Five

518 70 1
                                    

____________🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


____________🍂

"Sudah kuduga, tidak ada sinyal disini." gerutu Andy. Ponselnya sedari tadi ia angkat ke atas bahkan sampai ia bawa berkeliling kamar. Sebagai seorang selebgram dengan pengikut lebih dari 500 ribu, setidaknya ia harus mengabari para penggemarnya bukan? Namun agaknya, kali ini ia tidak bisa melakukan itu.

Sementara itu, Peter merasa salah fokus dengan kondisi kamar yang saat ini mereka tempati. Lantai kayu yang berdecit ketika di injak, kasur yang usang dan berdebu, bantal sekeras batu, juga penerangan yang hanya sebatas lilin di atas rak. Bukan bermaksud tak tahu terimakasih, hanya saja Peter mempunyai kondisi dimana ia tidak bisa melihat sesuatu yang kotor dan berantakan.

Dibilang OCD juga bukan. Hanya pria normal yang cinta kebersihan.

"Hei, Peter." yang dipanggil hanya berdehem menanggapi, tangannya masih sibuk merogoh carrier . Mencari sesuatu yang seharusnya sejak tadi dia hisap.

"Apa kau tidak merasa aneh?" pertanyaan Andy membuat pemuda itu menghentikan kegiatannya. Alisnya mengernyit heran, "Aneh bagaimana?"

"Seorang pemuda yang tinggal di tengah hutan seperti ini. Bukankah itu cukup tak wajar? Kecuali kalau dia seorang vampire yang akan menyergap kita suatu saat nanti, seperti film yang kita tonton minggu lalu. Terlebih wajahnya juga lumayan. Meski tidak setampan diriku sih."

"Aku setuju dengan kalimat pertamamu. Namun kita jangan ambil kesimpulan secepat itu. Untuk saat ini lebih baik kita percaya dulu padanya. Lagipula kalau bukan karena dia, kita tak akan punya tempat istirahat malam ini. Dan kondisi Jackson mungkin akan memburuk."

Andy tak menyela lagi, dia hanya mengangguk paham. Mungkin yang Peter katakan ada benarnya.

Setelah sibuk merogoh tiap kantung, akhirnya Peter menemukan benda yang dia cari. Sempat menawarkannya pada Andy, namun pemuda itu menolak, "Aku sedang tidak mood merokok."

Peter hanya mengedikkan bahu, disulutnya batang rokok itu, hingga kepulan asap mencuat dari dalam mulutnya. Sudah lama tidak menghisap nikotin itu sejak mereka tersesat dihutan.

Tak lama, terdengar pintu diketuk 3 kali, kemudian nampak seseorang muncul dibaliknya. Itu Hendrick.

"Kalau kalian sudah selesai beres-beresnya, segeralah turun. Makan malam sudah siap."

"Baiklah." kedua pemuda itu hendak beranjak ketika Hendrick kembali berbalik, "Satu hal lagi, ditempat ini tidak boleh ada yang merokok. Jadi, tolong matikan."

Peter yang sadar akan hal itu segera mematikan rokok di tangannya, "Ah, maaf."

"Tidak apa. Ayo! Jackson sudah menunggu dibawah."

Sejujurnya, tatkala ia melihat Hendrick, entah kenapa Peter merasa agak bergidik. Bukan karena sikapnya dingin, tidak. Daripada itu, Hendrick cukup ramah dan murah senyum. Hanya saja sorot matanya terkesan memiliki arti lain. Yang Peter sendiri pun tidak mengerti.

Begitu mereka menuruni tangga, beragam lukisan berjajar menghiasi dinding bercat kuning gading itu. Mulai dari lukisan populer karya Leonardo da Vinci, Monalisa. Hingga lukisan seorang gadis dengan gaun merahnya.

Sejenak, Peter sedikit tertarik dengan lukisan itu. Mata, bibir, dan ekspresi yang terlukis didalamnya, tampak tak asing.

"Dia...." Peter bergumam pelan. Namun pikirannya seketika buyar tatkala Andy memanggilnya, "Kenapa kau diam saja disana? Ayo!"

Tak ingin berpikir lebih jauh lagi, Peter memilih tak menghiraukannya. Barangkali lukisan itu terkenal dan dia pernah melihatnya di internet.

"Iya, aku datang."


REVENGE'S house (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang