15. Gramedia

42 34 2
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

"Mereka ga bakal berani ngelapor, kalau pun mereka ngelapor. Sama aja dengan mereka nyerahin diri ke polisi. Kasus orang orang yang kaya begitu, udah terlalu banyak," jawab Aresya.

"Oh iya, kalau boleh tau lo berdua ada masalah apa sama mereka?" tanya Varo. Ia sedikit penasaran, ada permasalahan apa antara kedua adik kelasnya ini dengan para preman itu.

"Masalah yang lo ga perlu tau," jawab Alvin.

"Kepo lu, nanya nanya mulu!" kata Aresya pada Varo.

Varo memutar malas matanya, mengabaikan perkataan Aresya barusan.

"Ga jadi tidur, Cha?" tanya Alvin.

Aresya menggelengkan kepalanya. "Udah ga ngantuk," jawabnya.

"Sama sih, gue juga. Yaudah kalau gitu, gue pulang ya. Bilangin sama bunda, om David, kalau gue udah pulang."

Aresya menganggukan kepalanya. Ia dan Alvin berdiri, berjalan menuju pintu.

"Gue juga pulang kalau gitu!" kata Varo ikut berdiri, berjalan mengekor.

××××

Aresya dan Alvin kini sudah berada di kelas, menunggu siswa maupun siswi lainnya datang. Entah karna kebetulan atau apa, mereka berdua datang terlalu cepat. Alvin mulai membuka topik pembicaraan, membahas tentang masalah kemarin.

"Baru juga seminggu Cha, lo balik ke indo. Udah ada aja masalah kaya begini," kata Alvin memulai obrolan.

"Biasa lah, Vin. Mereka kan mgefans sama gue. Berasa kaya jadi idola para penjahat gue," jawab Aresya yang di akhiri dengan sedikit tawanya.

"Stres lo, Cha. Bisa bisa nya bilang idola para penjahat," balas Alvin sambil menggelengkan kepalanya.

"Hahaha.. yauda deh, ga usah di bahas lagi. Beberapa hari ini lo istirahatin tubuh, tapi sesekali tetep harus latihan, sabtu latihan di dojo!" kata Aresya dengan tegas.

Alvin menganggukan kepalanya setuju, setelah berkelahi kemarin tubuhnya sedikit merasakan sakit. Meskipun lawan kemarin tidak seberapa baginya.

Aresya dan Alvin kembali mengobrol, membahas hal hal lainnya. Tidak lama kemudian Shafa, Darren, Randi, dan Harry datang ke kelas mereka. Aresya melihat itu, lalu meberitahukan pada Alvin.

"Rombongan lo dateng tuh," katanya.

Alvin menolehkan pandangannya, nenatap teman temannya yang sudah berada di kelas ini. Ia berlari menghampiri mereka, meninggalkan Aresya. Tapi sayangnya mereka malah pergi menghampiri Aresya.

Aresya tidak peduli dengan mereka semua, ia menyibukan dirinya dengan bermain game di handphone.

Alvin yang lainnya sibuk berbincang bincang, entah apa yang mereka bahas, Aresya sama sekali tidak paham.

Saat sedang asik bermain game, seseorang dengan tidak sopannya menatik handphone itu dari Aresya. "Lo apa apaan sih?!" tanya Aresya kesal.

Harry yang sedari tadi duduk, langsun bangkit. Berdiri membelakangi Aresya, ia dengan cepat merampas kembali handphone milik Aresya itu, dan menyerahkannya.

Ia lakukan ini bukan karna suka, tapi bagaimanapun Aresya adalah tunangannya, ia harus menjaga Aresya. Harry juga dulu sudah berjanji pada bundanya, jika Aresya sudah kembali ke Indonesia, maka ia harus selalu menjaga gadis itu.

A.C.F [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang