𝓢𝓮𝓽𝓮𝓵𝓪𝓱 𝓱𝓪𝓻𝓲 𝓴𝓮𝓵𝓾𝓵𝓾𝓼𝓪𝓷

49 4 0
                                    

Jakarta, 2022

Hari masih sangat pagi, suara burung sedang semangat-semangatnya bercengkrama. Orang-orang dan para pejalan belum berlalu-lalang di Jakarta.
Aku memulai hari dengan kegembiraan yang tak dapat diungkapkan lewat kata, karena hari ini adalah hari pertama aku bekerja.

Lulus dari sekolah menengah atas, dan aku adalah salah satu siswa yang tertolak PTN, dari sekian banyak siswa yang keterima di PTN yamg mereka inginkan. Mengambil keputusan gapyear menjadi pilihan ku di tahun 2022, dan aku melanjutkan status first graduate ku menjadi karyawan baru di salah satu pabrik kosmetik.

Semesta, mungkin ini jalanku. Harapan dan anganku titipkan padamu. Tolong untuk angan dan inginku, jangan terhempas oleh angin.

Hari pertama bekerja...

Culture shock, kalimat yang pantas untuk menggambarkan diriku sebagai lulusan SMA MIPA yang harus bekerja di pabrik.

"Ini gua berdiri selama bekerja?'
"Ini jam kerjanya 12 jam?"

Kedua pertanyaan itu muncul di benakku, dan kesan yang kurang mengenakan yang ku dapat karena aku shock dengan segala situasi yang ada.

"Hari pertama gua langsung masuk shift malam?!"

Semesta, ayolah! aku hanya lulusan SMA, yang harus kuliah, dan sekarag aku kerja hanya bermodal bismillah.

Hari kedua, Hari ketiga, dan hari-hari berikutnya mulai ada peningkatan, dan adaptasi yang aku lakukan dapat dikatakan berhasil.

Senyum karir terpahat selalu ketika aku bekerja.
Seperti itulah dunia pekerjan, mau sebanyak apapun masalah yang ada, kita harus profesional dalam bekerja. Bekerja sesuai kebutuhan, bukan keinginan.

Keburuntungan semesta berpihak kepada anak lulusan SMA yang tengah berjuang bekerja.
Semesta memberiku rekan kerja yang sangat baik, membuat hari-hari bekerjaku menjadi antusias yang menyala, dan membuat pekerjaanku sedikit ringan.

"De, nanti kamu kalau sudah ngerjain ini, langsung kesini ya!"
"De, nanti kamu kalu sudah langsung ke istirahat saja ya! makan dulu biar ada tenaganya."

Aku mendapatkan senior yang berhati malaikat, membuat anak lulusan SMA ini kembali menikmati setiap harinya dalam bekerja.

Manusia sifatnya beraneka ragam.
Semesta ingin kita memahami, bahwa manusia sangat sulit dipahami.

Malam berganti siang, Siang berganti kembali menjadi malam. Seperti itulah siklus jam kerja di tempatku bekerja.

Semesta memberikanku semangat lain setiap kali aku berpulang, adanya rumah baru untuk tempatku bercerita, rumah untukku berkeluh kesah. Tidak menggantikan peran rumah pertama, hanya saja menjadi perantara dari semesta untuk aku dibiarkan bercerita.

Untuknya aku disini, memberikan tenaga dan sanubari. Awal mentari, menjadi harapan untuk suatu hari nanti.

Memasuki akhir tahun, menjadi akhir juga ketika aku bekerja di tempat itu saat itu. Labil dan naif, kedua sifat itu meleka di diriku. Memilih untuk resign, dengan alasan tidak bisa membagi waktu antara jam bekerja, dan jam latihan fisik. Kala itu aku sedang semangat-semangatnya, sehingga ku jadikan alasan untuk resgin, dan bodohnya aku bilang ke orang tuaku kalau aku habis kontrak.

"Aa, ko kamu udah gapernah kerja?"

Pertanyaan yang timbul dari kedua orang tuaku, bahkan hampir seluruh keluargaku bertanya seperti itu.

"Aku udah habis kontrak kerjanya dari awal bulan."
Dengan naifnya ku menjawab, padahal sudah jelas jelas aku resign.

Orang tuaku ternyata tanpa sepengetahuanku menghubungi pihak perusahaan, untuk menanyakan kenapa anaknya di habiskan kontrak kerjanya. Kebetulan orang tuaku cukup kenal baik dengan salah satu manajer disana.

Aku & Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang