O4 - Tanggal 13 = Laknat Day (Part 2)

103 37 4
                                    

Ardhan yang notabenenya penanggungjawab razia di jurusan IPA langsung membagi beberapa guru menjadi beberapa kelompok. Kelompok itu nantinya ditujukan untuk tiap tingkatan kelas, mirip-mirip seperti yang dilakukan Wanda. Untuk kelompoknya sendiri, Ardhan memilih Rima---guru kimia---dan Chila. Mereka-mereka ini nantinya akan merazia anak-anak kelas dua belas. Khusus untuk jurusan IPA, Ardhan lebih memilih melakukannya bersama jajaran guru saja tidak mengikutsertakan anggota OSIS, agar adil katanya.

Ardhan membuka pintu kelas dua belas IPA-1. Dia dan dua guru lainnya segera masuk ke dalam. Ardhan sendiri memilih menyandarkan pinggangnya di depan meja guru sementara guru lain berdiri di depan papan tulis putih.

"Pagi semua" sapa Ardhan.

"PAGI!" Jawab mereka serentak. 

"Langsung aja taruh tas kalian ke atas meja" siswa-siswi pun langsung menaruh tas mereka ke atas meja.

Ada jeda sejenak. Ardhan melirik ke arah dua guru lainnya, dia mengangkat satu alisnya seperti memberikan kode yang langsung diangguki oleh Rima dan Chila.

"Oke. Gini aja, biar nggak ribet saya punya peraturan sendiri. Razia kali ini temen sebangku kalian aja yang periksa"

Raut wajah murid-murid yang semula terlihat tegang berubah menjadi cerah. Senyuman jahil terpatri di wajah mereka sambil sesekali melirik teman sebangkunya. Peraturan yang dibuat Ardhan yang pernah mereka rasakan sebenarnya. Tapi terakhir kali mereka merasakannya adalah di kelas sebelas. Angin segar untuk mereka di razia kali ini.

"Kalau ada barang-barang yang menurut kalian melanggar peraturan sekolah masukin ke kotak yang dibawa Bu Rima" ujar Ardhan seraya menunjuk kotak kardus yang Rima bawa. "Jangan asal masukin. Harus bisa dipertanggungjawabkan nantinya"

"Lima..."

Tiba-tiba saja suara Chila menggema. Chila mulai menghitung mundur sembari mengangkat tinggi-tinggi tangannya, terlihat jarinya menunjukkan angka lima yang baru saja dia sebutkan tadi.

Anak-anak langsung memeriksa tas teman sebangku mereka. Beberapa anak-anak terlihat maju ke depan untuk menaruh benda-benda yang menurut mereka harus ditaruh di dalam kotak yang dibawa Rima.

"Empat..."

"Tiga..."

Ardhan tersenyum miring, inilah serunya memeriksa tas sesama teman. Kadang benda yang tidak seharusnya dimasukkan ke dalam kotak sengaja dimasukkan oleh mereka. Mungkin mereka mempunyai dendam kesumat dengan teman sebangkunya sendiri.

Seharusnya memang guru-guru yang menggeledah, tapi karena Ardhan memiliki cara tersendiri yang menurutnya lumayan menghiburnya jadi dia lebih memilih menggunakan caranya saja. Toh, dia sudah meminta izin pada Rima dan Chila dan lagi tidak ada yang melarang tuh.

"Dua..."

Anak-anak mulai kembali duduk di bangku mereka masing-masing.

Saat dirasa tidak akan ada yang ingin menaruh barang sitaan ke dalam kardus lagi, Chila langsung menyebutkan angka terakhir dengan suara pelannya.

"Satu."

Kelas berubah hening. Beberapa anak tampak memasang wajah kesalnya, ada juga yang menatap sinis teman sebangkunya, sisanya terlihat biasa saja.

"Ada yang mau protes?" Tanya Ardhan sambil mengangkat tangannya menyerukan pada siswa siswi di kelas ini, barangkali keberatan jika ada salah satu benda mereka yang dimasukkan ke dalam kotak secara sengaja oleh teman mereka sendiri. Sekaranglah waktunya mereka untuk protes. 

The Teachers (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang