Chapter 40

1.9K 99 11
                                    

Arka perlahan lahan membuka kelopak matanya yang lemah. Awalnya pandangannya buram, namun dalam beberapa saat pandangan matanya kembali normal. Ia menatap sekeliling ruangan yang gelap hanya berpelitakan dua obor kecil. Pupil matanya membesar, terkejut melihat ayah dan saudara saudaranya juga ada di ruangan itu.

"Ayah, Theresa, Adrian!" panggil Arka, berusaha membangunkan keluarga nya.

"Ayah, Theresa, Adrian!" panggilnya sekali lagi.

"Kakak?" binggung Theresa.

"Bangunkan ayah dan Adrian."

"Ayah, bangun ayah. Kak Adrian, bangun kak."

Ervin dan Adrian membuka matanya. Mereka memandang satu sama lain dengan ekspresi binggung. Padahal tadinya mereka berada di cafe rumah sakit, kenapa sekarang mereka berada di tempat asing ini? Adrian mencoba untuk membuka borgol besi yang mengikat tangan dan kakinya, namun semua upaya nya percuma saja.

"Dimana kita sekarang?" tanya Arka.

"Aku juga gak tau, tadinya aku dan ayah bersiap untuk pulang dari rumah sakit. Kita singgah sebentar di cafe rumah sakit, eh bangun bangun langsung disini," ucap Adrian, menjelaskan.

Seorang perempuan dan laki laki dengan tampilan serba hitam nya datang mendekat. Pada saku celana kiri perempuan tersebut, terdapat pistol Glock 17 yakni pistol yang dapat mengeluarkan 10.000 peluru hanya dengan memencet satu kali, sedangkan pada saku kanan nya terdapat pistol biasa. Pada saku celana laki laki tersebut, terdapat pistol Desert Eagle yakni pistol yang tak kalah mematikan juga.

"Siapa kau?" tanya Arka dengan nada intimidasi.

"Menurut mu, aku siapa?" tanya balik perempuan itu yang memakai kain hitam untuk menutup wajahnya.

"Lepaskan kami!" titah Ervin.

"Kau pikir semudah itu kami akan melepaskan kalian?" timpal laki laki yang juga menutup wajah nya.

"Oh iya, Tuan Ervin. Apakah kau masih ingat nama istri pertama mu? Alicia De Hera." tanya perempuan itu.

"Kau teman nya Hera?"

"Mungkin saja, tapi satu yang harus kamu tau. Tujuanku cuma satu, yaitu balas dendam."

"Siapa kau? Jika kau temannya Hera, mana mungkin kau mengetahui bahwa aku lah yang membunuhnya."

"Tak penting aku siapa, yang harus kamu tau aku lah yang akan menjadi perantara dari malaikat pencabut nyawa mu."

"Aku akan memberikan sejumlah uang yang kau inginkan, lalu lupakan soal balas dendam ini."

"Kau pikir semudah itu?!" gertak laki laki itu.

"Kau bukan temannya Hera, lantas kau siapa?"

"Bagaimana kabar anda Tuan Ervin Vio Revano? Bagaimana kabar anda setelah membunuh istri pertama anda di depan anak anda sendiri?" tanya perempuan itu.

"Jawab sekarang! Siapa kau?!" tanya Ervin dengan pandangan intimidasi.

"Bahkan kau lupa dengan putri kandung mu sendiri?"

"Els?"

Dor!
Fayelsa melayangkan tembakan nya sembarang arah. Ia menatap ayahnya dengan tatapan tajam. Tersirat kebencian yang luar biasa pada tatapannya. Setiap kali ia melihat ayahnya, rasa bencinya semakin bertambah. Ia selalu mengingat rasa sakit yang diderita ibunya tatkala melihat ayahnya.

"Kau tak pantas memanggil ku dengan sebutan Els, Tuan Ervin. Hanya ibu yang berhak memanggilku dengan sebutan itu!"

"Apa yang kau inginkan?" tanya Ervin.

My Wife is a Fairy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang