Cahaya putih berpendar menerangi persekitaran gudang bawah tanah yang semula gelap gulita itu. Mengelilingi sesosok gadis cantik berkulit pucat yang tampak kurus namun tak memengaruhi kecantikan naturalnya. Valerie terlihat berbeda dari terakhir kali Peter melihat dia. Aura hitam yang semula menemani kemanapun Valerie pergi, seolah lenyap begitu saja. Peter berdecak kagum sekaligus cemas. Mungkinkah ini akan menjadi kali terakhir ia dapat bersua dengan Valerie? Entah mengapa hatinya sakit bila memikirkan hal itu.
Hendrick terperangah, kedua obsidiannya membelalak tak percaya. Saudara tirinya yang sudah mati bertahun-tahun lalu, kini ada di hadapannya. Apa mungkin ini hanya sekedar ilusi palsu yang dia alami? Mengingat dia juga seorang pecandu. Tidak menutup kemungkinan bila ia tengah di landa halusinasi akut saat ini. Pria jangkung yang kian hari tubuhnya mengurus itu mengerjapkan mata beberapa kali, "Va-Valy?" lihat, psikopat itu bahkan terbata-bata dalam menyebut nama sang adik.
Val mengangguk, "Iya, ini aku."
"Kenapa... Kau baru muncul sekarang? Apa kau tahu berapa lama aku menunggumu?" Hendrick mendekati Valy, tangannya mencoba mengusap pipi sang adik. Tembus. Yang dia rasakan hanya hembusan angin yang lembut. Kini dapat ia sadari, seberapa jauh mereka sekarang meski kini keduanya tengah saling berhadapan.
Valy kian terisak. Harus dia akui, gadis itu merindukan saudara tirinya. Se biadab apapun Hendrick, dia tetaplah keluarganya. Hanya pemuda itu satu-satunya orang yang mengerti penderitaan Valy selama ini. Dia yakin, apa yang Hendrick lakukan adalah demi dirinya. Sayang, cara yang ia gunakan sangat salah. Bukan ini yang Valy inginkan, "berhenti menyakiti diri sendiri dan orang lain, kak. Mereka tak ada hubungannya dengan apa yang terjadi padaku. Kejadian 5 tahun lalu adalah kecelakaan. Bukan salah siapapun. Juga bukan salahmu."
Hendrick menunduk, ia tahu jalan yang dia tempuh saat ini sangat salah. Tapi pria itu melakukannya demi saudari tiri-tidak. Selama ini dia tak pernah menganggap Valerie sebagai seorang adik, sejak lama ia menyukai gadis itu. Hendrick mencintainya, tapi balasan yang dia terima tak setimpal. Cintanya sepihak, Valy lebih memilih Peter ketimbang dirinya yang selalu ada disisi gadis itu, "Apa kau tahu, aku mencintaimu, Valy. Ku lakukan semua ini demi dirimu. Aku membantu membalaskan dendammu pada Peter. Bukankah karena dirinya kau menderita?"
Valy lantas menggeleng cepat, "Sejak awal kau salah paham, Hendrick. Aku hanya menganggapmu sebagai teman dan seorang kakak. Ku pikir kita juga punya pemikiran yang sama, aku tak tahu kau mempunyai perasaan yang lebih daripada itu. Lalu mengenai Peter, memang benar dia menolak perasaanku, tapi itu tak membuatnya menjadi jahat. Justru dia yang mencegahku agar aku tak terjun dari atap kala itu. Jadi, kak. biarkan mereka pergi. Dan serahkan dirimu kapada pihak polisi. Kau juga harus mempertanggung jawabkan semua hal yang sudah kau perbuat. Lepaskan tubuhku, biarkan aku beristirahat dengan tenang."
Hendrick kini menatap nanar sosok gadis dihadapannya. Jika begini, bukankah dirinya yang paling menderita sekarang? Dunia tak pernah mencintainya, kedua orang tua yang egois, perundungan yang menimpanya di sekolah, kisah cinta sepihak. Semua itu yang menciptakan sosok Hendrick yang sekarang. Mereka yang membuatnya jadi demikian. Kenapa harus dia yang mengalah?!
"Tidak. Kalian yang membuatku menderita! Kenapa aku yang harus di penjara?! Aku korbannya!"
Peter yang menyimak sedari tadi kini turut membuka suara, "Kau sudah membunuh orang tak bersalah, menipu kami, dan menyembunyikan jasad Valerie. Aku mengerti penderitaanmu, tapi membuat orang lain juga menderita, itu bukanlah tindakan dari seorang korban."
Hendrick mendengus kasar, ia kini berjalan menjauhi Valerie, mengambil revolver yang dia jatuhkan tadi. Tidak, dia tidak membidik siapapun. Dia membidik dirinya sendiri, senjata itu ia posisikan di bawah dagunya, membuat setiap mata yang ada di sana sontak terbelalak.
Valy berteriak, "Apa yang mau kau lakukan?! Jangan membuat keributan lagi, Hendrick!"
"Letakkan pistol itu! Aku memang membencimu, tapi bukan berarti aku ingin kau mati! Kau harus membayar semua yang telah kau lakukan, Bajingan! Jangan kabur dengan cara bodoh seperti itu!" Peter turut berseru. Mencoba mencegah tindakan Hendrick. Ia tidak menyangka laki-laki itu akan melakukan hal yang tak terduga.
Hendrick justru terkekeh, "Daripada di penjara, lebih baik aku mati dan menyusul Valy. Lagipula, tak ada siapapun yang mencintaiku di dunia ini. Penjara justru akan mengingatkanku dengan penderitaan di masa lalu. Sampai aku mati, aku tidak akan minta maaf pada kalian semua." laki-laki itu kini memejamkan kedua matanya, setitik cairan bening ikut meluncur di pipinya.
Tepat setelah cairan itu menetes membasahi lantai, pelatuk dari senjata itu ia lepaskan.
"Tidak!"
"Hendrick, jangan!"
Dor!
Kau tahu apa yang aku sesalkan selama ini? Aku terlalu mempercayai manusia.
The End...
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE'S house (End)
Mystery / ThrillerKarena tersesat saat kembali dari pendakian, Peter, Jackson, dan Andy justru menemukan sebuah rumah di tengah hutan. "Selamat datang!" Rank: #7 in suspense // 28 Feb 2022 #4 in haunted // 7 Mar 2022 #7 in house // 14 Mar 2022 #6 in house // 15 Mar...