𝓢𝓮𝓷𝓳𝓪 (bagian 2)

23 2 0
                                    

Usai bermain, malam itu sangat begitu meriah. Perayaan penghangatan dengan bakar-bakaran ikan laut yang begitu segar, jagung yang begitu legit, dan sate-satean yang beraneka ragam. Menikmati makan dengan hasil bakaran sendiri, menambah cita rasa menjadi semakin lezat.

Aku sangat suka membakar ikan, karena ikannya begitu besar. Ya, wajar saja, ikan-ikan yang tersedia diambil langsung dari laut oleh warga lokal. Menikmati ikan besar dan masih sangat segar, membuat diriku tidak bisa berhenti mengunyah. Bahkan sampai udang dan cumi memiliki porsi yang begitu besar. Sea food adalah makanan favoritku, jadi aku sangat bersyukur dapat memakan semua itu secara cuma-cuma.

Aku menikmati makananku di atas sampan di pesisir pantai, sambil bercerita dengan teman-temanku tentang apa saja yang sudah kami lakukan di sini. Tidak ingin rasanya kami kembali, namun ini hanya berlangsung tiga hari. Rumah sungguh ada di kota sana, di sini hanyalah singgah. Tempat yang sangat jauh dari polusi udara, gedung-gedung pencakar langit, rumah kaca, membuat diriku tenang dan nyaman.

Rumah adalah tempat ternyaman,
hanya ada satu dari banyaknya rumah singgah.
Kenyamanan itu tumbuh karena cinta,
bukan dicari, melainkan dibuat.
Bersama yang kita cinta,
semesta pasti menciptakan ruang untuk kita.

Selesai malam akrab itu, aku dan para remaja yang lain pergi ke pantai barat dengan bersepedaan bersama. Menikmati secangkir kopi, dan berbincang hangat, berbicara mengenai hal penting sampai hal yang tidak penting.

Membahas lebih lanjut tentang forum remaja. Aku meminta bekal pengalaman dari ketua forum mereka, karena dia memiliki pengalaman yang begitu jauh dibandingkan diriku. Aku melihat latar belakangnya yang begitu mengispirasi diriku, membuat diriku ingin sekali menyerap ilmunya.

...

"Kita siap-siap pukul 07.00 ya, kapal tiba kita harus langsung berlabuh pulang."

Pagi hari kami disiapkan sarapan terakhir oleh warga lokal di sana sebelum keberangkatan, dan setelah merapihkan bawaan kami segera menuju kapal. Kami menaiki kapal namun harus menunggu beberapa saat, karena katanya angin terlalu besar, menyebabkan guncangan yang cukup besar. Setelah angin mereda, guncangan mulai tidak begitu terasa. Kami akhirnya dapat berlabuh untuk pulang. 

Rasanya di sana itu seperti di rumah. Namun, aku tidak tinggal bersama orang-orang yang ku cinta. Rumahku adalah mereka, mereka yang ku sayang, ku kasihi, dan ku cinta.

Mereka adalah rumah.

Aku & Semesta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang