23. Randi

12 3 0
                                    

Selamat membaca !!
Semoga suka hehe ✌

==============================

Aresya terbangun dari tidurnya, saat membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Bunda yang kini sedang tertidur.

Saat menoleh ke arah sebaliknya, terlihat wajah lelah Ayah nya yang juga sedang tertidur. Pukul kini sudah menunjukan waktu 01.25 WIB.

Aresya mencoba untuk menegakan tubuhnya, namun pergerakannya itu membuat Sarah terbangun dari tidurnya.

Sarah yang masih belum sadar sepenuhnya setelah terbangun dari tidur, ia melihat wajah Aresya yang sedang menatap dirinya demgan tatapan bersalah. Sarah langsung bangkit, Ia memeluk erat tubuh Aresya, meskipun ada rasa nyeri saat dipeluk erat seperti ini, Aresya tetap diam dan membalas pelukan Bunda nya.

"Echa ga kenapa kenapa, Bun. Jangan khawatir," ucap Aresya menenangkan Bundanya.

"Ga kenapa kenapa gimana?! Kamu itu habis kenapa tusukan pisau, luka kamu itu bukan luka biasa, Resya."

Sarah melepaskan pelukannya, Ia menatap Aresya dengan perasaan campur aduk, antara senang, sedih, khawatir, dan juga perasaan marah.

Aresya hanya diam, ia tidak berani untuk membalas ataupun menatap wajah Bunda nya.

Sarah menghela napas, ia membantu Aresya untuk kembali membaring kan tubuhnya. "Kamu mau minum? Atau makan? Bunda ambilin ya."

"Minum aja, Bun."

Sarah mengangguk lalu mulai menuangkan air kedalam gelas. David yang sedang tertidur samar samar mendengar suara percakapan.

Mata David mulai terbuka, pandangan pertamanya iala melihat Aresya minum dan dibantu oleh Sarah.

David bangkit dari sofa, berjalan mendekat pada Aresya. Ia hanya dia menatap, sampai akhirnya Aresya membalas tatapan matanya sambil tersenyum.

Tanpa berkata apapun David memeluk erat tubuh anak gadisnya, air matanya tanpa sadar jatuh.

"Jangan nangis, Pa. Echa ga kenapa kenapa, Echa pasti bakal cepat sembuh," ucap Aresya mencoba menenangkan Ayahnya.

David melepaskan pelukannya, ia menatap tajam Aresya. "Gimana bisa Papa ga khawatir sama kamu, belum ada sebulan kamu udah berapa banyak luka luka kaya gini?!"

Aresya menundukan kepalanya, tidak berani menatap wajah Ayahnya itu. "Baru juga 2 kali," balas Aresya dengan sangat pelan, bahkan nyaris tidak terdengar.

"Papa bakal membatasi waktu keluar kamu, ga ada lagi pergi pergi sendiri dan ga ada berantem berantem lagi!"

"Oiya satu lagi, untuk dua bulan kedepan, kamu stok buat latihan taekwondo atau sparing boxing, atau apapun itu," lanjut David dengan tegas.

Aresya yang mendengar itu langsung mendongakan kepalanya, ia ingin protes tapi, tangannya di genggam oleh Sarah, itu artinya Aresya tidak boleh dan tidak bisa protes.

××××

Randi yang baru sampai dirumah, kini menyaksikan keributan antara kedua orang tua nya. Ia ingin berlalu begitu saja tanpa ikut campur apapun, namun langkahnya terhenti saat Ayahnya memanggil.

"Andi.."

"Apa lagi sih, Pa?" balas Randi dengan malas.

"Hari ini kamu ikut Papa pulang kerumah," ucap Ayah Randi.

"Ga bisa!! Randi malam ini tetap disini," balas Ibu Randi.

"Kamu tuh apaan sih, Andi udah sama kamu terus, malam ini dia sama aku," ucap Dika dengan kesal.

Randi menghela napasnya, mulai merasa muak dengan pertengkaran kedua orang tua nya ini yang hampir setiap hari terjadi.

"Bisa berhenti ga sih ributnya?! Papa kalau mau aku nginap disana, yaudah ngomongnya baik baik jangan sambil marah marah gini. Mama juga, stok but egois. Aku ini bukan cuma anaknya Mama, tapi anaknya Papa juga."

Randi kembali menghela napasnya. "Malam ini aku nginap dirumah Papa," setelah mengucapkan itu. Randi pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

××××

Di dalam kamar, Randi duduk di kursi belajarnya. Saat sedang diam, Randi menatap sebuah bingkai foto yang terpajang di meja itu. Ia mengalihkan pandangannya dari foto itu, sambil berucap pelan. "Harusnya gue yang pergi waktu itu."

Randi yang tidak mau terlalu larut dalam kesedihan, langsung mempersiapkan buku buku pelajaran serta seragam sekolah untuk besok dan barang apa saja yang akan ia bawa untuk menginap nanti.

Saat Randi turun dari tangga, Ia tidak melihat keberadan Ibu nya, di ruang tamu tadi hanya ada Dika, Ayahnya, yang kini sedang sibuk dengan handphone.

"Papa duluan aja, nanti Andi nyusul," ucap Randi yang sudah berada di dekat Ayahnya. Ayahnya hanya mengangguk, lalu bangkir dari duduknya dan pergi meninggalkan Randi sendirian.

Randi berjalan menuju kamar Ibu nya. Ia mengetuk pelan pintu kamar itu. "Andi pergi dulu ya ma," ucapnya. Ia menunggu beberapa menit namun tidak ada balasan apapun dari dalam. Randi lalu berjalan pergi meninggalkan kamar itu.

Sebelum berangkat menuju rumah Ayah nya. Randi berencana untuk pergi ke suatu tempat, ia mulai mengendarai motornya dengan kecepatan yang sedang.

================================

Terimakasii sudah membaca Semoga suka yaa 😊

A.C.F [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang