"Pagi, nek," sapa Ara riang seraya menghampiri sang nenek yang tengah memasak sarapan di dapur.
"Pagi juga, sayangnya nenek," balas Sunghee dengan senyuman tulusnya, ia menghentikkan kegiatan memasaknya sejenak kemudian mengecup pipi dan kening Ara bergantian.
Ara tersenyum lebar, lantas balas mengecup pipi sang nenek hingga terdengar suara decapan dari kecupan tersebut.
Sunghee terkekeh, mengusap kepala Ara dengan lembut sebelum kembali melanjutkan kegiatan memasaknya.
"Nenek, Ara mau bantuuuu." Ara mendorong roda di kursinya agar lebih dekat dengan sang nenek.
"Ara tunggu di ruang tengah aja ya? Biar hari ini nenek yang masak." Mendengar ucapan Sunghee, Ara sontak mengerucutkan bibirnya lucu.
Gadis itu memilih menuruti sang nenek, menuju ruang tengah hingga kursi roda itu terhenti tepat di depan album foto yang tergeletak di atas meja dengan posisi terbuka.
"Ini siapa.." Gumam Ara kala melihat foto dirinya dan seorang lelaki dengan pose saling merangkul dan senyum lebar di wajah masing - masing.
"Ara dan Taeyong? Taeyong siapa.." Kening Ara membentuk kerutan samar yang menandakan gadis itu tengah mencoba mengingat sesuatu.
"Eh loh? Ini bukannya tante yang kemaren?"
Ara kembali membuka lembar demi lembar album foto itu hingga pergerakannya terhenti saat melihat satu foto. Di mana ada dirinya, lelaki yang ia taksir bernama Taeyong, tante yang kemarin menabraknya, dan seorang lelaki paruh baya yang memiliki wajah mirip dengan Taeyong.
"Mereka siapa.."
Ara memaksa dirinya untuk mengingat siapa orang-orang yang ada di dalam foto itu, namun rasa nyeri di kepalanya membuat ia tanpa sadar meringis dan mencengkram pegangan kursi rodanya dengan erat.
"N-nenek, sakit," rintih Ara kesakitan, Sunghee yang mendengar itu buru-buru mematikan kompor dan menghampiri cucunya yang meringis menahan sakit.
"Ara kenapa, sayang? Ara istirahat di kamar aja ya, nanti sarapannya nenek anter ke kamar," ucap Sunghee seraya mendorong kursi roda Ara menuju ke kamar yang semalam gadis itu tempati.
Membantu Ara berbaring di ranjang, kemudian duduk di sisi tubuh cucu perempuan satu-satunya.
Sunghee mengusap surai hitam Ara dengan sayang, bibirnya mengukir senyum lembut yang membuat Ara sedikit lebih tenang.
"Jangan mikir apa-apa dulu ya untuk saat ini, nenek gak mau Ara kenapa-napa," ucap Sunghee sendu, membuat Ara memajukan bibir bawahnya merasa tak enak karena sudah membuat neneknya khawatir.
"Maaf, nenek," sesal Ara, wajahnya yang semula berbinar kini terlihat muram.
"Gak apa-apa, nenek gak marah kok." Sunghee menarik selimut hingga batas dada Ara, kembali mengecup kening cucunya dengan sayang.
"Sekarang Ara tidur lagi ya, biar pusing di kepalanya ilang." Ara mengangguk menurut, kemudian menutup kedua matanya yang membuat gadis itu perlahan kembali ke alam mimpi.
Sunghee tak beranjak, pandangannya lurus menatap Ara yang sudah kembali tertidur dengan sendu.
"Kenapa kamu bisa sebejat ini, BoA?"
———
Sementara di lain tempat. Taeyong berlutut di depan makam Ara, meletakkan bunga kesukaan sang adik di atas gundukan itu.
Bibir tipisnya mengulas senyum sendu, "apa kakak masih boleh berharap kalo yang di dalem sini bukan kamu setelah dua minggu kamu pergi?"
"Apa kakak masih boleh berharap Tuhan kasih kakak satu kesempatan lagi untuk ketemu dan jagain Ara?"
"Kakak kangen Ara, kangen kita yang dulu selalu kemana-mana berdua, kangen Ara yang selalu meluk kakak setiap abis diomelin mama atau papa."
"Kangen Ara yang selalu ngerengek ke kakak karena kakak selalu gangguin Ara gambar, kangen Ara ngerengek minta ikut kalo kakak mau ketemu Jaehyun atau Yuta."
"Kangen Ara yang manja sama temen-temen kakak, walaupun akhirnya mereka kakak marahin karena udah ngegodain adeknya kakak."
"Ara, kakak minta maaf karena gak pernah belain Ara setiap mama marah. Kakak minta maaf karena gak tau kalo Ara sebenernya tertekan karena tuntutan mama."
"Ara, di mana pun kamu berada sekarang gak akan buat rasa sayang kakak ke kamu ilang gitu aja."
"Gak akan bikin rasa bersalah kakak ilang gitu aja. Dan kakak harap bisa ketemu lagi sama Ara dimana pun dan apapun kondisinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DISSIMILAR
Fanfiction"Maaf, tapi saya sudah tidak menginginkan kamu sejak kamu beranjak remaja." A wattpad story by ©aimmortelle_