"Dia adalah calon istriku."
"Lalu kak Velyn?"
"Aku tidak peduli tentang nya, aku mencintai Bianca maka dari itu aku akan menikahinya. Urusan Velyn terserah dia mau bertahan dengan pernikahan ini, atau bercerai."
Velyn sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun, ia diam membeku. Bahkan untuk menangis mengeluarkan air mata pun ia sudah tidak mampu. Membayangkan suami yang ia cintai akan menikah lagi, sungguh pedih bagi Velyn.
Ia berusaha menetralkan rasa sakit di hatinya untuk tidak sakit hati. Tapi setelah dipikir-pikir, sepertinya jika Arka punya istri lagi maka nantinya Arka juga pasti tidak akan sedih akan kematiannya yang sudah tidak lama lagi karena Yicaqerta. Dia harus turut senang akan kebahagiaan suaminya itu.
"Kenapa sesakit ini?" Ucap Velyn dalam benaknya.
"Kau brengsek kak, kau pernah mengatakan bahwa laki laki yang baik yaitu laki laki yang cukup dengan satu wanita. Lalu bagaimana tingkah laku mu sekarang? Kau menduakan wanita."
"Untuk apa aku menjadi laki laki yang baik untuk perempuan yang sudah membunuh ibuku sendiri."
"Aku setuju," timpal Theresa.
"Aku setuju kalau kak Arka menikah dengan kak Bianca, bagaimana kak Bianca? Apakah kakak setuju?" Sambungnya.
"Aku menyetujui setiap keputusan yang diambil oleh Arka karena aku mencintai nya," ucap Bianca sambil tersenyum.
"Nona Novelyn Rosmarie, aku ingin anda dan sekretaris Nia menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk persiapan pernikahan. Pernikahan akan dilaksanakan satu pekan lagi."
"Baik, aku akan membantu menyiapkan persiapan pernikahan mu," ucap Velyn dengan pandangan kosong.
"Tunggu apa lagi? segera hubungi sekretaris Nia sekarang juga. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk melihat mu berdiam diri disini, siapkan apa yang bisa disiapkan mulai dari sekarang."
Velyn berjalan meninggalkan ruangan itu dengan langkah yang tergonta gontai. Rasa sakit di dadanya begitu sesak, ia masih sangat syok akan hal yang barusan terjadi. Dia seperti tidak percaya bahwa ibu yang ia sayangi sudah meninggal, dan di hari yang sama pula suaminya memutuskan untuk menikah lagi.
Tiba tiba rasa sakit di kepalanya kembali kambuh, jantung nya seperti tersengat. Ia berlari menuju toilet dengan terburu buru karena menahan muntah.
Huwek
Darah segar menodai westafel putih, rasa sakit kali ini jauh lebih sakit dibanding hari hari sebelumnya. Sepertinya efek Yicaqerta sangat membahayakan dirinya, tetapi ia tetap memilih bertahan di dunia manusia dan menemani Arka."Waktu ku sudah mau habis, akan lebih baik jika ada Bianca yang menemani Arka setelah aku meninggal," ucap Velyn dengan senyum sendu nya.
Drtttt drttt
Telepon Velyn berdering. Sekretaris Nia menelpon Velyn. Velyn membersihkan westafel, dan membersihkan noda darah di sekitar mulutnya lalu mengangkat telepon."Halo," sapa Velyn.
"Aku sudah ada di depan rumah sakit. Cepatlah, kalau bukan karena Tuan Arka aku tidak akan sudi menjemput mu pembunuh."
"Sekretaris Nia?"
"Jangan pernah menyebutkan nama ku menggunakan mulut kotor mu itu, bahkan kotoran hewan saja masih lebih suci dari mulut mu."
"Baik aku akan segera turun ke bawah."
Sekretaris Nia memutuskan sambungan telepon. Bahkan seseorang yang sudah ia anggap teman juga begitu membencinya. Akankah dia sendiri di dunia manusia yang begitu asing ini? Tidak ada yang memedulikan nya sekarang, bahkan semua orang membenci nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife is a Fairy [END]
FantasyVelyn adalah seorang peri budak tanpa elemen kekuatan yang diperlakukan secara tidak adil oleh para peri bangsawan di dunia peri. Sayapnya dipotong, dan tubuhnya didorong ke dunia manusia. Di dunia manusia ia bertemu dengan Arka, seorang CEO muda t...