"Baik, kita lakukan rencana ini besok pagi." Peter menutup pembicaraan malam ini, kedua temannya mengangguk paham kemudian beranjak menuju tempat tidur mereka. Sementara Valerie sudah menghilang, meninggalkan jejak asap di sekitar kamar.
Beberapa menit sebelumnya keempat orang itu tengah membicarakan perihal bagaimana mereka akan keluar dari rumah ini. Mengingat bahwa Hendrick tentu tidak akan membiarkan mereka begitu saja. Alhasil di capailah sebuah rencana dari diskusi itu, tapi karena hari sudah kelewat malam, maka mereka akan melakukannya besok pagi.
"Lagipula terlalu gelap di luar sana jika kita keluar sekarang. Penglihatan kita juga tak seperti hewan malam." Andy memberi alasan pada Jackson yang saat itu tak setuju. Dia adalah pemuda penakut yang sok berani, ucap Andy ketika mendeskripsikan bagaimana sosok Jackson dimatanya.
Waktu yang di tunggu pun tiba. Ketiga pemuda itu mulai bersiap melancarkan rencana. Jackson keluar dari kamar lebih dulu, ah omong-omong soal kakinya, dia sudah bisa berjalan normal sekarang meski terkadang agak terasa nyeri di pergelangan. Jantungnya berdegup kencang, ia merasa gugup, sebab yang dia hadapi saat ini adalah seorang psikopat gila. Ya, Jackson akan menjadi pengalih perhatian sementara dua temannya yang lain mengambil tubuh Valerie.
Ia terus menarik nafas panjang, berusaha agar tak terlihat ketakutan. Tangannya mulai mengetuk pintu kamar Hendrick. Tak lama, yang di cari pun muncul di hadapannya, "Ada apa?"
Jackson meneguk salivanya sebelum ia melanjutkan kalimat, "Aku hendak ke toilet tadi, tapi saat ku lihat, keran airnya macet, tidak mau mengeluarkan air. Mungkin kau bisa memperbaikinya? Keadaanku sedang mendesak sekarang." dia meringis seraya kedua tangannya memegang perut.
Hendrick mengernyit, "Aneh, tidak biasanya ada masalah soal keran air. Baru kali ini terjadi." gawat, dasar Jackson, dia salah memilih alasan. Bodoh. Batinnya merutuki diri sendiri. Peluh tiba-tiba keluar dari pelipisnya. Dia bahkan sampai tak sadar sudah menahan nafasnya.
"Baiklah. Biar ku periksa dulu."
Rasanya ikatan yang mengikat dada Jackson seakan lepas begitu saja, ia bernafas lega. Pemuda itu berhasil melakukan tugasnya. Dia lalu mengikuti Hendrick dari belakang, sesekali memperhatikan punggung pria itu. Begitu memasuki toilet, Hendrick mulai memeriksa keran yang Jackson beritahukan tadi, "Kurasa benda ini baik-baik saja—"
Brakk!
Pintu di tutup dari luar oleh Jackson. Sekuat tenaga ia menahannya agar Hendrick tidak dapat keluar dengan mudah. Kini ia harus menunggu Peter dan Andy yang mungkin saja sekarang masih berada di dalam kamar Hendrick, "Ugh, ku harap mereka melakukannya dengan cepat. Sial, tenaganya kuat sekali." umpat Jackson ketika dirasa Hendrick tengah berusaha membuka pintu yang di tahannya itu.
Namun beberapa saat kemudian, Jackson tak merasakan ada perlawanan dari dalam. Meski sempat curiga, ia memilih untuk turut mengendurkan ototnya. Menahan pintu toilet juga butuh tenaga besar rupanya.
"Hei, Jackson." tiba-tiba Hendrick menyebut namanya. Sempat ragu, namun akhirnya Jackson tetap menyahut, "A-apa? Jangan bersikap sok baik lagi, Hendrick. Kami tahu dirimu yang sebenarnya."
Hendrick terkekeh, membuat Jackson menautkan alis kebingungan, sedikit takut tentunya, "Kau ini naif atau bodoh?, selalu saja menuruti perkataan pecundang itu."
"Siapa yang kau maksud pecundang? Peter?"
"Tentu saja, siapa lagi? Si gila itu sudah ku tunggu sejak lama, tapi begitu dia datang justru membuat kekacauan di rumahku. Aku tak menyangka aksinya akan secepat itu."
"Jackson, dengarkan aku. Apa kau ingat kejadian 5 tahun lalu? Saat itu—"
"Iya, aku tahu. Adikmu mati kan?" tanpa Jackson sadari Hendrick mengepalkan kedua tangannya, "Bajingan. Bukan itu yang ku maksud."
"Apa kau tidak ingin mengetahui, kenapa adikku itu mati? Dia.... Dibunuh oleh temanmu sendiri. Peter."
"Keparat sialan! Beraninya kau menuduh temanku seperti itu!"
"Terserah kau mau percaya atau tidak. Tapi itulah kebenarannya. Fakta yang seumur hidup akan selalu aku benci. Dan kau tahu hal yang lucu? Dengan mengurungku seperti ini kau sudah menghalangi seorang kakak yang ingin membalaskan dendam atas kematian adiknya."
"Bohong! Adikmu itu mati karena bunuh diri!"
"Jika dilihat dari luar memang seperti itu. Tapi kau tak tahu kejadian yang sebenarnya bukan?"
Perdebatan itu hening beberapa saat. Sekonyong-konyong sebuah keraguan muncul dalam benak Jackson. Apa yang dikatakan Hendrick itu benar? Ia dilingkupi kegundahan, tak ingin mempercayai psikopat itu, tapi kenapa ucapannya terdengar seperti sebuah kebenaran. Sisi mana yang harus ia pijak sekarang? Membela temannya, atau membantu seorang kakak yang hendak membalaskan dendam?
"Kalau kau melepaskanku, aku akan membiarkanmu dan Andy keluar dari rumah ini."
_______________
Lagi-lagi updatenya telat, huhu maafin guys ☹️

KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE'S house (End)
Mystery / ThrillerKarena tersesat saat kembali dari pendakian, Peter, Jackson, dan Andy justru menemukan sebuah rumah di tengah hutan. "Selamat datang!" Rank: #7 in suspense // 28 Feb 2022 #4 in haunted // 7 Mar 2022 #7 in house // 14 Mar 2022 #6 in house // 15 Mar...