16

6.8K 1.5K 190
                                    

Setelah empat hari menyelesaikan tugas pengamatan dan juga menghabiskan waktu bersama Ara, kini ketiga mahasiswa itu sudah bersiap untuk kembali ke Seoul.

Mereka terkekeh geli kala melihat Ara yang tak henti merengut sejak pagi. "Kita janji bakal sering ke sini deh," ucap Ryujin membuat sudut bibir Ara kembali terangkat.

"Janji?" Ara mengulurkan jari kelingkingnya ke hadapan Ryujin, yang langsung dibalas oleh gadis itu.

"Janji, tapi lo juga harus janji untuk tetep sehat dan bahagia di sini okey?" Ucap Ryujin membuat Ara langsung mengangguk cepat sebagai balasannya.

"Janji! Ara akan tetep sehat dan nungguin Ryujin, Hyunjin sama Felix ke sini!" Ucap Ara dengan riangnya.

Felix tersenyum tulus, tangan mungil namun kekarnya terangkat mengusak puncak kepala Ara dengan gemas.

"Kita pulang dulu ya? Takut kemaleman," ucap Felix membuat Ara kembali merengut sedih.

"Gak bisa besok aja yaaa," rengeknya dengan mata berkaca, Ryujin terkekeh lantas berlutut di depan Ara yang duduk di kursi rodanya.

"Lo udah ngomong itu entah berapa kali dari kita mau pulang kemaren, Ra," ucap Ryujin seraya mencolek hidung Ara gemas.

Mungkin Ryujin memang terkenal dengan sikap tomboy dan galaknya. Namun jika sudah berhadapan dengan Ara, entah mengapa sifat galak itu seakan tak pernah melekat dalam dirinya.

"Kalo kalian pulang, Ara main sama siapa—HUAAAAA!" Seketika tangis Ara pecah, namun hal itu malah membuat mereka tergelak kencang.

"Ya Tuhan, sampe sakit perut guee," ucap Hyunjin seraya memegang perutnya yang terasa kram karena tertawa terlalu keras.

"Ara, itu temennya mau pulang masa gak boleh. Kalo kemaleman malah bahaya lho Ra," ujar Sunghee lembut, tangan keriput itu tak luput mengusap kepala cucunya dengan sayang.

"Huh! Ya udah deh, kalian hati-hati ya?"

"Pasti, kalo gitu kita pamit ya? Nek, makasih udah izinin kita main sama Ara. Makasih juga udah ceritain semuanya ke kita."

Ketiga mahasiswa itu membungkuk sopan pada Sunghee lalu melambaikan tangan pada Ara, "Dah Araa, sampe ketemu lain waktuu."

Sebelum mereka masuk ke dalam mobil, Ara berteriak membuat ketiga mahasiswa itu kembali menoleh ke belakang dengan senyum gelinya.

"HATI-HATI, ARA SAYANG KALIANNN!"

———

Felix mendecak melihat Ryujin dan Hyunjin yang sibuk berdebat tentang siapa yang akan memberi tahu Taeyong masalah kemarin.

Ia melipat kedua tangannya di depan dada, menatap malas pada Hyunjin dan Ryujin yang sama sekali tak berniat berhenti adu mulut.

"Itu Kak Taeyong!" Mendengar seruan kompak dari kedua temannya, Felix lantas mendongak dan segera menghampiri Taeyong yang tengah berjalan menuju gedung fakultas mereka.

"Kak," panggil Felix dengan suara beratnya, Taeyong yang merasa dirinya dipanggil lantas menoleh dan menatap Felix bingung.

"Felix bukan sih?" Tanya Taeyong ragu, namun Felix dengan cepat mengangguk membuat Taeyong tersenyum tipis.

"Kenapa?"

Felix berdehem sejenak, "Gue cuma mau kasih tau kalo Ara masih hidup," ucap Felix tanpa basa-basi.

Taeyong tersentak pelan, ia kemudian menyunggingkan senyum tipis yang terlihat sendu.

"Gue tau lo sedih karena kepergian Ara, tapi gue minta untuk ikhlasin Ara biar dia bisa tenang di sana." Taeyong menepuk bahu Felix sekilas sebelum berjalan meninggalkan Felix yang mematung di tempatnya.


DISSIMILARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang