Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌==============================
"Darahnya masih ngalir?" tanya Harry khawatir.
Mau setidak suka apapun ia pada Aresya, ia tetap akan khawatir karna Aresya adalah tunangannya, calon istri masa depannya.
Aresya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Harry.
"Ares, lo pas olahraga ngapain sih? Kenapa bisa sampai demam, terus tiba tiba mimisan gini?!"
"Gue cuma main voly doang bareng yang lain, Harri kamiss.." jawab Aresya.
"Main voly berapa ronde emang, sampai kecapean gini. Udah tau ga bisa kecapean, masih aja nekat ikut olahraga."
Harry sedikit bingung dengan Aresya, gadis itu tau akan kelemahan tubuhnya, tapi tetap saja terus memaksakan diri.
"Ya lagian gue bosen liatin orang main mulu, gue kan juga pengen ikutan. Gue main cuma bentar kok."
"Yaudah deh, mending sekarang lo ganti baju gih, baju lo kena darah nih."
Aresya menganggukan kepalanya. "Iya, sebentar lagi gue ganti. Oiya, makasih ya," ucap Aresya tulus.
"Mau gue suruh Shafa buat bantuin lo?" tanya Harry yang masih sedikit khawatir.
Aresya menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin merepotkan orang lain. "Ga perlu, gue yakin bisa sendiri."
Rasa khawatir Harry sedikit berkurang saat melihat Aresya yang sepertinya sudah benar benar baikan. Tapi ia tidak ingin terlihat seperti sedang mengkhawatirkan Aresya.
"Yaudah kalau gitu, gue mau balik ke kelas. Lo disini sendiri gapapa kan?"
"Iya gapapa, paling bentar lagi penjaga uksnya balik. Gue juga mau ganti seragam dulu."
"Mau gue anterin?"
"Hari kamis, gue udah ga kenapa kenapa. Jadi ga perlu terlalu khawatir gitu."
"Siapa yang khawatir sih? Gue cuma basa basi nanya gitu," balas Harry.
Harry berjalan meninggalkan Aresya yang masih berbaring ditempat tidur uks. Saat sampai didepan pintu uks ia dikagetkan dengan kemunculan Shafa dan yang lainnya secara tiba tiba.
"Kagetan lo kak," ujar Shafa dengan sedikit tertawa.
"Lagian lo semua kenapa muncul dadakan gini."
"Ihh.. sok tau. Kita udah dari tadi kali disini, cuma ga masuk aja, hehe. Lucu soalnya ngeliat kak Harry sama Resya ribut gitu."
Harry mencubit pipi Shafa pelan. "Dasar bocil," ucapnya lalu pergi meninggalkan mereka.
Shafa memang sudah di anggap adik oleh Harry dan Randi. Karna itu mereka sering mengatai Shafa bocil, serta menyubit pipi gadis itu ataupun mengusap kepalanya.
Darren dan Randi ikut menyusul Harry yang sudah agak menjauh. Sedangkan Shafa dan Alvin masuk ke dalam uks menghampiri Aresya.
"Masih mimisan Cha?" tanya Alvin basa basi.
"Udah engga, darahnya udah berhenti. Yaudah ayo ganti seragam, bentar lagi bel masuk nih."
Aresya kemudian bangkit dari tidurnya, hendak turun dari tempat tidur. Namun Alvin dan Shafa menghalangi gadis itu, menyuruhnya untuk kembali membaringkan tubuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.C.F [Hiatus]
Teen FictionIni kisah tentang Aresya dan kehidupannya, Aresya dengan persahabatan dan keluarganya, serta kisah tentang cara mewujudkan suatu harapan sebelum sebuah penyesalan itu datang. "Saat lo ingin mencapai sesuatu, lo harus melampaui semua batasan batasan...