(45) 👪

4.6K 480 35
                                    

Selesai sudah masa perawatan si bayi kini sang bayi sudah berada di tengah keluarga bahagia itu.

"Ji"

"Hmm"

"Kamu udah punya nama belum?"

Jihoon menoleh cepat. Akibat rasa cemas berlebihan sampai Jihoon lupa mencarikan nama untuk bayinya.

"Perpaduan namaku sama kamu aja Suk" sahut Jihoon.

"Gak mau ah!"

"Lah kenapa?"

"Nanti sifatnya kadang kaya aku kadang kaya kamu"

Jihoon terkekeh "ya biarin lah kan kita orang tuanya"

"Gak mau pokoknya!" Ketus Hyunsuk.

Jihoon menghela nafas "terserah"

"Kok terserah sih?!" Nah loh marah 🤣

"Gimana kamu aja. Aku ngikut" kata Jihoon.

"Ish!" Hyunsuk langsung duduk membelakangi Jihoon tak lupa ia dekap bayi dalam gendongannya.

"Papa kamu nyebelin" cicit Hyunsuk pelan ngusap hidung si bayi menggunakan jari telunjuknya.

Jihoon menghela nafas lelah "salah lagi gue" bathinnya.

"Papa! Mama! Adek!" Pekik suara seseorang membuat Jihoon dan Hyunsuk menoleh ke arah pintu.

"Dobby jangan teriak! Adeknya nanti bangun" kata Hyunsuk.

Dobby mempoutkan bibirnya "ma-maaf mah!" Ucapnya sambil nunduk hampir nangis.

Jihoon mengusap kepala belakang Dobby dengan lembut "kok sedih? Kenapa?"

Dobby mendongkak "mama marah ya pah?!" Ucap anak kecil itu membuat Hyunsuk merasa bersalah.

Dobby merasa di bentak hanya dengan ucapan Hyunsuk yang sedikit tinggi tadi padahal Hyunsuk gak maksud membentak anak sulungnya itu.

Jihoon menghela nafas kemudian menghampiri Hyunsuk.

"Kamu tenangin Dobby dulu sana! Biar jagoan yang satu aku yang gendong"

Hyunsuk iyain padahal gak percaya kalau Jihoon yang gendong takutnya si bayi gak nyaman. Itu fikir Hyunsuk.

"Sayang, maafin mama! Mama gak marah kok"

"Tapi mama suaranya keras"

Hyunsuk menghela nafas "maafin mama ya! Mama gak maksud marah kok"

Dobby mengangguk pelan kemudian memeluk ibunya.

Jihoon hanya tersenyum melihat keduanya. Namun tiba tiba.....

"Akh"

Hyunsuk dan Dobby menoleh ke arah Jihoon yang tengah menggendong si bayi.

"Kenapa sih?" Hyunsuk nampaknya agak kesel ya soalnya wajah Jihoon meringis kaya jijik.

"Dedek bayi puf" sahut Jihoon.

Hyunsuk mendecak kesal "ganti popoknya dong"

Jihoon meringis "aku gak bisa"

Hyunsuk menghampiri Jihoon kemudian merebut si bayi "jangan cuma bilang doang sayang sama anak gantiin popok aja gak bisa" gerutu Hyunsuk terdengar jelas di telinga Jihoon.

Dobby terkekeh pelan.

"Mah kasian papa jangan di marahin" kata Dobby sambil memperhatikan sang mama bersihin puf plus gantiin popok dedek bayi.

"Papa kamu tuh ngeselin banget!" Kata Hyunsuk.

Dobby asli menertawakan sang papa yang kini lagi cemberut.
.
.
.
.

Yoshi menatap hamparan tanah bertancapkan batu nisan mengusapnya dengan lembut.

"Sayang, apa kabar? Maaf ya aku jarang kesini akhir akhir ini perusahaanku lagi dalam masalah" cerita Yoshi menatap sendu sebuah makam.

"Aku kesini sama Junghwan. Anak kita" sambung Yoshi.

Junghwan yang berdiri di samping Yoshi kini berjongkok mengusap tanah makam yang sudah di lawas itu.

"Mami, ini Juwan mih. Juwan belum pernah lihat wajah mami. Tapi Juwan yakin mama itu sangat cantik" ucap anak kecil itu sambil tersenyum membuat Yoshi meneteskan air matanya.

"Mami, Juwan bawa bunga buat mami. Kata papi mami suka bunga mawar putih ya?" Bocah itu meletakan satu tangkai bunga mawar putih di atas makam.

"Mih, mami mau gak hadir di mimpi Juwan? Sekali aja mih" pintanya kemudian mengecup batu nisan itu.

Yoshi langsung memeluk anak satu satunya itu kemudian mengecup puncak kepalanya berkali kali.

"Maafin papi nak?!"

"Pap jangan nangis nanti mami ikut sedih" bocah polos itu tersenyum mendongkakan kepalanya mengusap air mata sang ayah.

Yoshi mengangguk sambil tersenyum namun air matanya gak bisa berhenti mengalir.

Junghwan gak tahu harus apa yang hanya bisa di lakukannya sekarang hanyalah ikut menangis seperti merasakan apa yang ayahnya rasakan.

"Juwan sayang papi" cicit Junghwan pelan namun masih bisa di dengar Yoshi.

"Papi jauh lebih sayang Juwan" balas Yoshi mengeratkan kembali pelukannya.

Setelah selesai bernangis ria, Yoshi dan Junghwan berniat pulang karena hari sudah petang plus mendung juga.

Sepanjang perjalanan raut wajah Junghwan murung membuat sang ayah merasa cemas.

"Juwan kenapa?"

"Gak apa apa kok pih"

"Beneran?"

"Juwan cuma pengen ke rumah Dobby pih"

"Mau ngapain?"

"Pengen lihat adeknya Dobby. Kata Chenle lucu banget"

Yoshi hanya diam.

"Boleh ya pih kapan kapan kita kesana?!"

Yoshi mengangguk ragu namum mampu membuat Junghwan tersenyum lebar.

































Hallooooooo ini loh gaes chap susulan yang emak maksud😁

Maaf terlalu pendek 🙏🙏🙏

Maaf juga emak terlambat up 🙏😭

PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang