33 - Garis Takdir

76 29 11
                                    

Sebuah mobil mewah berhenti tepat di area pekarangan rumah keluarga Ardhan.

Davi yang notabenenya duduk di bangku kemudi lantas menolehkan kepalanya ke belakang. Dia membuka mulutnya lebar-lebar bersiap mengucapkan beberapa kata dalam pikirannya sebelum niatannya harus tertunda lantaran Fahri yang mulanya duduk di bangku belakang dengan seenak jidat membuka pintu mobil lantas berjalan masuk ke dalam rumah Ardhan meninggalkan dirinya bersama Elania tanpa permisi.

Davi melirik sinis Elania yang duduk tepat di sisinya. Tepatnya saat mendengar suara kekehan pelan Elania.

Elania sendiri tampak puas melihat wajah kecut Davi ditambah dengan cara Davi melirik sinis dirinya, sudah bisa dipastikan pria idola siswi-siswi sekolah itu merasa cukup kesal. "Davi, Davi, udah sebulan lebih lo digituin, masih aja baper"

Davi berdecak sebal, "ck. justru itu. Gue bukannya baper, El. Tapi bosen"

Memang, semenjak sebulan yang lalu atau tepatnya semenjak kejadian di mana Ardhan membawa Fahri ke rumah ini, Fahri resmi tinggal bersama Ardhan, pun dianggap anak oleh Ayah Ardhan dan adik oleh Ardhan. Fahri sempat menolak saat itu dengan alasan bahwa dirinya baik-baik saja.

Anak itu memang selalu bersembunyi dari kata baik-baik saja, sebab yang Ardhan tahu kata 'lemah' tidak ada di kamus hidup Fahri, ah bukan, tapi lebih tepatnya kata 'lemah' tidak boleh hadir ke hidup Fahri meskipun sejujurnya tragedi saat Fahri melemparkan banyak benda pada Elania sudah menunjukkan dengan jelas bahwa Fahri memang selemah itu. Fahri membenci kata itu sama seperti dirinya yang membenci para pem-bully-nya. Maka sudah sangat jelas bahwa sejujurnya kata 'lemah' eksistensinya tidak sepenting itu sebelum akhirnya para pem-bully Fahri menggunakan kata itu untuk menjatuhkannya dan membuat Fahri membenci kata itu. Salah satu respon kuat yang akan Fahri lakukan adalah dia akan tersulut emosi bahkan hilang kendali seperti kejadian saat dia memukul salah satu siswa di sekolahnya. Bisa dikatakan juga, kata itu menjadi kunci lain yang akan menunjukkan diri Fahri sebenarnya selain tangisan wanita. Sementara teriakan wanita, agaknya masih bisa Fahri tolerir sebab satu-satu respon kuat yang akan Fahri tunjukkan hanya sebatas 'menjauhinya'.

Hingga kemudian keputusan Fahri yang mulanya menolak tinggal di rumah Ardhan sedikit kendur saat Ayah Ardhan bertindak dengan cara membujuknya dengan sisi lembut dan tenang khas Ayah Ardhan. Sampai kemudian tercetuslah kata 'ya' yang pada akhirnya membuat Fahri resmi tinggal di rumah Ardhan.

Elania menganggukkan kepalanya pelan mengerti dengan maksud Davi,  "seenggaknya ada kemajuan kan? Dia nggak banting pintu atau ngomong ketus lagi"

Memang. Sebulan yang lalu, kendati Fahri sudah berdamai pada Ardhan dalam artian mau menerima kehadiran Ardhan kembali di hidupnya, Fahri tetap menjadi sosok pemuda yang tidak tersentuh. Pun meskipun dia mau menunjukkan senyumannya serta tidak segan mengatakan apa yang ingin dia katakan, kata 'penyendiri ulung' masih tercetak jelas di diri Fahri. Terkadang pun sisi kasar Fahri nampak ke permukaan. Seperti membanting pintu atau berbicara dengan ketus dan penuh intimidasi.

Hansa bilang sifat Fahri yang berbeda itu lantaran Fahri yang mengalami masa-masa yang sulit selama beberapa tahun belakangan ini. Empat tahun lalu Fahri harus terima kenyataan bahwa kondisi keuangannya benar-benar ambruk, dan gaya hidupnya mau tidak mau harus berubah sejak saat itu. Kemudian disusul dengan pem-bully-an yang beralaskan kasta, perubahan dari sifat kedua orangtuanya disambut oleh pertengkaran yang terjadi diantara mereka yang pada akhirnya menimbulkan jejak luka sekaligus kesendirian dalam diri Fahri. Kemudian yang paling menyeramkan adalah ketika Fahri menjadi saksi bagaimana nyawa Bundanya terenggut oleh tangan Ayahnya sendiri, disusul oleh kenyataan bahwa semenjak hari itu Fahri harus berdiri sendirian. Hidup dengan bertumpu pada penghasilannya sebagai buruh lepas, tanpa bisa sekedar mengeluh karena fakta bahwa dia benar-benar sendirian, bahkan sekedar teman pun tidak ada.

The Teachers (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang