15

7K 1.6K 209
                                    

"Permisii." Ryujin kembali mengetuk pintu di hadapannya ketika tak kunjung mendapat sahutan dari si empunya rumah.

"Sebentar." Sunghee yang sedang mencuci baju di belakang rumah segera membasuh tangannya dengan air bersih sebelum berjalan tergopoh-gopoh menuju pintu depan.

"Eh? Cari siapa ya?" Tanya Sunghee dengan senyum ramahnya ketika mendapati tiga orang remaja yang ia kira seumuran dengan cucunya.

"Emm.. sebelumnya perkenalkan nama saya Shin Ryujin, ini Felix, dan yang ini Hyunjin. Kebetulan kita temen kampus Ara di Seoul."

"Beberapa minggu yang lalu kita dapet kabar kalo Ara meninggal karena percobaan bunuh diri. Dan kalo memang gak salah, tadi kita liat Ara ada di pinggir danau," jelas Ryujin membuat Sunghee yang mendengar itu menutup mulutnya tak percaya.

Saat BoA mengantar Ara, ia memang tak menjelaskan mengapa Ara bisa mengalami kelumpuhan.

"P-percobaan bunuh diri?" Gumam Sunghee yang secara tak sengaja didengar jelas oleh ketiga remaja itu.

Ryujin mengangguk ragu, "Kak Taeyong bilang Ara berniat bunuh diri dengan cara menjatuhkan dirinya dari lantai 9 rumah sakit Seoul.."

Sunghee berdehem pelan, berusaha menetralkan keterkejutannya. "Kita lanjut ngobrol di dalem aja, silahkan masuk."

"Permisi," gumam ketiga remaja itu bersamaan ketika memasuki rumah sederhana Sunghee.

"Silahkan duduk, nenek buat minuman sebentar. Kalian duduk dulu aja."

"Gak perlu repot-repot, nek." Felix tersenyum sungkan, membuat Sunghee menepuk pelan bahunya.

Wanita paruh baya itu kemudian tersenyum lembut, "gak repot kok, tunggu sebentar ya."

"Jadi Ara beneran masih idup?" Tanya Hyunjin dengan suara kecil, "kayaknya gitu, tapi kenapa Ara bisa sampe sini coba?"

Felix mengangguk, "dia juga kayak gak kenal sama kita," timpalnya yang diberi anggukan setuju oleh Hyunjin dan Ryujin.

Tidak lama kemudian, Sunghee kembali ke ruang tengah dengan nampan berisi 3 cangkir teh hangat buatannya.

"Jadi?" Tanya Sunghee setelah mereka menyeruput sedikit tehnya.

"Kita sebenernya juga kurang tau cerita detailnya gimana, tapi beberapa minggu yang lalu kabar kematian Ara tersebar di kampus. Kak Taeyong bilang Ara meninggal karena percobaan bunuh diri dari lantai 9 rumah sakit Seoul."

"Kita juga dateng ke pemakaman Ara waktu itu. Gak tau bener atau enggak, tadi kita ngeliat Ara ada di pinggir danau sama anjing besar gitu. Tapi keliatannya Ara gak kenal sama kita."

Sunghee menghela napas, ia mengusap wajahnya yang sudah timbul kerutan dengan frustrasi. "Bener, itu bener Ara. Ara yang kalian kenal, adiknya Taeyong."

Mereka bertiga terlihat terkejut, namun berusaha mengatur ekspresi wajahnya kembali seperti biasa.

"Nenek juga gak tau gimana ceritanya, karena dua hari yang lalu BoA, ibunya Ara nganter dia ke sini dalam keadaan Ara yang udah duduk di kursi roda."

"BoA juga gak ngejelasin apa-apa ke nenek, bahkan nenek gak tau kenapa Ara bisa lumpuh."

"Ara juga gak cerita apa-apa sama nenek, dia keliatan biasa aja dan malah seneng banget waktu BoA nganter dia ke sini"

Kening Felix mengerut, memikirkan suatu kemungkinan yang terjadi pada Ara.

"Kalo memang Ara ngelakuin percobaan bunuh diri dari lantai 9, dan dia masih hidup. Ada kemungkinan kalo sebenernya Ara lupa ingatan karena benturan keras 'kan?" Ujar Felix menimpali.

Hyunjin menjentikkan jarinya, setuju dengan pendapat Felix. "Tapi kalo memang Ara masih idup, terus yang dikubur siapa? Dan juga gimana bisa Kak Taeyong dan orang tuanya gak tau kalo Ara masih idup?"

Sunghee menarik napas panjang, "BoA. BoA yang malsuin kematian Ara."

Penjelasan singkat dari Sunghee berhasil membuat ketiga remaja itu mematung tak percaya dengan mulut terbuka.

"H-hah? M-maksudnya?" Tanya Ryujin terbata, Sunghee menunduk dengan wajah sedihnya.

"Nenek gak tau apa yang salah dengan kondisi kejiwaan BoA, yang jelas dia itu udah gak waras. Setelah malsuin kematian saya, dia juga malsuin kematian anak kandungnya sendiri."

"Jadi papanya Ara dan juga Kak Taeyong gak tau kalo nenek dan Ara sebenernya masih hidup?" Tanya Felix yang Sunghee jawab dengan anggukan lirih.






DISSIMILARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang