GELAPNYA malam menutupi ketiga sosok lelaki yang saling menatap. Di sebuah kurungan yang dinaungi pohon momiji, dua pasang mata berdiri menatap wajah seorang remaja. Tatapan ketiganya adalah penentu masa depan negeri busuk yang mereka pijaki. Mengenai waktu kehancurannya, kapan akan dimulai.
"Baek, kau ... MESS?"
Taiga bertanya kepada sang remaja yang ada di kurungan. Pertanyaan itu memecah kesunyian tempat gelap. Tanpa ada seberkas cahaya, dia tetap bertanya tanpa ragu.
Masih tenggelam dalam diam, remaja yang ada di kurungan itu masih membungkam bibir tipis. Di dalam kepalanya, hanya ada suara tembakan. Remaja bernama Baek itu masih ingat persis setiap suara tembakan yang mengambil kehidupan orang-orang baik.
"Tidak, kalian pergilah!" Baek membuang wajah. "Aku tidak ingin kalian mati karena diriku."
Kedua laki-laki yang ada di kurungan itu tidak menyangka Baek akan bungkam. Namun, mendengar jawaban remaja berusia enam belas tahun itu, kedua laki-laki yang bertanya malah tersedak tawa.
"Taiga, ternyata ada juga orang bodoh selain dirimu!" Makka tertawa lirih.
"Hahaha, benar! Ternyata, ada juga orang yang lebih bodoh dariku!" sahut laki-laki yang dimaksud oleh Makka di samping.
Saat mendengar tawa dua laki-laki yang ada di hadapannya, Baek mengernyitkan dahi. Alis kecokelatan yang sama dengan warna rambut, membengkok jelas penuh heran. Pemilik rambut yang panjangnya sampai ke telinga ini, menjadi bertanya-tanya.
Mengapa orang-orang baik selalu keras kepala? Baek bertanya dalam hati.
Mata hitam Baek yang masih polos semakin tertunduk. Remaja Korea itu menjadi sangat tertekan dengan keberadaan Makka dan Taiga. Tidak cukup tiga nyawa yang meregang untuknya, mengapa masih ada yang mau melakukan hal yang sama? Padahal, hasilnya tidak akan berganti.
"Anak Kecil, dengarkan aku! Kau khawatir kami terbunuh oleh kecoak-kecoak itu, kan?" tanya Taiga bernada serius. "Kami malam-malam datang ke sini, apakah dengan rasa takut?"
Baek hanya bisa terdiam. Bibirnya membeku tanpa ada kata yang keluar. Mulutnya terbuka, tapi tidak tahu untuk apa. Dia masih ragu, takut jika dua laki-laki yang ada di hadapannya sama-sama gila dengan tiga orang baik yang sudah meregang nyawa.
Heran. Laki-laki yang sebelumnya menawari Baek, menjadi memiringkan tatapan. Wajahnya berubah datar. Sorot matanya juga mulai tak setenang tadi. Kejengkelan mulai tergurat di mata hijaunya. Dengan suara yang semakin meninggi, laki-laki itu berseru,
"Anak Kecil, lihat laki-laki di sampingku itu! Apa yang sedang ia bawa sekarang?"
Taiga menunjuk Makka yang ada di samping kurungan. Mata hitam Baek menuruti paksaan Taiga. Menatap Makka, dirinya dibuat terlampau terkejut dengan apa yang ia lihat.
Seorang laki-laki membawa tas besar yang berisi makanan laut. Tanpa merasa keberatan, dia tetap menentengnya. Sementara itu, di atas kepala, ada gumpalan air yang berukuran raksasa. Bola cair ini melayang di atas kepala Makka, tanpa ada satu pun penyangga.
Dengan penuh rasa tak percaya, mulut remaja yang ada di dalam kurungan itu hanya bisa menganga lebar. Matanya membeku. Tubuhnya tertegun kencang. Remaja ini tidak percaya dengan dua laki-laki yang ada di hadapannya. Mereka benar-benar gila.
"Dia membawa makanan dan air untuk dinikmati oleh semua orang yang ada di sini," ucap Taiga serius. "Kami sudah mempersiapkan ini semua sejak pagi."
Orang baik akan berjuang. Suara itu kembali terdengar di benak Baek.
Remaja yang telah menjadi yatim-piatu ini tidak menyangka dirinya akan bertemu dengan orang baik. Lagi. Secepat ini. Padahal, dirinya sudah enggan untuk berjumpa dengan orang-orang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESS
Fantasy[DAFTAR PENDEK WATTYS 2023] Setelah kiamat kedua, Makka---manusia berdarah campuran MESS---harus menemukan ibunya di sisi lain bumi-yang-baru sebelum keempat Kaisar memulai kiamat ketiga untuk membinasakan semua MESS dan manusia. *** MESS, Mortal En...