Chapter 2

6K 569 202
                                    

Kedua satpam menarik Velyn keluar dari rumah itu. Velyn terus memberontak meminta ganti rugi atas pakaian daunnya yang telah dirusak. Namun percuma saja, kini energi Velyn sudah sangat lemah. Dia hanya seorang peri budak tanpa elemen kekuatan dan tanpa sayap yang terjebak di dunia manusia.

"Keluarlah dari sini!" tegas satpam berbadan kekar tersebut sambil mendorong Velyn keluar dari gerbang rumah.

"AKU MEMINTA GANTI RUGI!!!"

Satpam itu tidak memedulikan Velyn, mereka langsung mengunci gerbang dan tidak membiarkan Velyn masuk. Velyn memukul-mukul gerbang dengan keras tapi tak kunjung mendapatkan respon.

Maafkan aku ibu, aku tidak bisa menjaga hadiah pemberian mu. Batin Velyn.

Velyn duduk di samping gerbang, menatap langit dengan mata berkaca-kaca sembari membayangkan andai saja dia masih memiliki sayap. Dengan sayapnya, ia bisa kembali ke dunia peri. Walau dunia peri tampak mengerikan bagi seorang peri budak, setidaknya ia mengenal tempat itu dan bisa saling tertawa bahagia bersama teman-teman peri budak lainnya.

Pip pip
Terdengar bunyi klakson mobil, gerbang rumah bertingkat 3 itu di buka dengan lebar menampakkan sebuah mobil Lamborghini yang hendak keluar dari gerbang. Mobil itu berhenti sejenak di dekat Velyn, kaca mobil perlahan terbuka dan tampak jelas Arka menatap Velyn yang masih saja tertunduk.

"Hei perempuan aneh," panggil Arka

Velyn memalingkan pandangannya ke arah Arka dengan raut wajah yang masih tampak sedih. Arka menebak bahwa perempuan itu masih saja kesal dengan pakaian nya yang telah dibuang.

"Ini ambillah uang itu, beli saja pakaian mewah yang mau kau beli. Setidaknya bukan daun yang sudah robek." Arka melempar uangnya ke arah Velyn.

Velyn menatap uang-uang tersebut dengan tatapan malas, ia tidak tau benda macam apa itu. Velyn menebak benda-benda itu ialah sampah yang dibuang sembarangan oleh laki-laki itu. Velyn memungut uang itu dengan rasa kesal.

Semua wanita sama saja, mata duitan yang dapat menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Batin Arka sambil menatap Velyn yang sedang memungut uang.

"Maaf Tuan, jika ingin membuang sampah harap tau dimana tempatnya," balas Velyn sambil melempar uang itu di wajah Arka sembari menatap dengan tatapan remeh.

"Kau... Sudahlah, aku malas berbicara dengan perempuan aneh."

"Kalau begitu jangan bicara." Velyn dengan santainya kembali duduk ditempatnya.

Arka sudah muak dengan perempuan itu. Ia menahan segala sumpah serapahnya didalam benak, dan menancap gas mobil sehingga mobil dapat melaju dengan cepat.

"Siapa dia? Berani sekali dia melawanku!!! Andai saja aku tidak menyelamatkannya, mungkin saja dia harus mengucapkan selamat tinggal terhadap nyawanya." Arka berbicara panjang lebar menumpahkan segala rasa kesalnya terhadap wanita tadi.

***

Kini Theresa sudah tiba di kantor Gyouer Group, perusahaan yang di bangun oleh Ibu dan ayahnya. Ia berjalan sangat cepat dengan wajah yang berseri-seri. Theresa benar-benar tidak sabar menyampaikan sebuah berita besar kepada ibunya.

"Selamat pagi Nona Theresa." Resepsionis membungkukkan badannya.

"Dimana Nyonya Amanda?"

"Nyonya Amanda sedang menghadiri rapat."

"Berapa lama rapatnya? Tolong telpon Nyonya Amanda katakan bahwa Nona Theresa ingin berbicara hal penting."

My Wife is a Fairy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang