13. Ojek Motivator

909 50 13
                                    

"Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak."

"Ya, kenapa?" tanya Gema sambil menatapnya.

Nada menatap Gema dengan mata berkaca-kaca. "Mau nanya dong. Apa gua terlalu baperan ya? Jawab jujur kak!"

Gema terdiam menatap mata Nada yang seperti merasa rapuh. Gema kemudian menggelengkan wajahnya.

"Dimas memang gitu. Dia terlalu friendly ke semua cewek. Sampe semua cewek ngira dia gak ada pacar, soalnya kayak orang bebas gak ada beban halangan kesana-kesini sama cewek-cewek di sekolah."

Nada mengerutkan keningnya merasa takjub. "Wow. Kenapa Shena biasa aja cowoknya kayak gitu?"

"Entah lah. Tapi walau banyak yang mau ngehancurin hubungan mereka, tapi tetap aja selama 2 tahun pacaran mereka anteng-anteng aja tuh."

"2 tahun?" gumam Nada tidak percaya.

"Iya, tapi satu sekolah baru tau saat Dimas buat instastory ngerayain ulang tahun Shena waktu itu."

Nada menunduk merasa sedih.
"Apa iya kak, cara biar di sukai sama cowok itu harus cantik, lemah lembut, pinter, disiplin, bajunya sopan, populer, kaya, banyak temen, gak jutek? Kadang gua ngerasa gak pantes dari dulu setiap ngehalu jadi pacarnya kak Dimas. Gua minderan untuk hal itu, gua merasa insecure sama diri sendiri."

Gema tersenyum sinis mendengar ucapan Nada. "Gak harus gitu juga kok, konsepnya. Di dunia ini semua orang punya keunikan masing-masing. Punya kelebihan masing-masing yang mungkin aja gak ada di diri orang lain. Kalo di dunia ini semua cowok suka sama cewek modelan kayak yang kamu maksud, kasian yang gak ada apa-apanya bakal terbuang aja.

"Yang kamu sebut tentang Shena itu memang benar. Tapi lihat? Ada gak dari tampang saya tertarik dengan Shena, yang menurut kamu dia itu si cewek nyaris sempurna. Ada gak?"

Nada terdiam melihat ke mata Gema yang serius. "Gak ada."

"Nah itu dia. Semua cowok di dunia ini punya tipe selera pasangannya masing-masing. Pertama kali saya lihat kamu waktu MOS aja, saya kaget. Kamu beda dari kebanyakan orang, terlalu nyeleneh, dan itu yang dimaksud dengan keunikan, kamu punya warna di diri kamu sendiri. Jangan mencoba jadi orang lain ya?"

Nada tersenyum, entah kenapa ia tak menyangka dibalik sifat Gema yang dingin dan tak berperasaan memiliki sikap manis yang membuatnya kembali semangat dan bersyukur dengan apa yang ia punya.

"Makasih, kak," ucap Nada singkat tetapi memiliki banyak arti.

"Hm. Saya memang gitu kok, sebagai cowok yang pinter dan super ekstrovert. Sudah seharusnya mengeluarkan kata-kata bijak bin ajaib. Biasa, contoh calon motivator masa depan," bangga Gema sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Masa depan apa masa kelam!" balas Nada dengan tertawa.

"Masa iya masa kelam. Itu mah kamu."

"Dih, yaudah sana. Mau magrib. Kesorean gua pulangnya nih. Sekolah udah sepi, cuman anak-anak ekskul tari aja yang ada di lapangan."

Battle With Senior (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang