Real

1.8K 154 2
                                    

Theo segera melepas apronnya dan membasuh wajahnya dengan air. Jujur, Theo tidak sanggup ke sekolah sekarang untuk melihat jasad Jienan. Belum lagi fakta tentang jasadnya yang terbakar bersama api.

Kenyataan bahwa Jienan kecilnya harus meninggal dengan keadaan seperti itu tidak bisa Theo terima. Namun, pasti ada alasan kenapa Taevil memberi tahunya untuk menilik TKP.

"Ayah udah tahu soal ini, bang?" Theo bertanya sambil berjalan beriringan dengan Taevil.

"Belum, gue masih ngerasa ada yang ganjil di sini. Makanya gue gak berani ngasih tahu ayah sebelum gue tahu keadaan mayat Jienan sama gudang yang kebakar." Theo mengangguk paham.

Tiba di TKP, Taevil disambut oleh garis pembatas polisi yang berwarna kuning terang. Salah satu pria mendekatinya, sepertinya itu adalah guru yang tadi menelfonnya.

"Selamat siang, pak. Semua murid sudah saya perintahkan untuk pulang. Dari tadi pagi pun ternyata Jienan memang tidak terlihat memasuki kelas."

Taevil semakin curiga.

"Maaf, pak. Saya Rafi dari kepolisian, saya detektif yang menangani kasus ini. Bapak bisa langsung melihat jasad korban, dan barang-barang yang ditemukan."

Taevil dan Theo melihat jasad Jienan, Theo langsung berdiri kembali dan memukul tembok berkali-kali.

Taevil sendiri ingin merasa sedih, namun wajah jasad tersebut telah hancur. Ia tidak bisa menyimpulkan bahwa itu adalah Jienan.

Namun, jas yang mayat tersebut kenakan memang terdapat nama Jienan. Ia pun melihat ada tas biru, sepatu Jordan, dan gantungan kunci kesayangan Jienan.

"Apakah barang-barang tersebut benar milik saudara Jienan?" Detektif tersebut bertanya kepada Taevil.

"Iya betul, pak. Tapi, wajahnya tidak bisa saya pastikan itu adalah Jienan."

"Tetapi, penyelidikan menyatakan tinggi mayat ini sama dengan Jienan, dan golongan darahnya pun O."

Perkiraan Taevil benar, sekuat apa pun dirinya menyangkal, polisi akan lebih mempercayai bukti yang ditemukan untuk mempersingkat penyelidikan.

"Udah lah, bang! Kita tahu gak bakalan ada hasil kalo kita ngotot itu bukan Jienan," bisik Theo sembari memegang bahu Taevil.

"Apa perlu kami lakukan autopsi?"

Taevil sempat berpikir itu solusi yang bisa dipertimbangkan. Namun, jika itu benar Jienan ia tidak akan tega mengautopsinya.

"Gak usah bang, gue yakin anak-anak lain gak setuju. Gue tahu lo gak percaya itu Jienan, tapi menurut gue kita mau gak mau harus percaya itu Jienan dan makamin dia dengan layak."

Perkataan Theo memang benar, Taevil akan mengesampingkan egonya. Namun, ia akan menyelidiki lebih lanjut dengan tangannya sendiri.

___

Taevil dan Theo bergegas ke rumah mereka. Ia menelfon semua adik-adiknya agar menyempatkan waktu untuk pulang.

Setengah jam kemudian, 20 adik-adik Taevil sudah berkumpul di ruang tamu mereka termasuk Theo. Hanya Chenlee yang belum hadir.

"Ini Chen ke mana? Ada yang tahu?" tanya Taevil untuk memastikan di mana Chenlee.

"Tadi dia bilang agak telat sedikit karena ada urusan sebentar sama dosennya," jawab Yang.

"Eh, selain Chen, ini Jienan ke mana dah? Gue lihat tadi anak KARPEM udah pada balik," tanya Haexan yang sepertinya belum tahu apa-apa.

KARPEM adalah singkatan yang biasa digunakan untuk SMA Karya Pemuda, itu adalah nama sekolah Jienan.

MISSING J | NCT ot 23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang