01

15.5K 2K 286
                                    

Ara terdiam seraya memegang pipi kanannya yang baru saja ditampar oleh sang ibu, BoA. Sementara kakak dan ayahnya yang melihat itu sama sekali tak dapat berkutik.

"udah hebat sekarang, hm?" Desis BoA membuat Ara menunduk dalam, BoA mencengkram dagu Ara, hingga gadis itu mendongak dengan mata bergetar ketakutan.

"bisa gak sih kayak kakak. diem di rumah, belajar, ikut banyak organisasi, dikenal banyak orang dengan pandangan positif." Taeyong--kakak kandung Ara--menghela napas ketika ibunya itu mulai membanding-bandingkan ia dengan sang adik.

"jangan cuma keluyuran gak jelas, mama malu tau gak punya anak kayak kamu." Ara mematung, tak menyangka kalimat itu benar-benar keluar dari mulut ibu kandungnya sendiri.

"ma, jangan kayak gitu lah!" Taeyong mulai angkat bicara, namun hal itu malah membuat Ara menatapnya penuh benci.

"bener 'kan apa yang mama bilang? semua orang tua juga bakal malu kalo punya anak kayak dia." BoA tersenyum remeh seraya menatap Ara dengan tatapan sinis.

"maaf kalo ara bikin mama sama papa malu, ara izin istirahat duluan ya. selamat malem ma, pa, bang."

Ara tersenyum pedih lalu berjalan ke kamarnya dengan langkah lebar, ia menghela napas berat lalu mengunci pintu kamar sebelum merebahkan tubuh rapuhnya ke atas ranjang.

Gadis itu menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, ucapan sang ibu tadi benar-benar membekas di fikirannya. Membuat ia merasa tak tenang.

"maaf udah bikin mama marah karena ara pulang telat," cicit Ara dengan air mata yang tanpa ia sadari menetes dari ekor matanya.

"maaf ara bikin mama malu."

"maaf ara gak bisa kayak abang."

"dan maaf karena ara harus lahir di keluarga ini."

Ara terus menggumamkan kata maaf, hingga tanpa sadar tertidur dengan air mata yang terus menetes dari mata terpejamnya.

———

Pagi ini Ara sudah berada di kampusnya yang masih sangat sepi karena jam masih menunjukkan angka enam, ia memang sengaja berangkat pagi agar tidak bertemu dengan kedua orang tuanya, terlebih sang ibu.

"ara? pagi banget kamu datengnya?" Ara terkesiap saat seseorang menepuk bahunya, ia menoleh dan mendapati Kun--kakak tingkatnya--yang menatapnya dengan senyum ramah seperti biasa.

"kak kun juga kenapa pagi-pagi udah di kampus hayoooo, mau godain mbak melati yaaa," goda Ara seraya menusuk bisep Kun menggunakan jari telunjuknya.

Kun tergelak, "astaga, kamu ini ada-ada aja." lelaki itu bahkan tanpa segan mengacak rambut Ara gemas.

"saya serius nanya, kamu kenapa ke kampus sepagi ini, hm?" Tanya Kun, membuat Ara harus memutar otak untuk mencara jawaban yang tepat.

"hehe, pengen aja gitu." Kun kembali tergelak saat melihat Ara yang cengengesan seraya mengusap tengkuknya.

"jangan gemes-gemes, ra. nanti kakak jadi pengen ngenalin kamu ke bundanya kakak," ucap Kun membuat wajah Ara memerah sempurna.

Namun gadis itu dengan cepat mengatur ekspresinya, "mau dikenalin sebagai calon mantu ya, kak?" goda Ara seraya menyengir lebar.

"kalo kamu mau, saya sih sama sekali gak keberatan."

Ara melotot, 

"KAK KUN KALO AKU BAPER BENERAN HARUS LANGSUNG DIKENALIN SAMA BUNDA QIAN POKOKNYAAAAA."















Kwon BoA as Lee BoA

Kwon BoA as Lee BoA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Qian Kun as Kun

Qian Kun as Kun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DISSIMILARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang