18

107 16 1
                                    

(Sorry kalau nemu typo yaa)





Setelah mama terlelap Mesy baru keluar kamar. Menarik nafas dalam memory di kepalanya masih terputar jelas kejadian beberapa jam yang lalu, yang hampir membuat Mesy pergi dari dunia ini.

Mesy masuk ke kamar, sampai jam menujukan pukul 7 malam Mesy belum ganti baju dan masih pakai jaket Zidan.

Setelah mandi dan bersih-bersih Mesy keluar rumah. Oh iyaa karna motornya masih di sekolah dia naik ojek online kerumah Yuki.

Pas sampai di depan rumah Yuki, Mesy sedikit bingung kenapa rumah Yuki gelap banget. Bahkan lampu depan gak nyala.

Mesy coba telfon Yuki gak bisa, gelisah tentu saja. Sampai ada orang lewat yang tegur Mesy.

"Mbak nyari siapa?"

"Hmm ini pak, saya temennya Yuki. Ini mereka lagi keluar kota ya? Atau gimana?" Tanya Mesy.

"Oh tadi pagi heboh mbak, keluarga pak Wijaya bertengkar hebat."

Mesy bingung, "Eh maksudnya gimana ya pak?"

"Dari yang saya dengar sih, anak ceweknya hamil. Dan yang hamili itu abang tirinya."

"Jadi mereka ribut tuh, sampai tetangga sebelah dengar dan pak Wijaya hampir bunuh anaknya sendiri." Mesy menutup mulutnya,

"Ibu wijaya bawa anak ceweknya yang hamil keluar kota, kalau pak Wijaya saya gak tahu kemana."

Mesy noleh ke arah rumah yang sekarang gelap. "Keluar kota sebentar apa gimana ya pak?"

"Kayaknya sih pindah mbak, pak Wijaya pasti malu."

"Lagian saya juga gak habis pikir, nafsu manusia kok kayak binatang. Adek sendiri di cabuli." Mesy rasanya mau nangis, dadanya sesak.

Terus gimana sekarang, dia harus jelasin ke Yuki dengan cara apa? Yuki udah pergi gak tahu kemana. Mesy gigit kuku jarinya

"Mbak saya tinggal ya." Mesy nganguk.

Mesy menatap rumah di depannya. Menahan tangis dan kebayang gimana jeritan tangis Yuki dan mamanya.

"Ki, maafin gue."

Sorot lampu mobil buat Mesy silau, empunya mobil turun dan itu langsung buat Mesy mundur ketakutan. Iya Papa Yuki maju ke arah Mesy,

"Mau apa kamu? Setelah apa yang kamu lakuin ke anak saya. Sekarang kamu mau apa?" Tanya Pak Wijaya dengan suara beratnya yang makin menusuk.

"Andai saja mulut kamu diam. Yuki bisa selesain ujian nasional ini tanpa ada yang tahu kalau dia sebenarnya hamil."

"GARA-GARA KAMU ANAK SAYA DI DROP OUT !!"

"KAMU PENGHANCUR MASA DEPAN ANAK SAYA !!" Pak Wijaya menampar pipi Mesy sampai dia jatuh. Saking kuatnya tamparan laki-laki dewasa.

Nafas Mesy memburu dia langsung bangkit berdiri menghadap papa Yuki, "harusnya om marah sama anak om yang kurang ajar itu! OTAKNYA DIMANA? ADEK SENDIRI DI PERKOSA TUH OTAKNYA DIMANAA !!!" Mesy teriak airmatanya ngalir gitu aja,

Pak Wijaya ingin melayangkan satu tamparan lagi tapi dia urungkan. Tangannya mengepal kuat di udara, Mesy nunduk. Merasa bersalah sudah bicara dengan nada tinggi.

"Pergi kamu, Kalau mau tanya Yuki dimana. Saya juga gak tahu." Pak Wijaya kembali ke mobil dan meninggalkan Mesy yang sekarang duduk lemas di depan rumah Yuki.

Mesy ambil hp di kantung celana dengan tangan yang masih gemetara dan chat Sara, siapa tahu Sara tahu dimana Yuki.

Tapi balasan Sara membuat Mesy makin mengutuk dirinya sendiri.

Meisie (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang