31. Market

735 24 0
                                    

Di pusat perbelanjaan, Nada sedang mengambil beberapa bahan pokok dapur dari sebuah rak panjang di supermarket tersebut. Hal ini memang sudah jarang Nada lakukan mengingat ia dirumah selalu siap saji dan semua bahan pokok sudah di sediakan. Entah kenapa hanya kali ini saja Nada yang belanja, mungkin untuk menghilangkan rasa bosan dirinya.

"Apa lagi yang belum ya?" guman Nada sambil membaca catatan bahan-bahan yang akan dibeli, catatan yang sudah di tulis bi Inah di kertas itu dengan lumayan banyak.

Tiba-tiba Nada ingin mengambil sebuah mie instan tetapi tangannya tak sengaja melihat ada tangan asing yang sama mengambil mie istan itu. Nada menoleh menatap siapa pemilik tangan itu.

"Shena?" tanya Nada kaget dan Shena pun ikutan kaget.

Shena yang tadinya kaget langsung tersenyum seolah mencairkan suasana.

"Lo tau nama gue dari mana?"

"Kan lo anak famous dan pacarnya kak Dimas, wajar kalo anak sekolah tau siapa nama lo," jelas Nada sambil menyengir.

Shena terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Biasa aja gue mah. Lo malah yang lebih famous di sekolah, Nad. Lo kan pacar kak Gema," ceplos Shena membuat Nada melotot.

"Heh, ngak ya!"

"Basing lo lah," gumam Shena pasrah. "Lo mau mie ini ya?" tunjuk Shena ke arah mie yang tadi mereka pegang.

Nada mengangguk. "Yoi."

"Selera kita sama ya, Nad?"

"Iya. Termasuk laki juga kita satu selera."

"Hah?!" tanya Shena bingung. Membuat Nada menutup mulutnya karena keceplosan.

"Ngak ... Oh ya, mana kak Dimas?" tanya Nada mengalihkan pembicaraan.

Shena menoleh ke belakang. Matanya menuju ke sebuah parkiran sambil menujuknya. Kelihatan dari kaca bahwa ada Dimas sedang berdiri sambil berbincang dengan seorang perempuan membuat Shena mematung dan menurunkan tangannya, kemudian Shena kembali menoleh ke depan.

Nada menepuk bahu Shena pelan.
"Lo kenapa?"

"Gua kadang suka sedih, Nad. Gua ini pacarnya apa bukan sih? Dimana-mana dia tuh friendly ke semua cewek. Alsannya banyak lah, deketin si A karena alasan satu organisasi jadi harus saling mengenal, terus deketin si B karena sama-sama satu band jadi harus kompak di atas panggung, deketin si C biar ada chemistry karena jadi pemeran utama pensi kemaren. Sedangkan gua? Cuman iya-iya in doang, gua gak berani ngelawan, gua takut dia benci sama gua karena gua ngatur dia dan nanti takutnya gua di putusin," jelas Shena membuat Nada merasa tidak enak.

"Dan lo masih berharap sama dia terus di saat kayak gitu?"

Shena mengangguk. "Gua cinta sama dia, Nad. Dia orangnya baik banget, mungkin itu penyebab banyak orang yang suka sama dia."

Nada hanya mengangguk paham. Posisi Shena sama dengannya, mereka berdua. Terkadang kita terlalu bertindak bodoh hanya untuk mempertahankan yang membuat kita sakit sendiri.

"Asal lo tau aja, Shen. Lo cantik, baik, dan serba bisa, jadi kalo lo mau nge dapetin hal yang bisa buat Lo bahagia, lo pantes. Gak mesti dia, gue tau itu sulit bagi lo, tapi apa lo gak mikir kalo lo udah terlalu bodoh sampai sejauh ini?"

Shena terdiam sambil menunduk. Ia memikirkan ucapan Nada barusan dengan perasaan sedih. Kemudian ia kembali menatap Dimas yang masih diluar.

"Gue tau, Nad. Tapi ... Gue rasa nemuin cowok kayak Dimas, susah."

Nada menghembuskan nafasnya gusar, menasehati orang yang sedang dimabuk bucin memanglah sulit. Kemudian Nada pun mendorong troli belanjaannya. "Yasudah, Shen. Kalo itu salah satu cara lo bahagia, gue gak bisa larang. Gue permisi ya."

Shena tersenyum tipis menatap Nada.
"Hati-hati."

Saat itu juga Nada pergi meninggalkan Shena sendirian. Nada pergi ke arah kasir untuk mengantri membayar belanjaannya yang lumayan banyak itu.

"Gema, mau cokelat itu."

Seseorang dari belakangnya membuat Nada terdiam karena kaget. Tetapi ia kembali se-santai mungkin saat mengingat nama Gema terlalu banyak di dunia ini. Hal itu membuat Nada masa bodo dan kembali berjalan selangkah untuk lanjut mengantri.

"Yasudah, saya ambil ke sana ya."

Saat mendengar ucapan cowok yang terdengar tak asing, membuat Nada melotot kaget. Ia mengenali suara ini, hal itu membuat Nada perlahan membalikkan tubuhnya ke belakang.

Deg!

Nada kaget melihat dugaannya ternyata benar, diujung rak dekat kasir, ada Gema yang sedang berdiri sambil memilih cokelat dan untungnya Gema tak menyadari bahwa ada Nada.

Nada pun yang tadinya ingin menegor langsung urung saat ia menghadap tepat ke belakangnya ada seorang cewek yang selama ini sudah lama tak ia lihat dan keberadaannya masih misterius, seketika yang ditatap pun menatap Nada dengan wajah kaget.

Keduanya terkaget, tetapi saling diam.

Dia adalah Saskia, kakak kelas yang ia yakini dekat dengan Gema. Lebih parahnya lagi, ia melihat ke arah Saskia yang sedang duduk di kursi roda dengan perut yang besar.

Apakah Saskia sedang mengandung?

Anak siapa itu?

Dan kenapa ada Gema?

Semua pertanyaan itu membayangi kepala Nada yang pusing sendiri. Kemudian ia dikagetkan dengan sang kasir yang menegurnya.

"Mbak?" Nada tersentak kaget saat di depannya sudah kosong dan tak ada lagi yang mengantri, membuat Nada langsung mendorong troli belanjaannya.

"Kak Gema, mau Chiki itu juga, anaknya ngidem tauu," ucap Saskia dengan suara yang dibesarkan saat Gema hendak berjalan ke arahnya, membuat Gema langsung mengangguk patuh dan kembali meninggalkan Saskia.

Tangan Nada terkepal kuat saat mendengar ucapan Saskia dari belakangnya. Ia merasa lemas di tempat. Setelah membayarnya, Nada langsung saja pergi meninggalkan supermarket itu tanpa diketahui Gema, bahwa Nada sedang kecewa.

Saat berada di luar supermarket, Nada menangis kencang dan bahu yang bergetar hebat, saat ini ia hanya butuh sebuah dukungan, tetapi itu semua tidak mungkin. Sampai akhirnya...

"Nada, kamu kenapa, Nad?" Ujar seseorang sambil merangkul bahu Nada dari samping, hal itu membuat tersentak kaget dan langsung cepat menoleh.

Orang itu adalah Dimas. Saat itu juga Nada langsung melepas diri dari rangkulan Dimas setelah ia sadar bahwa Dimas sudah milik orang lain dan dirinya juga tak ada perasaan apa-apa lagi dengannya dulu.

"Eh, kak Dimas," sapa Nada sebentar sambil menghapus air matanya kuat.
"Permisi," pamit Nada langsung berjalan meninggalkan Dimas sendiri.

"Nada!" Panggil Dimas tetapi tidak membuat Nada menoleh, dan tetap terus berjalan.

Tak lama dari itu, Gema keluar dari Supermarket itu sambil mendorong kursi roda Saskia yang sedang tertawa-tawa karena perbincangan mereka berdua. Suara tawa Gema dan Saskia lah yang membuat Dimas menoleh ke belakang menatap mereka.

"Gema?" Gumam Dimas kaget, kemudian ia juga melihat Saskia ikut  keluar bersama Gema.

"Lah? Kok bisa bareng Saskia?!" Pekik Dimas kaget karena ia sudah lama tidak bertemu.

─━━═════⊰⊱ ☘ ⊰⊱═════━━─

Hai, kalian pembaca Battle With Senior apa kabar?

Apa ada yang masih baca?
Kalo ada sih Alhamdulillah...

Udah berapa bulan nungguin cerita ini? Lama ya?

Maaf bangettt ya guys kalo nunggu lama.

Alasannya aku gak bisa kasih tau, tapi aku kembali lagi di cerita ini dan insyaAllah akan rajin update.

Makasih...

Btw, aku lupa alur ceritanya😂
Kalian pasti juga ya?

Battle With Senior (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang