Jaejoong yang duduk di ruang tengah sontak mengernyit ketika melihat BoA yang baru saja masuk rumah dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.
Pria paruh baya itu menggidik tak acuh, kemudian kembali fokus pada pertandingan bola yang ditampilkan televisi di hadapannya.
"Darimana?" Tanya Jaejoong tanpa menatap sang istri.
BoA berjengit kaget, berusaha mengatur ekspresi wajahnya kembali seperti biasa sebelum menghampiri suaminya.
"Dari rumah temenku, kamu kenapa belum tidur?" Tanya BoA ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul dua pagi.
"Bisa liat 'kan saya lagi ngapain?" Ucap Jaejoong ketus, membuat BoA mengerucutkan bibirnya.
"Ketus banget sih sama istrinya sendiri," rajuk BoA seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.
Jaejoong tak menjawab, perhatiannya masih terarah pada televisi. Seolah kehadiran sang istri di sebelahnya tak ada.
"Taeyong udah tidur?" Suara BoA kembali memecah keheningan yang terjadi di antara pasangan suami-istri itu.
"Udah."
BoA mendengus sebal ketika mendapati sikap ketus dan dingin Jaejoong padanya. Padahal ia mengira setelah kabar kematian palsu Ara, suaminya itu akan kembali bersikap manis seperti pada awal pernikahan mereka.
"Tidur sana, udah mau pagi."
Perintah dari Jaejoong tak BoA hiraukan. Wanita itu malah beranjak duduk ke atas pangkuan Jaejoong, agar perhatian suaminya itu tertuju padanya.
"BoA," tegur Jaejoong dengan suara tegasnya, namun BoA malah memeluk leher sang suami dan mendusel di sana.
"Aku kangen kamu," rengeknya manja, Jaejoong menghela napas kasar kemudian menatap BoA yang terduduk di atas pangkuannya dengan malas.
"Masuk kamar. Saya masih mau nonton," ucap Jaejoong membuat BoA semakin mengerucutkan bibirnya.
"Bikin dede, yuk?" Ajak BoA dengan mata berbinar, membuat Jaejoong yang mendengar itu memutar bola matanya.
"Gak," tolak Jaejoong tanpa pikir panjang.
"Ih, kenapaaa?"
"Kamu pikir setelah saya kehilangan Ara, kepercayaan saya pada kamu akan kembali seutuhnya? Sikap saya pada kamu akan seperti awal pernikahan kita?"
"Kamu sadar gak? Penyebab Ara melakukan percobaan bunuh diri itu karena kamu. Karena kamu selalu membanding-bandingkan ia dengan Taeyong."
"Saya tau di luar sana juga banyak yang membandingkan Ara dengan Taeyong, tapi pengaruh ucapan kamu itu jauh lebih besar daripada ucapan orang lain di luar sana. Karena kamu ibunya."
"Saya tau orang-orang di luar sana membandingkan Ara dengan Taeyong, karena mereka memiliki kemampuan dan minat yang jauh berbeda."
"Taeyong dengan minatnya pada rapp, dance, dan menyanyi. Sementara Ara sama sekali tidak memiliki minat di bidang itu."
"Namun karena kamu tidak mendukung minatnya dan malah ikut membanding-bandingkan Ara dengan Taeyong, ia berusaha menjadi apa yang kamu inginkan."
"Ara berusaha melakukan sesuatu yang tidak ia minati karena Ara tidak mau mengecewakan kamu. Namun kamu tetap saja membandingkannya dengan Taeyong,"
"Walau begitu, ia terus berusaha agar kemampuan dance-nya meningkat dan membuat kamu bangga, tanpa kamu tau kalau batinnya tertekan."
"Selama ini saya diam karena saya menghargai kamu sebagai istri saya, saya juga menghargai keputusan Ara untuk menuruti kemauan kamu."
"Kamu pikir saya diam saja ketika Ara memilih sesuatu yang jauh di luar minat dan kemampuannya? Tidak."
"Saya berusaha membujuknya untuk tidak mendengarkan ucapan kamu dan ucapan sampah orang lain di luar sana yang bahkan tidak mengenalnya dengan baik. Tapi ia tidak mendengarkan saya, karena ia ingin membanggakan kamu dengan cara menuruti kemauan kamu."
Jaejoong mendorong BoA agar wanita itu menyingkir dari pangkuannya, kemudian masuk ke kamar tanpa memperdulikan BoA yang terdiam mematung di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISSIMILAR
أدب الهواة"Maaf, tapi saya sudah tidak menginginkan kamu sejak kamu beranjak remaja." A wattpad story by ©aimmortelle_