"Kalo kamu suka sama saya sejak lama, maka saya lebih dulu suka sama kamu sejak sangat lebih lama daripada kamu."
Drrtttt....
Di tengah keseriusan mereka, tiba-tiba terdengar bunyi nada dering handphone milik Gema. Membuat Gema yang kesal langsung mengeluarkan handphone-nya dari dalam saku celananya.
"Bentar ya," izin Gema merasa tidak enak dan Nada hanya mengangguk pelan.
08xxxxxxxxxx
Terlihat nomor tidak di kenal membuat Gema mengerutkan keningnya. Dengan ragu-ragu Gema menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.
"Halo, ini siapa, ya?" tanya Gema dengan tegas saat panggilan sudah terhubung.
"H-halo... Gema, ini gua Zero."
"Oh, ada apa, Zero?" tanya Gema setenang mungkin. Dan ia merasa sepertinya Zero sudah ganti nomor.
"Gema..." lirih Zero dan terdengar isakan tangis membuat Gema sedikit panik tetapi dibuat kebingungan.
"Kamu nangis, kenapa?"
"S-saskia...."
"Iya, kenapa Saskia?!" tanya Gema sedikit membentak saat nama perempuan itu disebut.
"Saskia m-meninggal."
Seolah tersambar petir, Gema melotot. Tangannya gemetaran, ia merasa sesak di tempat. Hal itu membuat Nada sedikit kepo terlihat dari kerutan di keningnya.
"KAMU GAK LAGI BERCANDA, KAN?!"
"Gua serius, Gema! Gak guna kalo gua sekarang lagi bercanda! Saskia meninggal karena melahirkan."
Dengan sepihak, Gema langsung mematikan handphone-nya. Kemudian Gema membenarkan posisi tasnya. Dengan wajah yang begitu panik, Nada yang penasaran langsung bertanya.
"Kak, kenapa?"
Gema menatap Nada dengan mata sedikit berkaca-kaca.
"Saskia meninggal, sekarang saya mau kesana," jelas Gema sambil berjalan dengan terburu-buru.
Nada seketika kaget mendengar hal itu langsung berbalik badan menatap punggung Gema. "Tapi ini udah masuk."
Gema berhenti berjalan. "Sekali-sekali bolos. Percuma ke kelas, jam pelajaran udah mulai. Jenguk sahabat untuk terakhir kali jauh lebih penting saat ini."
"Kalo gitu gua juga ikut," ucap Nada tiba-tiba.
Gema menoleh ke belakang menatap Nada sambil tersenyum tipis karena ia merasakan duka saat ini. Kemudian Gema menganggukan kepalanya seolah membolehkan Nada untuk ikut dengannya.
Setelah dapat persetujuan dari Gema, Nada langsung berjalan menghampiri Gema, dan mereka kemudian berlari untuk turun ke bawah.
Di sepanjang koridor sekolah, mereka berdua berlari dengan sangat kencang sehingga menimbulkan suara bising dari suara hentakan sepatu mereka.
Brak! Bruk! Brak!
Suara sepatu mereka yang berisik membuat orang-orang yang sedang sibuk belajar di kelas-kelas langsung merasa terganggu.
Tiba-tiba seorang guru olahraga yang bernama pak Korim langsung keluar dari kelas sambil menggaruk tompel di pipinya.
"HEY! KALIAN BERDUA GAK USAH LARI-LARIAN!"
PRITTTT....
Pak Korim meniup peluitnya saat tak ada respon dari Nada dan Gema yang sudah berlari menjauh.
"HEY KALIAN MAU BOLOS YA?!"
"Waduh," ucap pak Korim frustasi sambil menggaruk perut buncitnya.
"Harus lapor satpam dulu ini," gumam Pak Korim sambil mengelurkan handphone-nya.Di sisi lain, Gema dan Nada sedang mengatur nafasnya sambil menyender di badan mobil. Kemudian mata Nada melotot saat melihat gerbang sekolah yang terkunci dengan seorang satpam yang berdiri di depan pos sambil menatap mereka dengan tajam.
Nada langsung menepuk-nepukkan pundak Gema dengan kasar dan cepat saat Gema hendak ingin membuka pintu mobilnya.
"K-kak. I-itu, kan, gerbangnya udah tutup. Terus... Pak satpam nunjuk-nunjuk ke kita tuh!" ucap Nada gemetaran sambil menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah satpam itu.
Gema pun langsung menatap ke arah satpam itu yang hendak ingin berjalan menghampiri mereka dengan amarah.
Gema langsung menarik tangan Nada untuk segera kembali berlari. "Gak ada pilihan lain, Nad. Kita sekarang kabur lewat belakang."
"HOY! KALIAN BERDUA JANGAN MENCOBA KABUR!!" teriak satpam itu berlari mengejar saat Gema dan Nada mulai berlari menjauh.
Gema dan Nada kembali berjalan menelusuri lorong sekolah ke arah taman belakang. Tangan Gema sibuk memainkan sesuatu di handphone-nya untuk memesan taksi online. Suara langkah kaki mereka saat berlari kembali terdengar dan disusul teriakan dari satpam tadi.
"GEMA! NADA!" teriak satpam itu menjerit membuat seluruh kelas yang di lewatinya langsung mengintip melalui jendela menyaksikan kehebohan dari luar.
Saat di taman belakang sekolah, Gema dan Nada berhenti di sebuah dinding pagar yang sudah ada bekas kayu-kayu bertumpukan yang sengaja dibuat untuk anak-anak bolos keluar.
Tanpa berfikir panjang, Gema langsung naik duluan dan tanpa beban melompat turun ke bawah, ke arah luar sekolah. Sedangkan Nada masih bertengger di atas tembok pagar seolah merasa kesulitan untuk turun karena takut.
"Kak, gua takut," cicit Nada ketakutan.
Gema langsung melebarkan kedua tangannya. "Loncat aja, nanti saya tangkep," perintah Gema seolah menyakinkan Nada.
Nada menggeleng cepat. "Gak bisa, takut... Lo duluan aja sana," suruh Nada yang sudah frustasi.
"Heh, sini kamu!" ucap seorang satpam tiba-tiba yang baru saja sampai. Hal itu membuat Nada panik.
Gema yang dari bawah mendengar teriakan suara satpam langgung menyuruh Nada turun. "Nada, ayok!"
Nada pun melirik menatap Gema.
"Tangkep yang bener.""Iya, sekarang loncat."
Nada pun langsung terjun ke bawah dan Gema langsung menangkap tubuh Nada. Mata mereka bertemu saat Gema menggendong Nada ala bride style. Tapi moment uwu seperti itu tidak berlangsung lama saat...
Tin!
Sebuah mobil berhenti di samping mereka. Mereka berdua pun kaget dan menoleh menatap mobil itu, tampak terlihat jendela mobil itu terbuka dan menampilkan seorang pria berumur 20 tahunan lebih.
"Maaf, dek. Apa benar atas nama Gema?" tanyanya membuat Gema mengangguk.
Dengan posisi masih menggendong Nada, Gema langsung membuka pintu penumpang dan mereka masuk ke dalam mobil.
Saat mereka berdua duduk, Nada dan Gema langsung menarik turunkan nafasnya karena lelah berlarian.
"Hah...Huh... Gak bisa nafas," keluh Nada membuat Gema ikut tersenyum sambil mengatur nafasnya juga.
"Susah nafas ya?"
"Hu-um," jawab Nada sambil ngos-ngos'an.
Kemudian Gema mendekatkan wajahnya ke Nada sambil berbisik.
"Mau saya kasih nafas buatan gak?"Nada melotot dan segera menjauhkan wajahnya dari Gema sambil memukul lengan Gema.
"Gak usah gila lo!"
Sedangkan supir taksi yang melihat mereka dari kaca depan langsung menggelengkan kepalanya heran.
"Bocah SMA sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Battle With Senior (END)
Random"Dari 999 siswa-siswi di sekolah ini, cuman kamu yang paling berani dengan saya." Disaat semua orang hormat dan takut dengan senior, apalagi tergila-gila dengan ketampanan seorang ketua osis. Berbeda dengan seorang adik kelas baru yang bernama Nada...