3 tahun yang lalu
Jienan kini duduk di kursi sembari memegang tangan seseorang yang tengah diinfus.
"Mah, ayo lah cepet sembuh ... . Di rumah Jienan gak bisa makan enak. Ada masakan bibi sih, tapi masih enakan masakan mamah." Jienan mengerucutkan bibirnya.
Wanita yang disebut "mamah" oleh Jienan tadi hanya tersenyum mendengar ocehan anak bungsunya.
"Jienan mau gak nurutin permintaan mamah?"
"Harus lah, mah! Jienan 'kan anak baik?" Jienan tersenyum menunjukkan deretan gigi kecilnya.
"Mamah mau kamu masuk sekolah biasa. No more homeschooling."
Jienan terkejut, permintaan ibunya terdengar mendadak dan tidak seperti biasanya.
"Tapi kenapa, mah? Jienan selama ini nyaman homeschooling. Lagipula tahun depan Jienan udah SMA, menurut Jienan lanjutin ajah sampe lulus."
Jienan tentu sudah nyaman menjalani homeschooling selama hidupnya. Rasanya, takut untuk memulai sesuatu yang tidak sesuai dengan zona nyamannya.
"Justru karena tahun depan kamu masuk SMA, mamah pengen kamu keluar dan dapet banyak temen. Mamah tahu, 17 kakak-kakakmu semuanya homeschooling sampe lulus termasuk Chenlee yang bakal lulus sebentar lagi,"
"Tapi mamah mau permintaan mamah yang terakhir ini bisa kamu kabulin. Kamu tahu 'kan mamah mau yang terbaik buat kamu? Mamah tahu kamu kurang pede sama semua bakat dan kemampuan kamu. Mamah mau kamu keluar buat nyari jati diri kamu,"
"Mamah akui kamu beda dari kakak-kakakmu, tapi dalam arti baik. Mamah mau kamu berkembang." Jienan tiba-tiba meneteskan air matanya.
Entah mengapa Jienan terus tersenyum sedari tadi dan menahan air matanya. Padahal ia tahu, umur ibunya hanya tinggal beberapa hari lagi.
Jienan terus memperpanjang topik obrolan, karena ia ingin lebih lama bersama ibunya.
"Mamah jangan ngomong kaya gitu! Harusnya hari ini Jienan mau ketawa bareng sama mamah,"
"Jienan bakal turutin mau mamah. Nanti Jienan bakal pamer ke Bang Haexan kalo Jienan bisa sekolah di sekolah biasa! Jadi mamah gak usah sebutin hal-hal yang emang bukan kehendak kita." Jienan cepat-cepat menghapus air matanya.
Jienan memeluk ibunya erat. Jienan sangat sulit menghadapi hidupnya beberapa tahun terakhir.
Di usianya yang 16 tahun saat itu, memang sulit untuk berkomunikasi dengan anak yang seumuran dengannya.
Ia lebih sering menghabiskan waktu dengan Chenlee atau Suen. Jienan tidak pernah tahu rasanya mendiskusikan tugas dengan teman sekelasnya, karena memang ia tidak punya.
Ditambah, Jienan sangat pemalu dan mudah canggung. Ia juga cenderung memilih tempat yang sepi.
___
"Gimana kata mamah tadi?" Chenlee menyambut Jienan di dalam kamarnya.
"Mamah pengen gue masuk sekolah biasa." Chenlee menautkan kedua alisnya.
"Tiba-tiba? Bukan niat gue bawa-bawa ini tapi, kita bukan anak kandung mamah. Selama ini cuma anak kandung mamah yang sekolah di sekolah biasa," tanya Chenlee yang masih heran.
"Gue tahu, Chen,"
"Tapi mamah bilang gue butuh keluar. Gue rasa biar gue gak bergantung sama mamah terus. Lo tahu 'kan gue anti banget sama dunia luar? Kita keluar juga cuma beberapa kali."
"Mamah pengen gue bergaul, nyari jati diri. Mamah juga bilang ini permintaan terakhirnya, gue harus mau." Chenlee mengubah posisi berdirinya menjadi duduk di sebelah Jienan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSING J | NCT ot 23
Mystery / Thriller"Jienan gak meninggal, dia hilang." | Ot 23 - author hanya meminjam beberapa identitas asli member, sifat asli member, dan visual member - semua alur dalam cerita ini adalah karangan author - be a smart reader Annemoon 💚🌱