Eight

465 62 0
                                    

Malam semakin larut, empat manusia di rumah itu kini telah menyelesaikan makan malam mereka. Peter hendak membantu mencuci perlengkapan makan yang kotor, namun niatnya dihentikan oleh Hendrick, "Sudah, biarkan saja. Tidak pantas seorang tamu mencuci piring dari jamuan yang di berikan si pemilik rumah. Lebih baik kalian menuju kamar dan beristirahat. Bukankah kalian sudah lelah seharian ini?"

Meski sungkan, Peter tetap menuruti ucapan Hendrick, "Baiklah. Emm.... Terimakasih atas makanannya. Kalau begitu kami ke kamar lebih dulu. Selamat malam." selepas itu, Peter membantu Andy memapah Jackson menuju kamar mereka. Sedang Hendrick memandang ketiganya dari bawah hingga bayangan mereka menghilang.

"Persahabatan yang sangat erat." lirih pemuda berkulit pucat itu.

Menaiki anak tangga, membuat Peter melirik sekilas ke arah lukisan gadis yang memenuhi pikirannya tadi. Entah karena pandangannya yang kurang fokus, Peter seakan melihat manik mata gadis itu seperti mengikutinya berjalan. Sedikit bergidik, ia mempercepat langkahnya.

Aku pasti salah lihat.

"Wahhh.... Benar-benar jauh dari ekspektasi ku." celetuk Jackson begitu ia melihat kondisi kamar yang akan ia tempati dengan kedua temannya, ia mendudukkan diri ke tepi ranjang. Matanya menyusuri tiap sudut ruangan dengan ukuran 8×6 meter itu, "Apa ini tidak keterlaluan? Setidaknya berikanlah kamar dengan kasur yang empuk."

"Sudahlah, Jack. Bersyukur kita bisa dapat tempat untuk tidur malam ini." Andy membaringkan tubuhnya, hendak bersiap menuju alam mimpi.

Jackson hanya menghela nafas panjang. Kalau saja ia tahu akan seperti ini, sejak awal ia tidak akan pernah menuruti ajakan Peter.

Pukul 3 pagi, Jackson terjaga. Kandung kemihnya sedang tidak bisa di ajak kerja sama. Takut jika harus pergi ke kamar mandi sendiri, ditambah ia juga tidak tahu dimana letaknya, pemuda itu berusaha membangunkan Andy. Berharap agar ia bisa mengantarnya.

"Sst! Andy! Hey, bangun!" panggilnya sedikit berbisik, tidak ingin membuat Peter terganggu.

Yang di panggil pun hanya berdehem singkat tanpa membuka matanya. Hal itu lantas membuat Jackson mulai kesal, "Bangun bodoh!"

Tak terima, akhirnya Andy terbangun. Dipandangnya Jackson dengan sorot mata yang tajam, "Apa?! Ada apa?!" ujarnya sedikit membentak.

Jackson terlonjak, langkahnya yang pincang agak berjalan mundur, "Tolong antarkan aku ke kamar mandi. Aku sudah tidak tahan."

"Kau minta tolong Peter saja. Lagipula aku tidak tahu dimana letak kamar mandi itu." ujar Andy seraya membaringkan tubuhnya kembali.

Jackson hanya mendecih, tanpa sadar, Peter sudah berdiri di belakangnya, "Akh! Kau mengagetkanku!"

"Ayo, kau bilang mau ke kamar mandi." memang sejak tadi, Peter tak bisa tidur dengan nyenyak.

Mimpi itu datang lagi.

Ia akhirnya terbangun karena mendengar suara Jackson yang merengek.

Dengan memapah tubuh Jackson, keduanya telah tiba di lorong lantai 2. Namun mereka masih tak tahu dimana letak kamar mandi itu. Manik hazel Peter menyusuri setiap pintu, barangkali ada tulisan toilet disalah satunya—meski agak mustahil.

Sesaat ia menyadari ada sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Dengan cahaya didalamnya yang tampak terang, "Jackson, kau tunggu dulu disini sebentar. Bersandarlah pada dinding agar kau tak kelelahan."

"Tidak tidak! Di sekitar sini sangat gelap. Memangnya kau mau kemana?"

"Ada sebuah ruangan yang terbuka. Aku akan kesana, barangkali itu Hendrick sehingga aku bisa bertanya dimana letak kamar mandinya."

"Ya sudah, aku ikut. Kenapa harus meninggalkanku sendirian disini?"

Peter menghela nafas sejenak, "Baiklah, ayo."

Tiba di depan ruangan itu, Peter tak langsung mengetuk pintu. Ia dan Jackson mengintip sebentar, melihat apakah ada orang didalam sana.

Benar saja, seseorang tengah duduk di meja rias menghadap ke arah cermin bundar dihadapannya. Ruangan itu tampak seperti sebuah kamar. Peter juga melihat ujung ranjang kayu disana.

Namun yang membuat ia dan Jackson terkesiap adalah sosok didalam kamar itu. Alih-alih Hendrick, mereka justru melihat seorang wanita. Berambut panjang dengan gaun putih yang terlilit di tubuhnya. Wajahnya yang tak terlihat oleh mata kedua pemuda itu, membuat mereka bertanya-tanya siapakah dia.

"Sedang apa kalian berdua disini?"



REVENGE'S house (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang