𝓑𝓮𝓻𝓽𝓪𝓱𝓪𝓷

156 9 0
                                    


Hidup tidak pernah rumit,
yang rumit hanyalah rasa syukur.
Karena kita selalu mempertanyakannya.

Suasana seketika hening, atmosfer dikamar ku mulai menipis, suhu cukup normal tetapi hati sangat panas, karena amarah menyertai ku.

"Yaelaaaaaaaaaaaaaahhhhhh...!"
"gini amat anj*ng!" Ucap hatiku.
Mengambil jaket hitam favoritku. Pergi menghindari pemanasan global yang terjadi di rumahku. Suntuk, jenuh, kesal. Sore hari, aku mengendarai motorku untuk pergi mencari udara segar, tempat yang ku tuju tak lain adalah tempat yang bisa menenangkan hatiku pada saat amarah menguasai diriku.

Melihat senja, diatas motor sambil memikmati jajanan yang ku beli tadi. sejujurnya, aku capek dengan keadaan dan semua masalah saat ini. Pergi untuk menenangkan diri bukan berarti masalah itu ikut pergi dan selesai, yang ada kita hanya menunda untuk kapan masalahnya akan teringat lagi. Takdir tuhan tidak ada yang bisa menghendaki selain kehendaknya. ya, masalah yang aku alami saat ini termasuk juga kehendaknya.

Dewasa bukan soal usia, tapi dewasa itu tentang bagaimana cara seseorang itu berfikir dan bagaimana cara orang tersebut menyelesaikan masalahnya. Memang, waktu menjadi salah satu peran penting dalam masalah, tetapi harus ada peran usaha dan doa dalam menyelesaikan masalah tersebut, dan bukan berarti masalah itu akan pergi dengan sendirinya.

Aku tau batasanku, aku juga tau aku harus apa, tapi aku ingin masalah ini cepat selesai, tapi aku juga tidak bisa egois, karena tidak hanya aku manusia di muka bumi yang mendapat masalah, bahkan bisa jadi masalahnya lebih rumit dari yang ku alami saat ini.

Pernah tidak kalian terpikir  "Kenapa harus gua, kenapa harus gua yang mikul masalah ini." Tidak bisa dipungkiri, remaja seusiaku ini sedang sangat meluap nya emosi, entah itu emosi karena amarah ataupun emosi karena bahagia.

Jika boleh meminta kepada tuhan,
aku ingin sekali kembali ke masa kecil.
Masa yang dimana kita melewati masalah hanya dengan tertawa dan berbahagia, apapun masalahnya. Tidak ada beban yang dipikul dan rasa yang sangat membebani perasaanku ini. Intinya, waktu terus berjalan.

Waktu kecil ingin sekali cepat-cepat dewasa, karena pandangan kita tentang dewasa seperti punya banyak uang, bisa keluar malam, pergi sana-sini. Realitanya, dewasa itu hanya penuh kebohongan. masalah sangat rumit, ketika ditanya "kamu kenapa?" jawaban yang keluar dari mulut hanya kalimat "aku? aku gapapa."

Terlalu egois jika aku hanya marah, marah, dan marah. Setelah selesai menenangkan diri, aku segera memakai helm dan kembali menyalakan motor untuk kembali kerumah karena mengingat matahari sudah tenggelam.

Aku kuat. Aku hebat. Aku bisa. Untuk bertahan sejauh ini bukan hal yang mudah, hal patut yang aku lakukan untuk diriku tak lain ialah mengapresiasi diri, "gila, lu bisa bertahan sampai sajauh ini keren banget!" ucapan yang terdengar kuat dihatiku.

Untuk sekarang, hal yang mengganggu singkirin dulu deh. Fokus sama apa yang ada sekarang.
Karena kalau bukan diri kita yang menolong kita, lantas siapa lagi?

Akhir dari skenario tuhan itu pasti yang terbaik. jika kamu belum dapat yang terbaik, itu bukanlah akhir.

Aku & Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang