16 - Dua Permintaan; Maaf dan Lupakan

82 30 11
                                    

Jam istirahat kedua tiba. Ruang Guru sudah sepi, hanya diisi oleh beberapa guru saja, diantaranya adalah Ardhan, Elania, dan juga Rafi. Mereka semua tampak sibuk di meja mereka masing-masing. Seperti Rafi yang sibuk dengan buku kesayangannya mengabaikan setumpuk buku yang baru dikumpulkan muridnya sejak istirahat pertama dan belum dia sentuh sampai detik ini, kemudian  Ardhan yang meneliti map berisi data Fahri sembari memainkan pulpennya dan Elania yang merengut sebal sembari sesekali melirik Ardhan yang benar-benar hanya sibuk dengan map itu saja.

Ardhan sudah tahu soal kehebohan postingan itu bahkan beberapa guru ada yang bertanya langsung pada Ardhan. Sialnya, Ardhan bukannya klarifikasi atau sekedar membenarkan, dia malah tersenyum tipis saja membuat orang yang bertanya itu berspekulasi sendiri dan hasilnya ya mereka menganggap bahwa hubungan Chila dan Ardhan naik tingkat menjadi hubungan sepasang kekasih.

Bukan hanya itu saja. Ardhan bahkan tidak perduli dengan postingan Luna yang sempat ditanyakan oleh para guru juga mengingat di postingan itu banyak sekali orang-orang terutama dari kalangan murid yang menghujat Elania dan menganggap Elania sebagai perebut pasangan orang lain. Bukan hanya di dunia maya---maksudnya bukan Maya fans Davi, tapi maya di sini adalah dunia sosial media atau internet--- tapi juga di lingkungan sekolah, mereka seberani itu menyinisi Elania membuat Elania ogah keluar dari ruang guru kendati perutnya tengah kelaparan.

Elania sudah curhat pada Davi, berakhir dengan ucapan 'sabar El' yang malah membuat Elania ingin sekali membunuhnya. Tapi kemudian Davi berinisiatif untuk ke kantin membeli makanan untuk Elania. Makannya Elania tidak merealisasikan niatan jahatnya itu.

Meskipun mulut Davi minta ditampar, tapi Davi masih masuk kategori sahabat yang baik. Sementara yang berada di sisi mejanya---

Elania melirik Ardhan yang kebetulan juga sedang melirik ke arahnya. Elania langsung membuang muka kemudian menutupi wajahnya dengan buku gambar milik salah satu muridnya yang dikumpulkan sebelum istirahat kedua tadi.

---tidak benar-benar perduli.

Ardhan mengangkat satu alisnya tampak terhibur dengan sikap Elania yang menurutnya lucu ketika ngambek. Hanya ketika ngambek, kalau sudah marah apalagi bersikap tidak jelas seperti pagi tadi, Ardhan malah kesal rasanya.

"Ada yang mau ke kantin nggak?" Tanya Rafi sembari berdiri dari kursinya. Dia terlihat meregangkan otot-ototnya sementara buku yang sedari tadi dia baca tergeletak di atas meja dalam keadaan terbuka.

"Enggak" jawab Elania singkat.

Rafi menganggukkan kepalanya pelan. Dia lantas melirik Ardhan yang kembali sibuk dengan map-nya itu. "Ar, kantin yuk"

Ardhan menggelengkan kepalanya pelan, "setengah jam yang lalu gue udah makan sama Chila"

Bruk!

Keduanya tersentak terkejut saat mendengar suara benda jatuh yang berasal dari meja Elania.

Kedua pria itu menoleh ke arah Elania, melihat Elania yang baru saja menjatuhkan buku gambar tadi ke lantai secara tidak sengaja. Raut wajahnya tampak tegang bukan main apalagi saat tatapan Elania bertemu dengan tatapan mata Rafi yang tampak penasaran dengan raut wajah Elania yang tampak tegang hanya karena baru saja menjatuhkan sebuah buku. Hal sepele yang seharusnya tidak membuatnya bereaksi berlebihan begitu.

'sial, kenapa gue sekaget itu setiap denger nama Chila?' batin Elania. Sejujurnya Elania tegang karena dia juga terkejut dengan responnya sendiri ketika dirinya mendengar nama Chila yang langsung tercetus dari bibir Ardhan. Respon yang Elania tunjukkan terlalu berlebihan; sampai menjatuhkan buku gambar segala.

The Teachers (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang