1.3 Makka: the sail is set!

575 130 78
                                    

ARUS LAUT masih menggiring kapal tua pergi ke ujung barat ekuator. Di atasnya, seorang pemuda mengarahkan lengan ke tempat terbenam matahari. Bagai roda dan kemudi, deburan ombak mengikuti tangan Makka semudah menyibak air.

Makka memasang mata birunya lebar-lebar ke arah kapal tua sembari bertumpu di pagar geladak yang terdepan. Sementara di belakangnya, teman laki-lakinya berdiri memandang Makka, sambil menyilangkan kedua lengan. Seperti seorang ayah yang memandang putranya bermimpi, Taiga tersenyum bangga.

"Aku adalah MESS otot," ucap Taiga yang kini sudah bersikap lembut kepada pemuda yang telah ia beli beberapa jam lalu. "Maafkan aku karena telah memukul perutmu."

Pemuda yang tadinya memandang laut di depan, sontak membalikkan kepala. Dengan mengingat perkataan sang bapak, Makka memutuskan tidak banyak berucap kepada laki-laki A-Capital yang ada di belakangnya.

"Kenapa kau mengatakan itu?" tanya Makka bernada tidak percaya. "Bukannya aku hanyalah seorang anjing?"

Mendengar balasan dari sang pemuda yang masih belum memberikan kepercayaan, Taiga seketika terkejut. Matanya terbelalak dalam sepersekian detik. Namun, dia seketika meringis kecil begitu enteng.

"Bukannya anjing tidak apa untuk dirawat, kan?" lontar Taiga menggunakan pertanyaan retoris. "Aku anggap kau sudah memaafkanku, Makka."

Makka tidak menggubris perkataan laki-laki yang mencoba akrab. Pemuda Arab ini tak mau membagi konsentrasi dengan celoteh Taiga. Satu-satunya hal yang Makka pikirkan adalah sang ibu, sosok yang telah mengandungnya susah payah, sekaligus sosok yang sudah lama tak ia temui.

Tidak menyerah pada respons pemuda yang ada di depannya, Taiga berjalan mendekati Makka yang mengarahkan arus laut dengan lengan berotot. Pemilik kapal tua ini menyandarkan punggungnya di pagar geladak, tepat di samping Makka.

"Makka, kau ini MESS, kan?" tanya Taiga.

Ada apa dengan laki-laki ini? Makka menatap Taiga waspada. "Bukan urusanmu."

Mendengar jawaban Makka yang ketus, Taiga seketika mengekeh. Laki-laki dari A-Capital ini sampai harus mengusap wajah, saking ia tidak bisa menahan rasa lucu yang menggelitik tulang rusuk.

"Hanya orang bodoh yang tidak menyadari dirimu adalah MESS," Taiga tertawa menghadap mata biru Makka. "Lihatlah! Kau saja bisa mengarahkan arus laut dengan tanganmu."

Makka hanya terdiam walaupun Taiga menertawainya. Dengan pendirian yang kuat, dia tidak mengalihkan pandangannya dari tujuan yang ingin ia capai.

"Kalau aku orang bodoh, bagaimana?" tanya sang pemuda yang sedari tadi diam kepada Taiga.

Seketika, tawa Taiga terhenti. Pemilik kapal tua ini menjadi serius hingga mata hijaunya tidak membulat lebar lagi. Ia benar-benar tidak suka jawaban Makka

"Kau itu anjing, bukan orang bodoh!" bentak Taiga bernada lebih datar daripada Makka. "Kau mungkin tidak mempercayaiku, tapi aku rela mengorbankan hidupku untuk merawatmu!"

Terbelalak lebar. Makka terkejut atas perkataan laki-laki dari A-Capital yang masih belum ia percayai sepenuhnya. Meski demikian, Makka tidak mau memberikan kepercayaan hanya karena omong kosong dari laki-laki yang baru bersamanya selama semalam. Pembohong ....

"Aku bersumpah demi Tuhan Makka, Allah Yang Maha Esa." Taiga tiba-tiba melontarkan perkataan yang mengejutkan Makka.

Dengan sumpah dan jaminan nyawa yang diberikan oleh Taiga, Makka berusaha percaya kepadanya. Pikiran berkecamuk. Hatinya yang sedari kecil diajari untuk percaya kepada Allah Yang Maha Esa, menjerit jika tidak mempercayai laki-laki yang sudah bersumpah atas nama Tuhan untuknya.

MESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang