Chapter 37

1.8K 118 16
                                    

Untuk cinta terakhirku,
Arka.

Aku mencintaimu, seperti pelangi mencintai hujan, seperti lautan mencintai ombak. Namun yang ku terima hanyalah duri tajam mu. Dan nyatanya? Kau malah menginginkan aku pergi.

Jujur saja, aku berharap kau kembali seperti dulu. Menjadi Arka yang hanya memandang tulus ke arahku, menjadi Arka yang selalu mengenggam tanganku sembari melindungi ku. Tapi semenjak perempuan itu datang, kau bukan lagi Arka yang aku kenal. Kau berubah, kau tak lagi sama.

Aku tau aku tak sehebat perempuan itu. Aku tak punya sesuatu yang pantas yang bisa membuatmu bangga memiliki ku. Paras ku juga tak secantik dirinya, aku pun tak seanggun dirinya. Tapi satu hal yang harus kamu tau. Ada suatu kekayaan yang aku miliki tapi tak perempuan itu miliki. Kekayaan itu ialah kekayaan cinta.

Kekayaan cinta itu yang membuatku terus bertahan memaklumi setiap perbuatan kejam yang kau lakukan. Kekayaan cinta itu yang membuatku mampu tersenyum walau dipandang rendah olehmu. Kekayaan cinta itu pula yang membuatku rela dituduh pembunuh, agar perasaan sedih mu bisa tertutupi dengan perasaan amarah mu padaku. Namun setelah apa yang aku lakukan, ternyata kau malah menginginkan kematian ku.

Baiklah, aku pergi. Bukan karena aku lelah, bukan juga karena aku marah padamu. Bila jauh dariku membuat mu bahagia? Kenapa tidak. Hanya ini hadiah terakhir yang bisa ku berikan kepada mu.

Aku berharap, perempuan itu mampu mencintai mu melebihi aku. Aku juga berharap, kau bahagia bersama perempuan itu. Tidak seperti bersama ku, yang ada hanyalah air mata dan penderitaan.

Aku akan sangat rindu. Merindukan saat saat dimana hubungan kita masih baik baik saja. Merindukan momen sewaktu kita bermain pasir putih di tepi pantai, juga merindukan momen sewaktu kamu selalu menyuapiku makanan. Kau tau? Aku juga akan sangat merindukan omelan mu, yang melarangku menghabisi sabun untuk dibuat slime. Namun ternyata...semua itu tinggal kenangan.

Baiklah, aku pergi. Maafkan aku jika merusak hidupmu. Maafkan aku jika selalu merepotkan mu. Merawat perempuan gila seperti ku pasti sulit kan? Maka dari itu, ini yang terakhir yang bisa aku berikan untuk mu, yaitu kematianku.

Percayalah, walau raga ini telah mati namun rasa cinta ku kepada mu masih akan tetap hidup untuk menjaga mu. Meskipun kamu tidak bisa melihat ku, aku akan selalu melihatmu dari sana. Aku harap saat memandangi mu disana, aku bisa melihat ukiran senyum bibir mu memandangi batu nisan ku.

Suatu hari, entah di kehidupan selanjutnya, semesta yang lain, atau apapun yang kamu percaya tentang dunia. Mari berjumpa lagi dengan saling tersenyum, mari berbagi kasih, dan mari jatuh cinta. Karena untuk sekarang, aku tidak berharap apapun.

Aku sudah berhenti berharap, terlalu mustahil membuatmu jatuh cinta padaku, sekarang.

Dari peri yang mencintaimu
-Velyn. 

Air mata tak henti hentinya mengalir membasahi pipi laki laki tersebut. Kertas putih yang tadinya kering, kini basah terkena beberapa tetesan air mata dari laki laki itu. Hatinya seakan ditusuk tombak, begitu perih rasanya. Rasa bersalah tak henti hentinya terus bersarang di dalam pikiran juga hatinya. Yang ada dipikirannya sekarang ialah ia hanya ingin menyusul Velyn.

"Aku bersalah Velyn, seharusnya aku tidak menyakiti mu dengan memilih bersama perempuan itu. Dia perempuan jahat! Dia perempuan keji! Dia yang telah membunuh ibuku, tapi malah kau yang tertuduh. Aku adalah laki laki paling jahat di dunia. Aku adalah laki laki paling bodoh di dunia. Seharusnya aku tidak terbutakan oleh rencana licik perempuan itu!" ucapnya dengan isakan tangis.

My Wife is a Fairy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang