26. Saran Dari Buaya

746 34 0
                                    

Nada tampak ambur adul saat berada dirumahnya, setelah pulang dari rumah Gema. Nada tak sendirian, ada Tomi juga yang sedari tadi sibuk menenangkan Nada. Nada terus saja menangis membuat Tomi ikutan merasa sedih.

"Udah, Nad. Lo nangis gak kelar-kelar," keluh Tomi.

Nada hanya terdiam dan terus saja menangis. Entah sudah berapa banyak tissu yang Nada habis kan dan berserakan di atas meja ruang tamu.

"Gua ikut sedih, Nad, liat lo jadi kayak gini. Biasanya lo itu cerewet, Nad. Kangen gua sama lo yang kayak biasanya," keluh Tomi yang langsung mengambil sebuah kotak es krim bermerek yang ada di hadapannya. "Udah gua beliin es krim kesukaan lo nih, mana sekotak lagi, biar lo seneng, ayok dimakan, Nad," sodor Tomi ke mulut Nada agar Nada mau memakannya.

Nada menggeleng cepat. "Lagi gak mood."

Tomi menghembuskan nafasnya berusaha sabar. Kemudian Tomi kembali menaruh kembali kotak es krim itu di meja.

"Gua bingung harus gimana lagi, Nad. Caranya biar lo gak sedih kayak gini. Apa perlu, Nad. Kak Gema gua ajak battle biar lo puas?"

Nada lagi-lagi menggeleng cepat. Hal itu membuat Tomi merasa lega.

"Hiks... Tom, gak nyangka gua, Tom...

"Iya, Nad. Iya, jangan di paksain," ucap Tomi yang mengerti.

Nada sudah banyak bercerita kepada Tomi. Mulai dari ucapan Gema saat itu waktu di mobil, buku diary dan ungkapan isi hati Gema, bahkan foto Gema dengan Zero dan Saskia.

"Padahal gua pikir dia suka sama lo, Nad. Gak ketebak banget ya, tuh orang," kesal Tomi kepada Gema yang hanya membuat anak orang lain baper.

Nada mengangguk cepat sambil menarik ingusnya. "Gua juga udah berharap lebih kalo kak Gema sama gua bakal jadian lah, atau kak Gema juga suka sama gua. Ternyata gua cuman jadi pendatang doang di hidup dia."

"Gua juga gak nyangka sih, kalo kak Saskia, kakak kelas yang waktu itu masih jadi anak baru waktu kita SMP kelas 8 dan dia kelas 9, Ternyata  sahabatan sama kak Gema waktu SMA," ujar Tomi setuju.

"Nyesel gua masih sempet ngarep kalo adik kelas yang dia maksud itu bukan gua, tapi kak Saskia."

"Eh, tapi di SMA kita perasaan gak ada kak Saskia deh? Apa karena sekolah kita terlalu luas sampe-sampe gua gak pernah papasan?" ujar Tomi berpendapat.

Nada mengangguk mendengar ucapan Tomi barusan. "Iya. Gua juga gak pernah liat."

Tak lama kemudian, Bi Inah datang sambil membawa nampan berisi minuman dan cemilan. Bi Inah terheran-heran melihat Nada sedang menangis dengan wajah sembab dan kantung mata yang membengkak.

"Non Nada, kenapa?" tanya Bi Inah khawatir. Kemudian Bi Inah ikutan duduk di samping Nada.

Nada pun dibuat pusing. Ia bingung harus menjawab apa. Tomi yang mengerti langsung menatap Bi Inah seolah ingin menjawab.

"Nada lagi Broken heart, Bi," jawab Tomi.

"Hah? Brewokan?" tanya Bi Inah kebingungan.

"Patah hati maksudnya, Bi. Hehehe," ucap Tomi membenarkan. Dengan tangan berbentuk hati yang dipatahkan.

"Owalahhh, non ternyata lagi galau toh. Ternyata non Nada sudah besar, ya?" canda Bi Inah.

Nada kemudian menoleh mantap Bi Inah. "Bi, jangan bilang-bilang ke Ayah sama bunda, ya," pinta Nada memohon.

"Tenang aja, Non. Bibi mah ngerti," jawab Bi Inah sambil mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Cowok yang udah buat non Nada galau itu, yang waktu itu nganter pulang sekolah ke sini itu, bukan?" lanjut Bi Inah bertanya.

