"Saya penyebab utamanya. Semuanya gara-gara saya, Nad. Saskia hamil karena saya, saya aslinya sebenernya cowok brengsek, bukan kayak yang selama ini orang-orang tahu."
Mata Nada berkaca-kaca mendengar jawaban dari Gema. Jawaban yang tidak ingin Nada harapkan.
"Itu bohong, kan? Itu gak mungkin," ucap Nada dengen mulut bergetar. Nada masih tak percaya, benar-benar sangat di luar dugaan. Nada masih berharap bahwa ini hanyalah sebuah omong kosong.
"Saya serius," jawab Gema tegas.
Nada menatap mata Gema seolah mencari celah-celah kebohongan, tetapi mulut dan matanya seolah kompak dan nyata bahwa ucapan Gema serius tanpa ada kebohongan sedikitpun.
"Brengsek lo emang."
"Iya, Nad. Saya jauh lebih brengsek dari orang-orang kebanyakan. Saya gak se-sempurna yang orang-orang kira. Saya berbuat tapi saya gak tanggung jawab."
"Kurang ajar lo! Sekarang gua benci sama lo!" bentak Nada emosi.
"Saya memang pantes untuk di benci semua orang. Saya gak pantas untuk dicintai."
"Gua memang bodoh banget, bener kata lo waktu itu, gua itu bodoh. Apalagi gua bodoh dalam hal mencintai seseorang yang salah!
"Gua merubah penampilan demi dilirik lo, kak. Gua belajar giat biar di puji lo terus, itu semua gua lakuin semenjak gua tau kalo lo suka sama kak Saskia dan karena gua juga suka sama lo!" lanjut Nada yang tak terkendali.
"Dan sekarang lo kayak gitu? Kalo gitu nyesel gua berubah hanya untuk lo. Gua nyesel selama ini suka sama lo, seharusnya kita gak usah deket dari dulu."
Gema mematung mendengar ucapan dari Nada. Ia bingung harus mengucapkan apa lagi. Yang Gema lihat, Nada seolah mengatur nafasnya dan isakan tangis yang mulai mereda.
Tak lama kemudian, terdengar bunyi bel masuk sekolah dari bawah. Nada kemudian menatap Gema sebentar lalu pandangannya kembali ke depan.
"Udah masuk, gua pamit ke bawah, ya," pamit Nada sambil berjalan dari samping kanan Gema, tetapi Gema langsung menjegat pergelangan tangan Nada yang ada dibelakangnya. Pandangan Gema lurus ke depan tanpa menoleh menatap Nada.
"Jujur, Saya sempet senang kalo ternyata kamu suka sama saya, Nad."
Nada tak menepis tangan Gema. Tubuhnya mematung mendengar ucapan Gema barusan.
"Tapi saya gak suka kalau denger dari mulut kamu kalau kamu benci saya, Nad."
"Bukannya dari dulu ya, gua benci sama lo? Kita kan dasarnya emang musuhan, kenapa lo gak suka kalo gua benci sama lo?" tanya Nada enteng seolah berusaha terlihat tenang.
"Dan kalaupun kita itu musuhan, kenapa kamu bisa suka sama musuh kamu sendiri?" tanya Gema balik seolah menyudutkan Nada.
Nada menelan salivahnya kasar. Pandangan mereka masih saling membelakangi dengan tangan Nada yang masih dijegat oleh Gema.
"Karena... Uhm..." Nada sempat ragu untuk mengungkapkannya. "Karena musuh gua yang satu itu ternyata walau ngeselin tapi dia itu manis. Gak ada musuh yang perhatian ke musuhnya sendiri dengan perhatian kecil yang lo berikan, membuat gua baper dan merasa kalau gua udah jatuh cinta sama lo," lanjut Nada menjelaskan sambil tersenyum hambar.
"Semenjak kejadian tentang hubungan terlarang lo sama kak Saskia membuat gua lebih baik pergi dari hidup lo, dan menjadi orang yang gak saling kenal, bukan menjadi musuh lalu dekat."
Kemudian Nada berbalik badan. Nada melepas tangannya yang masih di pegang Gema, kemudian Nada maju selangkah seakan sudah berdiri tepat di samping Gema yang kini pandangannya sudah menatap ke Nada.
Nada mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis seolah berusaha untuk bahagia. "Silahkan berjabat tangan untuk yang terakhir kalinya. Sebelum kehidupan baru kita mulai. Makasih udah jadi senior yang paling ngeselin di hidup gua, tukang pengatur hidup yang membuat gua perlahan jadi berubah dan terakhir makasih juga jadi cinta pertama di hidup gua. Memang benar ya, cinta pertama itu akan berakhir miris, kayak gua contohnya."
Gema menggeleng merasa tak terima dengan ucapan Nada. Cowok tampan itu akhirnya menangis. Menangis untuk pertama kalinya di depan seorang Nada. Entah kemana larinya seorang Gema yang dingin, datar dan berwibawa harus menangis seperti sekarang.
"Enak aja main asal kabur, saya gak akan sanggup, Nad!" bentak Gema emosi sambil menangis.
Tak lama kemudian, Gema langsung menarik tangan Nada dan mendekap tubuh Nada dengan erat. Seolah Gema tak ingin kehilangan sosok Nada di hidupnya. Nada yang sudah berada di dekapan Gema, kini langsung menangis sambil membalas pelukan Gema dengan erat.
Posisi wajah Gema yang sudah bertumpu di bahu Nada, langsung memejamkan matanya, tangisannya mulai mereda seolah Gema merasakan ketenangan.
"Jangan kabur, Nad. Saya udah terlanjur senang kalau kamu suka sama saya selama ini, berarti saya gak bertepuk sebelah tangan."
Nada melotot tubuhnya terdiam mematung. Nada mencerna ucapan Gema barusan.
"M-maksud lo?" tanya Nada sambil melepas pelukannya dengan tangan yang masih saling berpegangan.
"Kalo kamu suka sama saya sejak lama, maka saya lebih dulu suka sama kamu sejak sangat lebih lama daripada kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Battle With Senior (END)
Random"Dari 999 siswa-siswi di sekolah ini, cuman kamu yang paling berani dengan saya." Disaat semua orang hormat dan takut dengan senior, apalagi tergila-gila dengan ketampanan seorang ketua osis. Berbeda dengan seorang adik kelas baru yang bernama Nada...