Elania, Davi dan Ardhan menjadi salah tiga dari guru SMAN 17 Cirebon yang berada di area parkiran sekolah khusus untuk staf dan guru. Tidak, mereka tidak menjadi orang terakhir yang masih berada di sekolah selayaknya ketika mereka masih berada di bangku sekolah, agar semata-mata mereka bisa bonceng tiga mengendarai motor sekupi Davi dan tidak mendapatkan teguran. Sekali lagi tidak. Lagipula sekarang Ardhan juga kan sudah memiliki mobil sendiri. Alasan hanya ada mereka di area parkiran adalah karena sekarang ini memang baru pukul 15:03 WIB. Terlalu dini jika parkiran ramai. Satu jam ke depan umumnya adalah waktu di mana parkiran ramai, baik oleh kalangan guru maupun siswa sendiri, tepatnya ketika jam pulang sekolah.
Untuk sekarang mereka bertiga hanya ditemani oleh kendaraan milik guru dan staf yang rata-rata masih sibuk dengan urusannya di dalam, umumnya mengisi jam terakhir.
"Jadi nanti gue sama Elania ke komplek perumahan lo nih, Mas?" Tanya Davi memecah hening yang terjadi diantara mereka. Davi sendiri sudah lengkap dengan jaket kulitnya sembari menenteng sebuah helm. Sementara Ardhan berdiri di seberang Davi, bersandar pada mobil mewahnya dan Elania yang berdiri di sisi kanan Davi juga sisi kiri Ardhan sembari memegangi map yang seharusnya dia kembalikan pada Vano sesegera mungkin. Perduli setan, itu bisa dilakukan besok saja. Toh, jatuh temponya memang besok kok.
Ardhan menganggukkan kepalanya pelan membenarkan perkataan Davi barusan. "Iya. Nanti di sana lo cari informasi sebanyak mungkin..." ada jeda sejenak sebelum Ardhan melanjutkan perkataannya, "Terus---"
Drrtt... Drttt...
Ardhan dan Davi secara kompakan menoleh ke arah Elania. Mereka berdua menghela napasnya pelan saat tahu bahwa suara nyaring dering ponsel itu milik Elania. Elania sendiri hanya bisa menyengir tanpa dosa.
Elania kemudian merogoh ponselnya dari tas selempangnya kemudian mengangkat panggilan dari nomor tidak dikenal tersebut.
"Iya halo"
Senyuman lebar Elania pudar seketika, Elania mengerjapkan matanya beberapa kali terkejut bukan main dengan ucapan seseorang di seberang sana.
"Iya iya. Saya segera kesana sekarang" Elania mematikan sambungan telepon secara sepihak kemudian memasukkannya ke dalam tas selempangnya dengan terburu-buru. Sekarang Elania terlihat panik bukan main.
Elania menaruh pandang pada Ardhan dan Davi yang terus menatap ke arahnya dengan raut wajah penasaran, "Mas, Dav, Ayah gue sakit jadi gue harus---" tidak berniat melanjutkan perkataannya yang belum selesai, Elania justru mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan menundukkan kepalanya ke bawah. Dia terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali dengan raut wajah terkejut yang terpatri jelas di wajahnya. Diam-diam merutuki dirinya yang hampir saja keceplosan pada Ardhan dan Davi.
Ardhan menelengkan kepalanya ke sisi kirinya dengan mata menyipit penuh selidik, pasalnya raut wajah Elania tampak berbeda seusai mengatakan kalimat yang sepertinya belum selesai tersebut, seolah baru saja membeberkan sebuah rahasia besar. "Ayah lo sakit?" Tanya Ardhan memecah hening yang terjadi.
Elania hanya terdiam membisu tidak berniat menanggapi pertanyaan Ardhan barusan. Sumpah Elania takut salah berbicara lagi.
"Dirawat di rumah sakit atau di mana? Ayo gue anter lo a---"
"Nggak usah, Mas" potong Elania cepat, dia bahkan mendongakkan kepalanya menatap serius Ardhan.
"Loh kenapa El?" Kali ini Davi yang bertanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/279375070-288-k831880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Teachers (✓)
Fiksi Penggemar(Completed) Local Fanfiction Cast : Yerin, Hoshi & Dokyeom Romance | Friendship | Hurt THE TEACHERS Ini hanya cerita sederhana yang bermula dari seorang guru kimia dari SMAN 17 Cirebon yang merasa penasaran dengan apa penyebab seorang siswa dari kel...