"Syukuri kebahagiaan yang sedang berlangsung sekarang karena kebahagiaan itu tidak akan selamanya menetap dengan kita,begitu pula kesedihan janganlah berlarut larut dalam kesedihan percayalah Tuhan pasti memberikan hikmah dibalik kesedihan itu."
"Alvaro Ad Zikri"Happy reading ✨❤️
"Iya iya bentar kak idho bersihin abis ini kita pulang udah blepotan gitu"Ucap Ridho mengambil tissue dalam saku celananya dan membersihkan mulut dan juga pipi Al yang penuh dengan noda es krim
"Nah sekarang kita pulang yuk Al,udah mau senja" Ridho
"Ayuk kak Al juga mau sholat magrib nanti" Al
Ridho dan Al melangkahkan kaki mereka meninggalkan area taman itu,Al merasa sangat tenang sekarang ia juga merasa bahwa diri benar benar mendapatkan kasih sayang walaupun dari kakaknya saja,Al tidak peduli jika satu dunia membencinya yang terpenting Ridho menyayangi nya itu sudah lebih dari cukup untuk Al.
.
.
.
Ridho dan Al telah melaksanakan sholat magrib berdua mereka segera kebawah untuk makan malam bersama keluarga mereka dibawah,Semua menyambut kedatangan Ridho dengan senyuman hangat namun,berubah menjadi tatapan tajam saat Al muncul dari belakang punggung Ridho,rupanya Al sudah gemetaran disana ia takut jika mereka semua menyiksa kembali seperti dulu sungguh ia tak mau itu terulang kembali.
"Hai dho sini duduk deket mama,kita makan malem sama sama udah lama tau kamu gk makan bareng kita" Ucap Iren tersenyum hangat kearah putra sulungnya itu.
"Iya mah,ayuk Al kita makan bareng mereka" Suruh Ridho pada Al untuk keluar dari belakang punggungnya
"Iya kak"
"Ridho ngapain kamu ngajakkin anak aneh itu makan bareng kita!" Ketus Iren pada Al
"Iya kak ngapain ngajak Al makan bareng kita biasa juga dia makan didapur bareng bi marni dan mang ujang"Seru Tammy
" Eumm gpp kak Al makan sama bi marni dan mang ujang aja lagian lauknya sama kok kak"Ucap Al
"Enggak kamu harus makan dimeja makan bareng kita keluarga kamu tuh kita Al bukan mang ujang dan bi marni" Ucap Ridho memaksa Al
"Enggak kak Al takut ganggu mereka" Al
"Iya kamu tuh ganggu banget!!" Rico
"Papa apa apaan sih Al tuh anak papa dan mama,adik kamu tammy,dan kakak kamu El seaneh apapun Al dia tetap keluarga kalian" Ridho
"Kak udah jangan ribut sama mereka semua!,kali ini aja ya kak kakak nurutin Al,kak idho sekarang makan bareng mereka Al bakal kedapur makan bareng sama bi marni dan mang ujang" Ucap Al melengos pergi kedapur tanpa mendengar kan jawaban dari sang kakak
"Tuh liat orang kak nya sendiri kok yang mau makan sama pembantu" El
"Yaudah sini sayang kita makan bareng ya biarin aja adikmu itu beda sendiri" Ucap Iren merangkul tubuh sang putra kearah tempat duduknya untuk makan
"Kamu mau lauk apa sayang biar mama ambilin?" Iren
"Gk usah mah Ridho udah gede gk usah pake acara diambil ambilin segala,Ridho bisa sendiri"Ketus Ridho pada sang mama
" Oh yaudah kamu makan gih ambil sendiri ya"Ucap Iren
Sementara didapur Al dan kedua pekerja dirumahnya sedang makan namun sedikit yang membedakan hanya lauknya saja,Dimeja makan keluarga terdapat banyak lauk yaitu ayam bakar,ikan bakar,tahu goreng dan juga sayur sop
Sedangkan disini Al hanya makan dengan telur dadar dan juga tempe goreng serta sambal dan kerupuk."Den Al kenapa atuh makan disini terus?kan udah ada den Ridho yang pasti belain aden,suruh makan sama nyonya dan tuan"Tanya mang ujang
"Emangnya kenapa mang?Mang Ujang takut jatah tempe nya Al ambil iya?" Balas Al dengan sedikit cengiran diwajahnya
"Enggak gitu maksud saya den" Mang Ujang
"Maksud saya teh kan mereka semua keluarga aden jadi seharusnya aden berada diantara mereka bukan disini"Mang Ujang.
" mang mang mungkin mereka gk menganggap Al sebagai keluarganya gpp yang penting Al bisa makan disini sama bi marni dan mang ujang,Al berasa punya keluarga baru"Ucap Al tersenyum hangat
"Atuh den kalau senyum jangan jangan manis diabetes nanti bibi den"Bi Marni
" Bibi bisa aja,yaudah sekarang kita lanjut makan ya"Ucap Al
"Iya den" Ucap kedua nya kompak
Bersambung...
Jangan Lupa Vote dan komen,Makasih✨

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [HIATUS]
FanfictionKisah seorang anak laki laki berusia 16 tahun,Luka seakan akan mempermainkan hidupnya terkadang ia berada dititik tertinggi kebahagiaan Namun,disaat yang bersamaan ia bisa berada dititik terendah kesedihan, Entahlah Luka atau Takdir yang mempermaink...