3O - Labirin Penyesalan

98 31 12
                                    

Begitu sampai di rumah, Hansa terlihat sudah menunggu di depan rumah Ardhan, dengan raut wajah yang terlihat panik. Pasalnya beberapa menit lalu ketika Ayah Ardhan menghubunginya, beliau hanya meminta Hansa untuk segera datang ke rumah tanpa memberikan penjelasan yang berarti. Sementara satu-satunya maksud yang bisa Hansa tangkap adalah kondisi Ardhan yang semakin memburuk. Sebab biasanya Ayah Ardhan memintanya segera datang ke rumahnya ketika kondisi Ardhan berada dititik tersebut saja. Tapi begitu melihat sosok lain yang Ayah Ardhan bawa, Hansa tahu bahwa kali ini bukan Ardhan yang harus dia tangani.

Ayah Ardhan segera meminta Hansa untuk mengobati Fahri dengan cara Hansa pada biasanya. Fahri sempat menolak dan terus memeluk Ayah Ardhan membuat Ayah Ardhan memutuskan untuk menemani Fahri selama proses pengobatan yang dilakukan Hansa. Mungkin belum dikatakan pengobatan juga, sebab Hansa masih harus mencari penyebab Fahri mengalami trauma seperti ini sebelum nantinya Hansa beserta Ayah Ardhan akan memutuskan untuk menggunakan metode terapi seperti apa.

Tiga puluh menit berlalu dengan cepat. Ayah menoleh ke arah Ardhan yang ternyata masih berdiri di dekat ruang makan menghadap ke arah ruang keluarga di mana Fahri ditanyai banyak hal oleh Hansa, secara pelan-pelan tentu saja. Ingin rasanya Ayah menghampiri Ardhan dan bertanya padanya tentang kondisinya termasuk luka dilengannya yang belum sempat diobati. Tapi rasanya tidak mungkin mengingat Fahri yang masih terus memegang tangannya, menahannya untuk tetap di sisinya. Ayah tidak punya pilihan lain selain dia tetap duduk di sana, lagipula Ayah tidak tega kalau harus meninggalkan Fahri sendirian dengan perasaan takutnya pada Hansa. Satu hal yang umum terjadi sebenarnya. Rata-rata pasien Hansa yang baru pertama kali datang kepadanya pun memiliki respon yang sama, kendati mereka tidak memiliki trauma apa-apa pada dokter sekalipun.

"Ar" panggil Ayah dengan suara pelan, tidak mau terlalu menarik perhatian Fahri dan Hansa. Meskipun tidak bisa menghampiri Ardhan, Ayah tetap harus memastikan bahwa kondisi Ardhan memang baik-baik saja.

Dalam sekejap, kening Ayah mengerut dalam-dalam saat dia mendapati Ardhan yang hanya terdiam dengan pandangan kosongnya tanpa berniat membuka suara untuk sekedar menyahutinya. Apa mungkin Ardhan merasakan sesuatu yang tidak nyaman di dirinya?

"Ardhan"

Ardhan mengerjapkan kelopak matanya dalam tempo lambat begitu telinganya menangkap suara Ayahnya. Tidak begitu jelas apa yang Ayahnya katakan, tapi berhasil membuat Ardhan menaruh atensinya pada Ayahnya yang ternyata sedang menatap lurus ke arahnya.

Ayah menunjuk Ardhan, "kamu baik-baik aja kan?" Tanyanya tampak khawatir.

Ardhan menelan ludahnya gugup. Perlu waktu beberapa detik untuk Ardhan memahami maksud perkataan Ayahnya ditengah dirinya yang sedang tidak fokus.

"Ardhan"

Ardhan segera menganggukkan kepalanya pelan begitu mendengar panggilan Ayahnya lagi.

Ayah langsung menghela napasnya lega, membuat Ardhan berpikir bahwa respon cepatnya tadi bukanlah sesuatu yang salah. 

Ayah kemudian menunjuk lengan Ardhan, "obatin sekarang, Ar"

Refleks Ardhan melirik lengannya yang dipenuhi oleh darah yang sudah mengering. Mendadak Ardhan kembali teringat kejadian saat dia datang ke rumah sakit atas permintaan dirinya sendiri sebelum akhirnya dia memilih untuk pulang ke rumah saja.



Selepas dia menemukan banyak fakta tidak terduga di rumah Fahri, Ardhan segera menyusul Ayahnya yang saat itu menghubunginya dan meminta Ardhan untuk bergegas. Ardhan pun segera meninggalkan rumah itu sembari membawa benda yang dia temukan di sana, menuju ke mobil Ayahnya.

Setelah masuk ke dalam mobil, Ardhan meminta Ayahnya untuk segera mengantarkan dirinya ke rumah sakit karena Ardhan benar-benar ingin melihat kondisi Elania secara langsung. Ayah pun langsung setuju  meskipun agak ragu karena empat tahun lamanya Ardhan meninggalkan tempat itu dan segala hal yang berkaitan dengan tempat tersebut, tapi didasarkan pada luka di lengan Ardhan yang harus segera diobati dikuatkan dengan permintaan Ardhan, akhirnya Ayah segera menuju ke rumah sakit.

The Teachers (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang