Fourteen

396 55 4
                                    

"Baik, dalam waktu beberapa jam dia akan kembali sadar. Aku akan ke bawah, menyiapkan beberapa makanan untuk kita." Hendrick mengemas perlengkapan kesehatannya kemudian beranjak pergi dari sana. Namun sedetik sebelum pria itu keluar, Peter dapat melihat sebaris senyum yang terpatri di wajahnya. Kedua tangannya kembali terkepal, dengan sinis ia memandang kepergian pria itu.

Ah, jangan lupakan sosok gadis yang sejak tadi berdiri di ambang pintu kamar mereka. Tidak terlalu tinggi, dan tampak seperti seumuran dengan ketiga pemuda itu—mungkin sedikit lebih muda, rambut ikal sepinggangnya tergerai acak, pakaiannya sederhana, hanya dress selutut berwarna merah muda, satu lagi, dia tak mengenakan sepatu. Telapak kakinya ia biarkan menyentuh dinginnya lantai kayu. Kini Peter sudah tak takut lagi. Pikirannya hanya terfokus pada Andy dan jalan keluar dari rumah ini. Ia sudah tak peduli pada gadis itu, toh dia juga nampak tak mengganggu.

"Hei, Peter. Siapa gadis itu? Sejak kemarin aku tidak pernah melihat dia."

"Aku juga tidak tahu, dia selalu mengikutiku dari tadi—sebentar, Jackson, kau bisa melihatnya?!" Peter berseru, membuat Jackson terlonjak ke belakang, "Tentu saja, memang kau pikir dia hantu?!"

Keduanya diam. Kemudian saling membulatkan mata, pandangan mereka kini beralih pada sosok gadis itu. Dia malah tersenyum.

"Maaf, mengejutkan kalian. Hehe."

"Aaa—mphhh!" Peter membekap mulut Jackson yang hendak berteriak, "Ssttt!!! Jangan berisik."

Peter tak ingin membuat keributan yang lebih rumit jika Hendrick sampai tahu kejadian ini. Dia yakin, pria itu tak bisa melihat sosok gadis dihadapan mereka sekarang. Terbukti saat ia berada dalam kamar, Hendrick tak menyadari kehadiran gadis itu.

"S-siapa kau sebenarnya." setangguh-tangguhnya Peter, jika di hadapkan pada hantu tentu ia akan takut. Meski penampakan gadis itu tak seseram bayangannya soal hantu. Hanya kulitnya saja yang tampak lebih pucat. Peter bahkan sempat mengira jika dia adalah adik dari Hendrick, maka dari itu dia tak takut sama sekali. Pada awalnya.

"Akan butuh waktu seharian penuh jika harus menceritakan siapa diriku sebenarnya. Aku kemari hanya ingin menengok kondisi teman kalian. Apa dia baik-baik saja?"

Peter dan Jackson saling berpandangan sejenak. Sepertinya tak masalah jika mengobrol sebentar dengan hantu cantik itu, "Seperti yang kau lihat, dia masih tak sadarkan diri." jawab Peter sekenanya.

"Ahhh.... Ini kesalahanku. Aku tak tahu dia akan seterkejut itu."

"Memang, kau apakan dia?" tanya Jackson.

Sang hantu terdiam sejenak, tampak merasa bersalah, hingga ia kembali bersuara, "Aku hanya ingin menakutinya sedikit, tapi dia malah berjalan ke belakang lalu jatuh berguling ke tangga. Aku minta maaf."

Peter mengusap wajahnya kasar, ia tampak kecewa, "Kalau saja kau tak melakukan itu, kami pasti sudah keluar dari rumah ini."

"Sudahlah Peter, jangan menyalahkan dia. Semua terjadi begitu saja. Yang terpenting Andy masih selamat." apa-apaan Jackson ini, malah membela seorang hantu. Dasar, melihat wanita cantik saja langsung dia bela. Peter merutuki temannya itu dalam hati.

"Omong-omong kita belum berkenalan, aku Jackson. Yang kau buat pingsan ini Andy, dan lelaki pemarah itu—"

"Peter. Aku tahu."

"Oh, baguslah. Jadi, siapa namamu?"

Sebelum gadis itu menyebutkan namanya, Peter sempat menyela, "Darimana kau tahu namaku? Aku tak pernah menyebutkannya."

Namun gadis itu tak menjawab, dia hanya tersenyum memandang Peter, kemudian beralih kembali pada Jackson, "Aku Valerie."

Merasa di abaikan, Peter mendengus kasar. Ia memilih menjauhi mereka berdua.

"Nama yang bagus." puji Jackson.

"Terimakasih, tapi.... Apa kalian tidak teringat sesuatu?"

"Teringat apa?" Jackson balik memandang tanya. Hal itu jelas mengundang raut kecewa di wajah Valerie. Namun sedetik kemudian, ia kembali mengukir senyum, "Ah, tidak. Lupakan saja."

Kalian tidak ingat rupanya.






























Valerie

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Valerie

REVENGE'S house (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang