Twenty

337 50 1
                                    

Entah ini adalah keputusan yang gila atau bodoh. Meninggalkan teman mereka bersama seorang psikopat tidak waras di rumah itu. Andy tak mengerti, kenapa tiba-tiba saja Jackson jadi seperti kehilangan akalnya. Sebenarnya apa yang terjadi antara dia dan Hendrick? Pertanyaan itu selalu berkecamuk dalam benak Andy di sepanjang jalan mereka yang kian menjauhi rumah itu.

"Kau benar-benar yakin kita akan pergi seperti ini tanpa Peter?" Andy akhirnya memutuskan untuk bertanya. Barangkali ia juga bisa menemukan sebuah alasan kenapa Jackson bersikap demikian, "Kenapa? Kau merasa bersalah?" Jackson menjawab dengan ketus.

Andy mengernyit, ia cukup terkejut melihat perubahan sikap dari temannya itu, "Sebenarnya apa yang kalian berdua bicarakan tadi? Apa Hendrick menghasutmu?"

Sesaat Jackson terdiam, sembari terus melangkah ia melanjutkan ucapannya, "Dia hanya memberi tahuku sebuah fakta. Peter tidaklah sebaik yang kita kira, Andy. Dialah.... Orang yang sudah membunuh Valerie. Gadis itu tidak mati karena bunuh diri, ia di dorong oleh Peter. Laki-laki itu ada di atap saat peristiwa itu terjadi." langkahnya terhenti, ia berbalik dan menatap Andy yang merasa tak percaya dengan semua yang baru saja Jackson ucapkan. Jackson meremas bahu pria di hadapannya itu, mencoba meyakinkan, "Semula aku pun tak percaya, tapi melihat bagaimana Hendrick begitu berambisi, aku jadi bisa memahaminya."

"Maksudmu, kita membiarkan Peter dihabisi oleh psikopat itu, karena simpatimu pada Hendrick? Kau ini bodoh atau apa?" Andy segera menepis tangan Jackson dari bahunya, ia tertawa remeh, "Sadarlah, Jackson. Hendrick itu manusia gila. Apa katamu tadi? Balas dendam untuk adiknya? Wahhh.... Dia benar-benar pandai memutar balikkan fakta. Jika dia begitu sayang dengan Valerie, seharusnya dia membiarkan tubuh adiknya di makamkan. Bukan di pajang di kamar sebagai pemuas nafsunya saja. Rupanya selain egois, kau ini juga bodoh, Jackson."

Jackson yang tak terima, berusaha mengelak, "Aku tidak egois. Begitu kita keluar dari hutan ini, kita akan segera ke kantor polisi. Kita laporkan semua kejadian yang kita alami. Tapi mungkin Peter akan turut di penjara akibat perbuatannya di masa lalu." mendengarnya Andy merasa geram, ia meremas rambut menahan emosi yang akan tersulut, "F*ck! Peter tak bersalah! Ia tidak mungkin melakukan hal semacam itu."

"Kenapa kau yakin sekali? Apa kau juga ada di tempat kejadian saat itu? Tidak bukan? Terlebih saat mengingat sikap Peter yang kasar ketika SMA dulu. Tidak menutup kemungkinan bahwa Peter juga terlibat." Andy terpojok, ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Yang dia lakukan hanya membuang nafas kasar berkali-kali.

"Lebih baik kita pergi sekarang, menemui polisi dan menangkap kedua orang itu." Jackson hendak melanjutkan langkahnya, namun ia terhenti ketika Andy berbicara lagi, "Tidak semudah itu untuk membuat laporan kepada polisi. Waktu kita tak banyak, bisa-bisa mereka berdua sudah tewas lebih dulu saat kita sampai. Lagipula apa para polisi itu akan langsung percaya begitu saja? Mereka pasti mengira kita hanya membual akibat halusinasi karena tersesat di hutan belantara ini." ucapannya terhenti sejenak, ia menghela nafas. Kali ini cukup pelan dan panjang. Seakan ia hendak menyiapkan diri. Ya, Andy yang tak pernah memiliki pendirian itu dan selalu hanya mengikuti alur yang kedua temannya ciptakan, kini akan membuat pilihannya sendiri.

"Maaf Jackson, meski aku pun tak begitu tahu apakah Peter benar-benar pelaku di balik ini semua, tapi yang kita lakukan sekarang juga salah. Peter adalah temanku, bagaimana bisa aku meninggalkan dia begitu saja? Kau pergilah sendiri, aku akan menyelamatkan Peter."

"Andy!" dia berhenti ketika Jackson memanggil namanya. Namun ia tak berbalik, Andy hanya diam memunggungi Jackson, "Aku akan menunggu di tepi hutan. Kita akan pulang bersama-sama." lanjut Jackson. Tanpa pemuda itu sadari, Andy sedikit merekahkan senyumnya, ia tahu Jackson tak akan sejahat itu.

"Baiklah. Tapi jika kami berdua tak juga kembali hingga malam datang, kau pulanglah lebih dulu. Lapor lah pada polisi sesuai kemauanmu. Mungkin dengan begitu jasad kami bisa di temukan."

Entah kenapa, perasaan Jackson tiba-tiba saja tak enak begitu mendengar kalimat terakhir yang Andy ucapkan.

Tidak, Andy. Kalian berdua harus selamat. Kita akan pulang bersama-sama.

REVENGE'S house (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang