Malamnya, Nada sedang duduk di sebuah kursi panjang tepat di pinggir gerobak sate. Asap sate yang dikipas-kipas kian mengepul, tetapi karena aromanya sangat enak membuat Nada tidak terganggu melainkan lebih releks.
Tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menghampiri Nada. "Tante, aku mau duduk disini, boleh?" tanya anak laki-laki dengan model rambut seperti mangkok terbalik.
"Apa lo tadi bilang?" tanya Nada dengan meninggi.
"Aku mau duduk disini, boleh'kan tante?" tanya anak itu sekali lagi, bedanya ia agak sedikit lebih takut.
"Tante, lo manggil gua tante?!" tanya Nada membentak.
"Eh, anu-- jadinya manggil apa ya? Apa manggil uwak aja ya?" tanya anak itu dengan polos.
Nada pun memutar bola matanya malas seolah berusaha sabar. kemudian Nada menatap anak laki-laki itu dengan tajam.
"Liat, gua sekarang, emang ada tampang kalo gua udah tua?" tanya Nada sambil menunjukkan wajahnya di depan anak itu. Hal itu membuat anak itu terdiam memperhatikan wajah Nada.
"Kayak ke ibu'an," jawab anak laki-laki itu dengan polos.
"Hah?!" pekik Nada kaget sambil meraba wajahnya dengan perasaan begitu gemeteran.
"Dek, gua masih sekolah dek, ya Allah. Jangan manggil gua tante kenapa," keluh Nada kepada anak itu.
"Tapi kata mama aku, kalo ada orang yang lebih tua, kita mangilnya harus menyesuaikan. Kalo yang aku lihat ke tante pertama kali, terlintas aja buat pantes di panggil tante."
"Eh, lo!---
"Bu, ini satenya," potong tukang sate kepada Nada sambil menyodorkan sebuah bungkusan sate ke Nada membuat Nada menerimanya.
"Nih, mas, uangnya pas ya," sodor Nada dengan uang 20 ribunya.
"Iya, makasih, bu."
Yang satu manggil tante, yang satu manggil Ibu, lengkap sudah!
Setelah membayar, Nada langsung pergi meninggalkan kedai sate sambil berjalan kaki, karena jarak kedai sate dengan rumahnya masih satu kawasan komplek.
⭐⭐⭐
Hari senin pun tiba. Semua orang tengah siap dengan atribut mereka untuk melaksanakan upacara bendera. Nada berjalan dengan santai menuju ke kelasnya. Walaupun terlihat santai, tetapi ada ke khawatiran di wajahnya mengingat dia tidak membawa dasi.
Tiba-tiba, dari arah berlawanan, ada Gema yang datang dengan langkah tegapnya menuju Nada. Nada dibuat panik. sebab, mengingat kejadian di hari minggu kemarin, dimana dirinya dan Gema melakukan hal yang tidak pantas di tengah lapangan basket.
Gema tetap santai, tak ada ekspresi wajah yang aneh-aneh, malah matanya berani menatap Nada. Tetapi, tidak dengan Nada yang berusaha agar terlihat cuek dan bola matanya selalu menatap ke depan, seolah tak mau menatap Gema.
KAMU SEDANG MEMBACA
Battle With Senior (END)
Random"Dari 999 siswa-siswi di sekolah ini, cuman kamu yang paling berani dengan saya." Disaat semua orang hormat dan takut dengan senior, apalagi tergila-gila dengan ketampanan seorang ketua osis. Berbeda dengan seorang adik kelas baru yang bernama Nada...