21

6.1K 1.5K 101
                                    

"Papa kangen Ara, kangen banget. Papa mohon jangan pergi lagi," ucap Jaejoong sendu, tangan beruratnya terulur menangkup pipi gembil Ara gemas.

Ara memajukan bibir bawahnya lalu menarik tangan sang ayah menjauh dari pipinya.

"Harusnya Ara yang ngomong gitu. Papa jangan kerja jauh-jauh lagi, Ara bosen cuma bertiga sama nenek dan nugget aja."

Jaejoong tersenyum. Kembali menarik Ara dan memeluk tubuh putri kesayangannya dengan sangat erat.

"Papa janji akan selalu jagain Ara. Papa janji gak akan pernah biarin orang-orang nyakitin Ara lagi. Cukup sekali papa liat kamu setertekan itu."

Ara mendorong tubuh Jaejoong dan kembali duduk seperti biasa. "Udah peluk-peluknya, Ara pegel."

Jaejoong terkekeh gemas, terlampau gemas hingga tanpa sadar menggigit pipi Ara sampai meninggalkan bekas merah samar.

"SAKITT!" Pekik Ara secara refleks mendorong kepala Jaejoong menjauh dari wajahnya.

Taeyong yang sedari tadi memperhatikan interaksi ayah dan adiknya itu sontak tertawa kencang.

Sunghee yang baru selesai mandi segera keluar kamar setelah mendengar pekikan Ara dan juga tawa puas Taeyong.

"Jaejoong," lirih Sunghee saat melihat punggung tegap menantu kesayangannya.

Jaejoong berbalik, matanya melebar melihat sosok ibu mertua yang ia tahu sudah meninggal 5 tahun lalu.

"K-kamu siapa?" Pria itu berujar pelan sebelum akhirnya menggeleng pelan, dan berbisik dalam hati bahwa sosok di depannya pasti hanya halusinasi semata.

Air mata Sunghee menetes, ia tidak menyangka akan kembali bertemu dengan menantu yang sudah ia anggap sebagai anak kandungnya sendiri setelah 5 tahun berlalu.

"Ini ibu, Jaejoong. Ini ibu," ucap Sunghee pelan, sangat pelan.

Jaejoong mengusap wajahnya frustasi, bagaimana kejadian seperti ini bisa terjadi di dunia nyata. Batinnya tak habis pikir.

Rasanya sangat tidak mungkin, namun setelah mengusap wajah yang telah terdapat keriput itu Jaejoong merasa ditampar dengan sangat kencang.

Wanita itu benar-benar Sunghee, ibu mertuanya. Wanita yang selalu menyayanginya layaknya anak kandung.

"Ibu.." Suara Jaejoong bergetar. Pria itu memeluk Sunghee dengan erat dan kembali menangis di bahu ibu mertuanya.

Setelah tangisannya berhenti, Jaejoong segera mengusap wajahnya dan menggenggam tangan ringkih Sunghee dengan lembut.

"I-ini beneran ibu 'kan? Ibu mertua aku 'kan?" Tanya Jaejoong yang sepertinya masih belum mempercayai keadaan saat ini.

"Ini ibu, Jaejoong. Ini ibu, ibu yang selalu kamu pijetin setelah kamu pulang kerja, ibu yang selalu kamu rendem kakinya dengan air hangat, ibu yang selalu kamu cium punggung tangannya."

Jaejoong memejamkan matanya rapat, rasanya ia sangat merindukan momen itu. Di mana Sunghee akan selalu menunggunya pulang kerja.

Kemudian berlanjut pada ia yang memijat lembut bahu Sunghee, dan merendam kaki ibu mertuanya itu menggunakan air hangat.

Jaejoong menuntun Sunghee untuk duduk di sofa, sementara ia berlutut di hadapan Sunghee. Mendengarkan penjelasan bagaimana wanita paruh baya itu bisa berada di desa ini.

"Aku kangen ibu. Ibu apa kabar selama ini? Maaf aku gak tau kalo sebenernya  ternyata BoA sebejat itu." Jaejoong menenggelamkan wajahnya di tangan Sunghee dan mengecup lembut tangan keriput itu.

"Aku gak berhasil nuntun BoA ke jalan yang bener ya, bu?"

"Aku gagal jadi suami yang baik ya, bu?" Tanya Jaejoong sendu.

Dengan cepat, Sunghee menggeleng.

"Kamu suami paling baik dan paling sabar, terlampau sabar malah," ucap Sunghee diiringi dengan kekehan ringan.

Dan malam itu diakhiri dengan canda tawa dari keluarga yang telah lama terpisah.



DISSIMILARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang