Selamat Membaca !!
Semoga suka hehe ✌==============================
Aresya baru saja selesai mandi dan berpakaian, saat ini ia tengah menahan perih pada luka luka di tubuhnya yang belum sepenuhnya sembuh sejak kejadian di Belanda saat itu.
Ia tetesi kapas yang berada di tangannya dengan betadine. Lalu menempelkan kapas yang sudah di beri betadine tadi ketangannya yang terluka. Kemudian luka itu ia balut dengan perban putih.
Saat sudah selesai dengan luka pada tangan kiri itu, Aresya lalu kembali mengobati beberapa luka lainnya, seperti luka pada kaki kanannya, yang harus ia perban pula.
Beberapa luka goresan hanya ia tutupi dengan hansaplast atau plester luka yang ia miliki, ada beberapa plester bergambar yang ia gunakan pada tangan kanannya.
Setelah selesai mengobati luka lukanya, Aresya berjalan keluar dari kamarnya. Ia pergi menuju tempat bundanya berada saat ini.
Aresya saat ini tengah menggunakan celana olahraga berwarna hitam, serta baju putih oversize. Dengan cepat ia menuruni tangga.
××××
Shafa dan Bunda tadi memasak makanan untuk mereka dan kini mereka sudah berada di meja makan. Saat Aresya sudah duduk ditempatnya, semua perhatian tertuju pada gadis itu.
"Apa?" tanyanya yang meresa risih.
"Tangan lo, kenapa di perban cha?" tanya Alvin penasaran. Bukan hanya Alvin yang menantikan jawaban itu, tetapi yang lain juga.
Aresya menatap tangan kiri yang terbalut perban itu. "Luka," jawab Aresya singkat.
"Ohh luka, kirain hiasan doang Sya," balas Darren yang merasa sedikit kesal dengan jawaban Aresya.
"Masih sakit tangannya?" Kini bunda lah yang bertanya.
"Engga ko bun, udah ga sakit. Bunda ga perlu khawatir."
××××
Sudah 3 jam berlalu. Kini, Darren, Randi, Harry, dan Shafa sudah berada di halaman rumah milik Aresya. Mereka akan segera pulang kerumah masing masing.
"Kita pulang ya Sya," ucap Shafa yang sudah berada diatas motor milik Darren. Aresya yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya.
"Inget Sya, kita udah resmi temanan. Awas aja kalau sampai masih ga lo anggep kita!" ucap Darren.
Aresya yang mendengar itu sedikit merasa kesal. "iya bawel."
Kalau bukan karna Alvin, sebenarnya ia malas untuk mengakui mereka semua sebagai teman. Alasannya karna Aresya termasuk tipe manusia yang sulit untuk percaya orang lain.
××××
Kini hanya tersisa Aresya dan Alvin di ruang tengah. Bunda memilih untuk ke kamar, meninggalkan Aresya dan Alvin berdua saja.
Aresya dengan cepat memgeluarkan handphone miliknya, menunjukan sebuah pesan yang ia terima tadi siang pada Alvin. Alvin membaca pesan itu dengan cepat, lalu menatap bingung ke arah Aresya.
"Nomor baru lagi?! ni orang ga cape apa ganti ganti nomor mulu," ucap Alvin setelah membaca pesan itu.
"Gatau lah Vin. Tapi gue pastiin mereka bakal nyesel sama apa yang udah mereka lakuin selama ini!" kata Aresya dengan tatapan lurus kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.C.F [Hiatus]
Teen FictionIni kisah tentang Aresya dan kehidupannya, Aresya dengan persahabatan dan keluarganya, serta kisah tentang cara mewujudkan suatu harapan sebelum sebuah penyesalan itu datang. "Saat lo ingin mencapai sesuatu, lo harus melampaui semua batasan batasan...