Nada mengangguk cepat sambil menangis. "Iya, itu orangnya, Bi. Hiks... Kalo misalkan bibi ketemu lagi sama orangnya, hajar aja bi, pake sapu lidi!" kesal Nada seolah membuang kekesalannya dengan Gema.

"Aduh... Jangan atuh, Non. Sayang banget mukanya ganteng, anak orang main asal hajar aja," ucap Bi Inah sambil terkekeh.

"Tapi... Perasaan non Nada dulu benci banget sama anak itu. Kok bisa-bisanya cowok itu bikin non sekarang jadi patah hati?" tanya Bi Inah bingung.

Sedangkan Tomi sudah tertawa ngakak sambil memakan cemilan wafer yang sudah dibawakan oleh bi Inah. "Hahahaha, itu karma karena kemakan omongan sendiri, bi."

Nada lagi-lagi menatap Tomi dengan tajam. Namun tiba-tiba...

"Pfttt Bhahahaks," Nada ikutan tertawa.

Bi Inah pun juga tertawa. "Mangkanya non, kalo sama cowok jangan terlalu benci, entar juga terlalu sayang ujung-ujungnya."

"Bener," timpal Tomi setuju dengan ucapan Bi Inah.

"Ada solusi gak, biar jiwa ini tenang dan damai?" tanya Nada sambil melirik ke Tomi dan Bi Inah secara bergantian.

"Saran bibi sih, lupain aja, jangan lagi ketemu sama... Siapa itu namanya, non?"

"Gema, bi," jawab Nada ke Bi Inah.

"Wah, cocok ya, namanya. Satu Nada untuk Gema," kaget Bi Inah. Kemudian bi Inah pun berdiri. "Yaudah ya, non, bibi ke belakang dulu mau cuci piring," pamit bi Inah dan diangguki Nada dan Tomi bersamaan.

"Kalo menurut Tomi, apa pendapat lo?" tanya Nada beralih ke Tomi saat bi Inah sudah pergi.

Tomi tampak berfikir sambil sibuk mengunyah wafer. Hal itu membuat Nada harus ekstra sabar menunggu.

"Bilang ke dia, bilang isi hati lo sebelum nyesel."

"Itu mah saran lo dari dulu, ogah ah!" kesal Nada. "Gua pake saran dari bi Inah aja dah!"

"Jangan! Kalo lo udah terlanjur suka sama seseorang, itu malah membuat lo susah untuk menghilang dari orang itu. Walau banyak banget cara yang lo lakuin biar lo bisa menjauh dari orang itu, tetap aja gak bakal bisa. Karena lo pasti gak akan kuat!" cetus Tomi tidak setuju.

"Ya masa iya, gua harus bilang ke dia yang jelas-jelas udah suka sama cewek lain. Gila lo!" bentak Nada kesal. "Yang ada nambah makan hati gua, Tom."

"Lo nurut aja sih, apa kata gua. Gua ini sahabat lo, gak mungkin jerumusin lo. Gua ini juga cowok, Nad. Lo curhat sama cowok itu seharusnya bersyukur, karena pasti gua sependapat dan sepemikiran dengan cowok-cowok lain."

"Iya juga," gumam Nada.

"Nah, gini deh, kan lo belum pernah liat kan, kalo kak Gema sama kak Saskia itu berduaan? Mungkin lagi ada problem atau gimana. Dan selama ini kan, lo yang lagi deket sama dia, aneh aja kalo kak Gema gak juga baper sama lo. Gua cowok, Nad. Kalo gua jadi kak Gema sih pasti ada rasa sih walau dikit. Kalo lo ungkapin isi hati lo, dia bakal mikir keras."

"Mikir keras?"

"Iya, mikir keras. Dia akan mikir lagi, lebih baik memiliki kak Saskia atau lo."

Nada langsung menjitak kepala Tomi pelan. "Itu sih, sikapnya para buaya. Jangan sama-sama in lo sama kak Gema, ya, jauh!"

"Kagak, Nad."

"Iya. Kayak lo gini kan, sukanya sama Felli. Eh, tau-tau pas Geby dateng, malah suka sama Geby! Taik lo memang!" maki Nada.

"Buset dah, kasar amat lo, Nad," ucap Tomi sambil mengelus dadanya berusaha sabar.

"Sama buaya mah, gak boleh di lembutin."

"Dengerin ini baik-baik. Orang yang selalu ada di hati, akan di kalahkan dengan orang yang selalu ada, inget itu!"

Battle With Senior (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang