Ten

448 58 0
                                    

Suara itu.

Lembut mendayu, khas wanita anggun yang berbisik manja dengan kekasihnya. Peter dibuat meremang, kepalanya ia tolehkan ke belakang.

Kosong. Hanya pijar lampu redup yang terlihat disepanjang lorong, pemuda itu meneguk salivanya dengan keras, berusaha menghilangkan ketakutan yang mulai menghinggapinya. Bertepatan dengan itu, Jackson telah selesai dengan urusan buang airnya, "Hei, kau kenapa?"

"Ha? Aku tidak apa-apa, ayo cepat kita kembali ke kamar."

"Kau yakin? Wajahmu tampak pucat—"

"Cepatlah." Peter menukas, ia kembali memapah Jackson menuju kamar. Kali ini lebih laju dari sebelumnya. Pemuda itu merasa, ada sesuatu yang terus mengikuti mereka berdua. Ah ralat, lebih tepatnya mengikuti Peter saja.

Hembusan nafas lega ia lepaskan sesaat setelah pemuda Peter mengunci pintu kamar. Jackson dibuat heran karenanya, "Kau ini sebenarnya kenapa? Seperti baru melihat hantu saja."

"Kalau aku bilang iya, apa kau akan percaya?" Peter berujar di sela helaan nafasnya, kini Andy yang baru saja terbangun pun turut bergabung dalam obrolan dini hari itu.

"Tidak juga sih, tapi benarkah yang kau katakan itu?" dari raut wajahnya, terlihat jika Jackson sedikit takut, meski begitu dia masih saja bertanya.

"Kita saat ini sedang berada di rumah orang asing yang letaknya sangat jauh dari pemukiman. Kalau kalian lupa. Wajar saja Peter mengalami hal semacam itu," Andy menanggapi. Ia mengambil segelas air untuk ia berikan pada Peter. Pemuda itu menerima lalu menenggaknya dalam hitungan detik.

"Sudahlah, aku tidak apa-apa. Lanjutkan saja tidur kalian. Kita harus punya cukup tenaga untuk pergi dari sini besok."

"Secepat itu? Lukaku saja bahkan belum kering." Jackson nampak tak terima. Andy menyetujuinya.

"Entah kenapa firasatku mengatakan ada yang tidak beres dengan rumah ini. Jika kita terus berlama-lama disini, aku tidak yakin apakah itu akan baik atau buruk bagi kita." 

Jackson memutar bola matanya malas, sedikit tertatih tubuhnya ia baringkan ke ranjang. Perasaannya sedikit kacau, ia menganggap bahwa Peter mungkin sudah tidak peduli lagi dengannya. Dasar egois. Rutuknya dalam batin.

Bagaimana dengan Andy? Pemuda itu tidak punya pendirian. Ia hanya menurut pada keputusan terakhir yang di ambil. Jadi saat ini ia memilih untuk kembali memasuki dunia mimpinya yang sempat tertunda.

Mau bagaimanapun, suka atau tidak suka, ketiga pemuda itu musti pergi dari sana secepatnya. Peter meyakinkan dirinya.

Namun, tidak semua orang mengizinkan mereka.

Tidak semua orang.

REVENGE'S house (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang