Tap!
Tap!
Tap!
Empat pasang kaki berbalut sepatu tampak berhenti tepat di depan sebuah gerbang rumah yang lima tahun ini tidak pernah didatangi oleh salah satu diantara mereka. Ya, seorang pria berambut hitam legam dengan pakaian serba hitam yang melekat di tubuhnya.
Ardhan.
---Atau yang lima tahun lalu sering disapa 'Dokter Ardhean'.
Dia berdiri dengan tegak tepat di baris ke dua dari kiri, tepat di sisi kanan seorang pemuda berusia delapan belas tahun bernama Fahri, dan di sisi kiri seorang wanita berusia dua puluh delapan tahun bernama Elania.
Tatapan sendu nampak jelas memancar dari kedua manik hitamnya yang mengarah lurus pada rumah berlantai dua yang terlihat begitu mewah dan tetap terawat di sana.
Perasaan sakit, rindu, marah dan menyesal, menguar kala manik itu menjelajahi setiap inci bangunan besar itu.
Ardhan tahu bahwa hari ini akan tiba. Saat dirinya kembali menatap lekat rumah itu dengan gemuruh emosi dihatinya. Disertai dengan ingatan demi ingatan yang mampir ke kepalanya yang terus memaksa Ardhan agar seolah dirinya kembali pada emosi yang membuatnya selama lima tahun ini menjadi Ardhan yang lain.
Semuanya seperti film dokumenter yang begitu sempurna. Sempurna dalam hal menjatuhkan hidupnya. Sempurna dalam hal menenggelamkan kewarasannya. Sempurna dalam hal merubah dirinya menjadi sosok lain yang tidak diinginkan oleh siapa-siapa.
Film dokumenter itu menayangkan dengan jelas apa-apa saja kejadian yang terjadi di tahun itu. Bagaimana tragedi itu terjadi. Awal dari keterpurukannya. Tindakan bodoh yang hampir merenggut nyawanya. Dan diakhiri dengan Ayahnya yang mengambil keputusan untuk pergi dari rumah itu sekaligus meninggalkan diri Ardhan yang sebenarnya agar tetap tertinggal di sana bersama luka yang muncul setelah tragedi itu.
Lantas setelah lima tahun berlalu dihitung dari kejadian yang terjadi ditahun 2017, sampai tepatnya ditahun ini yaitu ditahun 2022. Ardhan kembali ke rumah ini lantaran seorang anak berusia tujuh belas tahun yang dahulu pun pernah menjadi sosok penyelamatnya.
Yang menyadarkan Ardhan bahwa meskipun rumah itu meninggalkan ratusan jejak luka dihatinya, rumah itu juga tetap pernah menggoreskan ribuan kenangan di hidupnya.
Menyadarkan Ardhan pula bahwa lukanya tidak sebanding dengan kenangan yang ada di dalam rumah itu. Dan tentu saja Ardhan tidak akan pernah lagi meninggalkan rumah itu hanya karena luka tidak seberapa yang dulunya menggerogoti diri Ardhan. Ardhan tidak ingin kenangan manis yang dia ukir di rumah itu harus menghilang hanya karena luka itu. Baginya kenangan itu terlalu berharga untuk ditinggalkan.
Dan karena itulah Ardhan memberanikan diri untuk kembali berdiri di sini. Untuk pertama kalinya setelah lima tahun terakhir. Menatap apa yang dulunya dia hindari.
"Mas pasti bisa"
Ardhan menolehkan kepalanya ke sisi kirinya begitu mendengar suara Fahri. Tatapan mata Ardhan menatap lekat sosok yang sudah dia anggap adiknya itu yang berdiri di sana dengan senyuman yang dia perlihatkan pada Ardhan. Setia menemani Ardhan kembali memasuki pintu gerbang menuju ke masa lalu Ardhan yang lima tahun ini Ardhan hindari.
Ardhan tahu bahwa dibalik senyuman itu ada banyak luka yang pernah membuat Fahri menjadi berbeda. Tapi kemudian Fahri mampu melawan semuanya hingga kemudian takdir mempertemukan Fahri dengannya, memberikan kesempatan untuk Ardhan menjadi malaikat Fahri, dan menarik Fahri dari kubangan menyeramkan yang bertahun-tahun harus Fahri hadapi.
Ardhan ingat setahun lalu dia berhasil menarik Fahri menjadi bagian dari keluarganya, membayar seluruh hutang keluarga Fahri, memberikan pengobatan untuk Fahri dan kemudian Fahri bisa kembali ke bangku sekolahan selayaknya remaja pada umumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teachers (✓)
Fanfiction(Completed) Local Fanfiction Cast : Yerin, Hoshi & Dokyeom Romance | Friendship | Hurt THE TEACHERS Ini hanya cerita sederhana yang bermula dari seorang guru kimia dari SMAN 17 Cirebon yang merasa penasaran dengan apa penyebab seorang siswa dari kel...