Chapter 22

1.6K 147 15
                                    

Tak terasa sudah 4 bulan usia pernikahan Arka dan Velyn, selama 4 bulan itu bukannya dihabiskan dengan keromantisan malah dihabiskan dengan bergaduh. Entah berebut remot tv ataupun berebut cemilan, ada ada saja tingkah lucu diantara mereka.

"Ely!!! Kenapa sabun di kamar mandi bisa habis?!! Kamu pakai bikin slime ya?!" Teriak Arka dari dalam kamar mandi.

"Gausah lebay suamiku, aku cuma pakai dikit kok. Tambahin aja sabun nya sama air, apa susahnya sih."

"Gak level! Sekarang cepat kamu pergi ke supermarket belikan sabun!"

"You know mager?"

"Sialan lu ye."

"Gak boleh bicara kasar suamiku, nanti aku laporin ke mama lho."

"Bacot!"

Hari ini topik pertengkaran mereka adalah tentang sabun yang habis, dan pelaku utamanya tentu saja Velyn. Bukannya mematuhi Arka membeli sabun di supermarket, Velyn malah asyik menonton kartun di TV.

"Keluar! Gue mau ganti ganti baju!" Usir Arka.

"Ganti baju aja, aku mau nonton, kamu ganti baju. Simpel kan! Lagian aku kan sudah pernah ngeliat semuanya."

"Jangan ngarang lu!"

"Masa sih kamu lupa sayang?" Goda Velyn.

"Siapa yang ngajarin kamu bilang sayang sayangan?"

"Kamu ngirain aku polos? Salah besar hahaha! Aku itu pembaca wp sayang, aku lah bandar 1821. Mau bukti?"

"Yes baby, prove it." Arka berjalan perlahan lahan mendekati Velyn hingga menyentaknya sampai dinding.

"Untuk uhuk! Aku lupa aku tadi masak indomie! Bye!" Pipi Velyn merah merona, ia merasa salah tingkah dan segera lari dari hadapan Arka.

"Wp? Aplikasi apa lagi itu yang merusak kepolosan istriku?" Ucap Arka dengan smirk nya.

Sedangkan itu di dapur, Velyn berkutak katik dengan segala pikiran yang menghantuinya. Ia merasa sangat malu dengan apa saja yang barusan terjadi.

Velyn bodoh bodoh bodoh! Rencana kamu kan tadinya pengen buat Arka salting supaya sadar kalau dia itu cinta sama kamu! Buat Arka sadar lalu menyatakan cintanya ke kamu! Tapi kenapa malah kamu yang salting sih Velyn! Ucap Velyn dalam benaknya.

Selang beberapa menit, Arka datang ke dapur. Ia memerhatikan istrinya memasak yang malah membuat Velyn lebih salting lagi. Tangannya dibuat tremor ketika Arka datang.

"Paket kamu datang tuh, paket ke 276 dari belanjaan online."

"Hah?! Beneran?! Yeay! Gantiin aku masak indomie ya. Aku mau buka paket dulu."

"Waduh tuh anak nyusahin bener dah."

Drtt drtt drtt
Terdengar bunyi dering telpon.

Arka segera mengangkat telpon nya yang sedari tadi berdering, awalnya ia ingin mengabaikan telpon nya karena malas berbincang dengan siapapun kecuali istrinya. Tapi ia kemudian memutuskan untuk mengangkat nya setelah telpon nya terus berdering.

"Halo."

"..."

"Selesaikan atau dipecat?"

"..."

"Baiklah, saya akan segera kesana."

"..."

Arka mematikan teleponnya, melanjutkan memasak indomie untuk Velyn. Ia menghidangkannya di atas mangkuk kaca bergambarkan karakter tingkerbell kesukaan Velyn.

"Indomie aku sudah jadi?"

"Iya udah jadi."

"Hari ini suamiku libur kan?"

"Aku mau pergi sebentar, habis itu langsung balik kok."

"Ikut!"

"Gausah, kamu di rumah aja. Siapa tau paket COD kamu datang, siapa yang bayar?"

"Nanti aku kasih uangnya ke satpam, terus satpam yang ambil."

"Di rumah aja ya, pulangnya nanti aku bawain es krim."

"Aaaaaaa serius?! Yaudah kalau gitu aku di rumah aja."

Arka mengusap kepala Velyn, lalu beranjak pergi. Setelah Arka pergi, Velyn juga langsung ke kamarnya melihat setumpuk paket yang menumpuk di kamarnya.

"Hei Velyn!" Sapa buku

"Astaga buku! Jantungku hampir copot gara gara kamu tau gak!"

"Ada paket apa lagi tuh?"

"Biasalah, paket yang lucu lucu."

"Lucu sih lucu, tapi dibalik kelucuan itu tersimpan barang yang mematikan."

"Sok tau."

"Liat aja bando Hello Kitty itu, kalau orang biasa mereka pasti mengiranya hanya sebatas bando. Siapa sangka kalau di bando itu tersimpan pistol kecil dengan peluru mematikan."

"Iya iya deh, ini hanya rahasia diantara kita."

"Kalau rahasia tuh hanya satu orang yang tau, kalau dua orang yang tau bukan lagi namanya rahasia kali."

"Pokoknya tetap rahasia."

"Iya deh."

"Hahahaha."

"Tapi kayaknya aku sudah harus pensiun deh sebagai gurunya Velyn."

"Why?"

"Soalnya seorang Velyn udah menjadi suhu nya dalam pengetahuan tentang dunia manusia, apalagi tentang 1821."

"Eh pitnah."

"Aku tau lho."

"Aku masih polos."

"Pen muntah dengerinnya."

"Yaudah kalau mau pensi, sana pensi aja sana."

"Ya emang sudah waktunya aku pergi."

"Aku cuma becanda lho buku, kok mau pergi beneran?"

"Aku juga gak bisa nahan Yicaqerta peri, aku harus segera kembali ke dunia peri. Kamu juga harus segera kembali ke dunia peri."

"Gak, aku gak mau kembali ke dunia peri. Aku mau bareng Arka dan keluarga ku yang ada disini."

"Kamu akan mati Velyn jika terus berada disini."

"Yaudah kalau mati, mati aja."

"Aku harus pergi sekarang peri."

"Tunggu buku! Aku mau kirim pesan untuk teman teman peri aku disana."

"Berikan surat ini kepada Lily, dia tinggal di kediaman Fesenory." Lanjutnya.

"Velyn, aku juga mau berpesan. Aku tau kebahagiaan mu adalah bersama Arka, tapi Arka juga tidak ingin kamu mati hanya karena ingin bersamanya. Jika dia tau yang sebenarnya, kamu tau kan seberapa sakitnya Arka?" Ucap buku itu kemudian menghilang seketika.

Terima kasih buku telah membuatku paham dengan dunia manusia ini, ucap Velyn.

Berselang agak lama dari menghilang nya buku itu, Velyn merasa sakit yang luar biasa pada bagian dada dan kepalanya. Kepalanya oleng, penglihatan nya juga kabur. Ia berjalan perlahan menuju kamar mandi.

Huwek
Huwek
Huwek
Tak henti hentinya Velyn mual dan muntah, bahkan westafel yang putih dipenuhi dengan noda merah karena darah dari Velyn yang keluar dari mulutnya.

____________________

Jangan lupa tekan bintang (vote) 👇



My Wife is a Fairy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang