini aja, temenin mama. adek kamu cuma cari perhatian jadi gak usah diladenin," ucap BoA dengan senyum sinisnya.
Taeyong hanya diam tak bergeming, membuat BoA yang melihat itu langsung menarik pergelangan tangan sang putra hingga lelaki itu terduduk di kursi makan sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISSIMILAR
Fanfiction"Maaf, tapi saya sudah tidak menginginkan kamu sejak kamu beranjak remaja." A wattpad story by ©aimmortelle_