O3 - Tanggal 13 = Laknat Day

116 37 2
                                    

Agak berbeda dengan sistem pemeriksaan atribut yang dilakukan oleh sekolah lain, khusus di SMAN 17 Cirebon pemeriksaan atribut akan dilakukan setiap satu kali sekali dalam sebulan dengan cara mengacak tanggal pemeriksaan, semacam undian tanggal. Mungkin diadaptasi dari sistem pengocokan ketika arisan. Entahlah. Yang jelas tradisi ini sudah terjadi sejak sekolah ini dibangun. Tidak perduli terjadi pada hari Senin---dimana umumnya pemeriksaan atribut dilakukan---ataupun selain hari Senin. Kalau hasil dari undian tanggal itu jatuh pada hari libur yakni dihari Sabtu dan juga Minggu, maka pemeriksaan tidak akan pernah terjadi, gugur begitu saja. Itulah peraturan yang cukup unik di sekolah ini. Peraturan yang terkadang memberikan keuntungan untuk muridnya.

Sialnya, khusus bulan ini keuntungan itu tidak berpihak pada kalangan pelajar di sekolah ini sebab hasil undian menyatakan bahwa hari pemeriksaan atribut jatuh pada tanggal tiga belas yaitu pada hari Rabu, ya hari ini---sesuai dengan info yang Davi beritahukan pada dua sahabatnya tempo lalu---Hari yang akan anak-anak sebut sebagai "Laknat Day".

Kenapa disebut begitu?

Selain menyebalkan tentunya karena mereka membenci hari itu. Hari yang sebenarnya disukai oleh jajaran guru yang satu spesies dengan Davi.

Ada beberapa hal yang membuat anak-anak tidak menyukai kegiatan yang terjadi tiap satu bulan sekali itu. Yang pertama dan yang paling utama adalah untuk para siswi dilarang menggunakan make-up, sementara untuk siswa tidak boleh memiliki rambut yang terlalu panjang. Jika ketahuan melanggar, maka make-up mereka akan dihapus oleh para guru. Sementara untuk para siswa, jika ada yang melanggar, siap-siap rambut mereka akan dipotong secara asal oleh para guru.

Pemeriksaan atribut juga mencakup kelengkapan atribut yang mereka kenakan. Isi tas yang mereka bawa juga catatan absen dan sikap. Kegiatan semacam ini juga semacam evaluasi siswa yang dilakukan oleh para guru dibantu oleh jajaran anggota OSIS.

Para guru yang akan melakukan pemeriksaan biasanya dibagi perjurusan. Khusus untuk jurusan IPA sendiri, Ardhan yang menjadi penanggungjawab. Kemudian jurusan IPS dipegang oleh Sabrina---guru ekonomi---dan terakhir untuk jurusan Bahasa dipegang oleh Wanda. Meskipun Wanda memiliki label Guru Khusus Jurusan IPA tapi para guru sepakat untuk memberikan tanggungjawab besar ini pada Wanda mengingat Wanda itu salah satu guru yang cukup ditakuti---sekaligus tidak disukai---di sekolah ini. Dan lagi, Wanda merupakan salah satu guru yang cukup terkenal di sekolah ini, delapan puluh persen pelajar di sekolah ini tahu siapa itu Bunda alias Ibu Wanda. Pun selama empat tahun Wanda bekerja di sini Wanda juga pernah kok mencicipi meja guru yang ada di kelas Bahasa dan IPS.

Pada akhirnya, hanya ada satu kesimpulan yang bisa diambil. Ya, tiga guru itu cukup untuk membuat siswa-siswi merinding ketakutan.

Wanda berjalan santai memasuki area jurusan Bahasa. Beberapa guru dan juga anggota OSIS tampak mengikutinya. Begitu dia menghentikan langkah, yang lain pun ikut menghentikan langkahnya.

"Untuk jurusan bahasa, biar cepet kita dibagi-bagi aja per-tingkatan kelas. Kelas dua belas biar gue, Davi, dan Elania aja. Untuk OSIS-nya gue minta Abim dan Karin aja, udah cukup. Sisanya diatur Fani"

"Oke" ujar guru berambut pendek yang mengajar matematika khusus jurusan Bahasa. Fani namanya.

Setelah mendapatkan persetujuan dari yang lain, akhirnya orang-orang yang Wanda pinta ikut dengannya pun segera mengikuti langkahnya. Menuju ke kelas dua belas bahasa satu terlebih dahulu.

Cklek!

Pintu kelas dibuka oleh Davi. Mereka berlima masuk ke dalam dengan Elania yang membawa buku catatan absen dan juga Abim yang membawa kotak. Kotak yang nantinya diisi oleh barang sitaan dan sebagainya. Wanda sendiri membawa sebuah kayu berukuran tiga puluh centi persis seperti tongkat sihir.

The Teachers (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang